Kalam terbagi dua macam yaitu kalam
khabari dan kalam insyai’. Kalam khabari atau jumlah khabariyyah artinya
kalimat berita. Kalau dalam bahasa Indonesia,
kalimat berita diartikan kalimat yang memberikan atau memaparkan sebuah kejadian/ peristiwa.
Lalu dalam ilmu maani kalimat berita dideifinisikan apa ya?
|
Kalam Khabari |
Pengertian Kalam Khabari
مَااحْتَمَلَ
الصِّدْقُ وَالْكِذْبُ
Kalam khabari adalah pernyataan yang
mengandung kebenaran dan kebohongan.
هُوَ
مَا يُمْكِنُ الْقَوْلُ لِصَاحِبِهِ بِأَنَّهُ صَادِقٌ إِذَا كَانَ مُطَابِقاً لِلْوَاقِعِ،
وَكَاذِباً إن كان مُخَالِفاً
Kalam Khabari adalah kalimat yang
pembicaranya dapat dikatakan sebagai orang yang benar apabila sesuai dengan
kenyataan dan pembohong apabila berlainan dengan kenyataan.
Kalam Khabari ini disebut pula “Jumlah
Mufidah“ dan setiap jumlah mempunyai 2 rukun, yaitu:
1. Mahkum alaih, yaitu yang dikenai
hukum.
2. Mahkum fih, yang dipakai hukum.
Dalam ilmu ma’ani mahkum alaih disebut
musnad ilaih dan mahkum fih disebut Musnad.
Pola Kalam
Khabari
Kalam khabari dilihat dari sisi pembentuknya dibuat
dengan memakai dua pola, yaitu:
1. Jumlah
ismiyyah
Yaitu kalimat
yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Contoh:
أَنَا مُسْلِمٌ
Artinya: Saya seorang muslim.
2. Jumlah fi’liyyah
Yaitu kalimat yang terdiri dari fi’il dan fa’il. Contoh:
جَاءَ أَحْمَدَ
Artinya: Ahmad telah datang.
Macam-macam Kalam Khabari
Bila dilihat dari keadaan mukhathab atau orang yang
menjadi lawan bicara, kalam khabari terbagi tiga macam:
1. Khabar Ibtidai
Khabar ibtidai adalah apabila mukhatab tidak mengetahui
tentang berita tersebut dan berita yang disampaikan tidak perlu menggunakan
taukid. Contoh:
أَبُوْكَ مَرِيْضٌ
Artinya: Ayahmu sakit.
2. Khabar Thalabi
Khabar thalabi adalah apabila mukhathab ragu-ragu atau
bingung mengenai kebenaran suatu berita dan diharapkan mukhathab menjadi yakin
akan kebenaran berita tersebut. Berita yang disampaikan lebih baik menggunakan
taukid. Contoh:
إِنَّ أَبَاكَ مَرِيْضٌ
Artinya: sesungguhnya ayahmu sakit.
3. Khabar Inkari
Khabar inkari adalah apabila mukhathab mengingkari
kebenaran suatu pernyataan yang disampaikan. Dalam khabar inkari harus
menggunakan taukid lebih dari satu terganting tingkat keingkaran mukhathab.
Contoh:
إِنَّ أَبَاكَ لَمَرِيْضٌ
وَاللهِ إِنَّ أَبَاكَ لَمَرِيْضٌ
Artinya: sesungguhnya ayahmu sakit | Demi Allah,
sesungguhnya ayahmu sakit.
Catatan:
Meskipun dalam bahasa Arab menggunakan taukid lebih dari satu tapi dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan hanya satu saja. Bila menggunakan banyak “sesungguhnya”
dalam bahasa Indonesia termasuk pemborosan kata.
Huruf Taukid
Huruf
taukid berguna untuk menguatkan atau menegaskan dari pernyataan yang terdapat
pada suatu kalimat. Ada beberapa huruf yang bisa digunakan untuk taukid,
diantaranya:
- (إِنَّ) atau (أَنَّ).
Taukid
ini masuk ke mubtada’ khabar dan menashabkan mubtada’. Contoh:
إِنَّ أَبَاكَ مَرِيْضٌ
أَعْلَمُ أَنَّ أَبَاكَ مَرِيْضٌ
- Huruf sumpah
Yaitu
(و), (ب), dan (ت), dan
memajrurkan kata setelahnya. Contoh:
وَاللهِ أَنَا فِيْ بَنْدُوْنج
- Lam
ibtida’
Yaitu
lam sebelum isim atau fi’il. Bedanya dengan lam huruf jar adalah lam ibtida’
tidak beramal sehingga i’rab kata setelahnya tetap sesuai kedudukan dalam
kalimat. Contoh:
لَكَانَ أَبُوْكَ
مَرِيْضًا
- Nun taukid khafifah
Yaitu
nun sukun diakhir fi’il. Contoh:
لَنَكُوْنَنْ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
Artinya:
Sungguh kami akan termasuk orang-orang yang rugi.
- Nun
taukid tsaqilah
Yaitu
nun bertasydid di akhir fi’il. Contoh:
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
Artinya:
Sungguh kami akan termasuk orang-orang yang rugi.
-
Huruf tanbih
Huruf
tanbih digunakan untuk menarik perhatian mukhathab. Contoh:
أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيْبٌ
Artinya:
Ingatlah! Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.
-
Huruf Tambahan
Contoh:
مَا أَنَا بِمَرِيْضٍ
-
Huruf (قَدْ)
Huruf
(قَدْ) untuk taukid fi’il.
قَدْ كَانَ أَبُوْكَ مَرِيْضًا
Tujuan
Khabar (أغراض الخبر)
Tujuan
asal dari kalam khabari ada dua, yaitu:
1.
Faidatul khabar
Yaitu
menyampaikan suatu hukum yang terkandung dalam suatu kalimat kepada mukhathab.
Contoh:
حَضَرَ رَئِيْسُ الْجُمْهُوْرِيَةِ
Artinya:
Pak Presiden telah datang.
2.
Lazimul khabar
Yaitu
memberiatahukan mukhathab bahwa mutakallim megetahui suatu hukum. Contoh:
أَنْتَ مَرِيْضٌ
Artinya:
Kamu sakit.
Selain
kedua tujuan di atas, ada beberapa tujuan kalam khabari sesuai dengan subjek
mutakallim dalam menyampaikan suatu pernyataan. Diantaranya:
1. Al-Fakhr
(الفخر)
Yaitu
menyampaikan berita untuk menunjukkan kebanggaan (prestise). Contohnya
sebagaimana sabda Rasulullah:
أَنَا أَفْصَحُ العَرَبِ بَيْدَ أَنِّي مِنْ قُرَيْشٍ
Artinya: Saya orang yang paling fasih
berbahasa Arab selain itu saya berasal dari keturunan Quraisy.
2.
Izhhar al-Dha‘f (إظهار الضعف)
Yaitu
menyampaikan berita untuk menampakkan kelemahan. Contohnya:
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ
الرَّأْسُ شَيْبًا
Artinya: “Ia (Nabi Zakaria) berkata, “Ya
Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban….”
(Q.S.Maryam :4).
3. Al-Tahassur (التحسر)
Yaitu
menyampaikan berita untuk menunjukkan penyesalan.
Contohnya
sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an yang mengisahkan tentang isteri Imran
yang melahirkan anak perempuan bernama Maryam: Contohnya:
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى
Artinya:
“Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, “Ya Tuhanku,
Sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan….” (QS. ‘Ali ‘Imran : 36).
4.
Al-Istirham (الاسترحام)
Yaitu
menyampaikan berita untuk memohon kasih sayang dan belas kasihan. Contohnya:
إِنِّيْ فَقِيْرٌ إِلَى عَفْوِ اللهِ وَغُفْرَانِهِ
Artinya:
Saya sangat mengharapkan ampunan dan magfirah dari Allah.
Masih
banyak lagi tujuan dari penyampaian kalam khabari tergantung maksud dan niat
pembicara.