Pengertian Maf’ul Ma’ah
Maf’ul ma’ah adalah isim manshub yang terletak setelah
wau ma’iyyah untuk menerangkan sesuatu yang terjadi bersamaan.
|
Maf'ul Ma'ah |
Contoh:
جِئْتُ وَالسَّيَارَةَ
اسْتَيْقَظْتُ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ
Artinya:
Saya bangun bersamaan dengan terbitnya matahari.
Aku datang bersamaan dengan mobil.
Syarat menjadi maf’ul maah adalah sebagai berikut:
Pertama: Sebelum maf’ul ma’ah tersebut berupa
jumlah.
Tidak bisa menjadi maf’ul ma’ah apabila sebelumnya
bukan merupakan jumlah mufidah. Contoh:
سِرْتُ وَالنَّيْلَ
سَارَ عليُّ والْجَبَلَ
Kedua: Isim yang menjadi maf’ul ma’ah
merupakan fudhlah.
Artinya maf’ul ma’ah tersebut sebagai pelengkap atau
tambahan dari peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, tanpa maf’ul ma’ah pun
kalimat sebelumnya sudah mafhum dan sempurna maknanya.
Contoh:
اسْتَيْقَظْتُ وَتغْرِيْدَ الطُّيورِ
Artinya:
Aku bangun bersama dengan berkicaunya burung.
Seandainya tanpa maf’ul ma’ah pun kalimat sebelumnya
sudah sempurna maknanya.
Ketiga: Wau antara jumlah dan maf’ul ma’ah
bermakna (مَعَ) yang artinya
bersama.
Perbedaan Wau Athaf dan Wau Ma’iyyah
1. Isim yang terletak setelah wau ma’iyyah selalu
mansub, adapun isim yang terletak setelah wau athaf tergantung ma’thufnya.
Wau athaf itu menujukkan antara ma’thuf dan ma’thuf ‘alaihnya
sama dalam kedudukan hukum tata bahasa Arab.
Contoh :
سَارَ عَلِيٌّ وَالْجَبَلَ
سَارَ عَلِيٌّ وَحَسَنٌ
جِئْتُ بِالْكِتَابِ وَالْقَلَمِ
Wau pada contoh yang pertama adalah merupakan wau ma’iyyah,
sedangkan pada contoh yang kedua dan ketiga merupakan wau ‘athaf.
2. Pelaku pada wau ma’iyyah hanya terdiri dari satu
pihak, sedangkan pelaku pada wau ‘athaf terdiri dari dua belah pihak.
Contoh:
اسْتَيْقَظْتُ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ
تحَابَّ الْفَتَى وَ الْفَتَاةُ
Artinya:
Aku bangun bersama terbitnya matahari.
Pemuda dan pemudi saling jatuh cinta.
Contoh Maf’ul Ma’ah di Al-Qur’an
•
Yunus: 71
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ نُوحٍ إِذْ
قَالَ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِن كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُم مَّقَامِي وَتَذْكِيرِي
بِآيَاتِ اللَّهِ فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ
غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوا إِلَيَّ وَلَا تُنظِرُونِ
71. Dan bacakanIah kepada mereka
berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: "Hai
kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku
(kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena
itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk
membinasakanku). Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu
lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.
•
Al-Hasyr: 9
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ
إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا
وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
9. Dan orang-orang yang
telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka dalam kesusahan.
=======
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya. Mohon koreksinya
bila ada yang salah. Semoga tulisan ini bermanfaat. Bila ada yang ditanyakan
silakan isikan di kolom komentar!
Kalau ada yang ingin kontak penulis, silakan klik “kontak”
di blog ini! Syukran.
Terima kasih ilmunya.
ReplyDeleteTulisannya bagus sekali. Semangat terus untuk berbagi ilmu ttg bahasa arab.
ReplyDeleteTerima kasih penjelasannya.. bagus sekali
ReplyDeleteTerus buat yang banyak kak
ReplyDeleteKeren
ReplyDelete