Fi’il Lazim dan
Fi’il Muta’addi
Bila dilihat
dari segi adanya objek (maf’ul), fi’il terbagi menjadi fi’il lazim dan fi’il
muta’addi. Nah berikut penjelasannya:
|
Lazim dan Mutaaddi |
A. Fi’il
Lazim
Fi’il lazim (intransitif)
adalah fi’il yang tidak membutuhkan maf’ul (objek). Kalimat yang ada fi’il
lazimnya sempurna maknanya meskipun tidak ada maf’ul.
Contoh fi’il
lazim:
قَامَ
أَحْمَدُ
جَلَسَ
عَارِفٌ
تَنَامُ
زَيْنَبُ
Artinya:
Ahmad berdiri
Arif duduk
Zainab tidur
Contoh-contoh di
atas terdiri dari fi’il dan fa’il serta tidak terdapat maf’ul. Kalimat tersebut
tidak memerlukan objek untuk menyempurnakan maknanya. Oleh karena itu,
fi’il-fi’il tersebut termasuk fi’il lazim.
B. Fi’il
Muta’addi
Fiil muta’addi (transitif)
adalah fi’il yang membutuhkan satu maf’ul atau lebih untuk menyempurnakan
maknanya. Apabila tidak ada maf’ul dalam kalimat yang terdapat fi’il muta’addi,
maka maknanya tidak sempurna atau tidak termasuk kalam mufid.
Contoh fi’il
muta’addi:
يَكْتُبُ
أَحْمَدُ الرِّسَالَةَ
أَكَلَتْ
زَيْنَبُ الْخُبْزَ
قَرَأَ
عَارِفٌ الْقُرْآنَ
Artinya:
Ahmad menulis
surat
Zainab memakan
roti
Arif memnbaca
Al-Qur’an.
Fiil Muta’addi
terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Muta’addi
kepada satu maf’ul
Contoh fi’il yang
membutuhkan satu maf’ul saja:
قَرَأَ
عَارِفٌ الْقُرْآنَ
نَصَرَ
أَحْمَدُ مَحْمُوْدًا
2. Muta’addi
kepada dua maf’ul
Yaitu fi’il yang
membutuhkan dua maf’ul dalam menyempurnakan maknanya. Muta’addi kepada dua
maf’ul terbagi menjadi dua:
a. maf’ulnya
berasal dari mubtada’ dan khabar
fi’il-fi’il
tersebut diantaranya:
ظَنَّ
– حَسِبَ – خَالَ – زَعمَ – رَأَى – عَلِمَ – وَجَدَ – اتَّخَدَ – جَعَلَ
Contoh:
جَعَلَ
أَحْمَدُ الْكِتَابَ صَغِيْرًا
ظَنَّ
أَحْمَدُ مَحْمُوْدًا مُدَرِّسًا
b. maf’ulnya
bukan dari mubtada’ dan khabar
Contoh fi’il
yang membutuhkan dua maf’ul yang bukan dari mutada’ khabar:
عَلَّمَ
اللهُ أَدَمَ الْأَسْمَاءَ
كَسَا
أَحْمَدُ ابْنَهُ الثَّوْبَ
3. Muta’addi
kepada tiga maf’ul
Contoh fiil yang
membutuhkan tiga objek:
أَرَى
– أَعْلَمَ – أَنْبَأَ – نَبَّأَ – أَخْبَرَ - خَبَّرَ - حَدَثَ
Contoh:
حَدَثْتُ
مُحَمَّدًا إِيَّاكَ حَقِيْقًا
Artinya: aku
menceritakan tentang Muhammad kepadamu akan kebenaran
C. Cara Menjadikan
Fi’il Lazim Menjadi Muta’addi
Fi’il lazim bisa
berubah menjadi fi’il lazim dengan dua cara, yaitu dengan mengubah wazannya
atau dengan menambahkan huruf jar.
1. Mengubah
wazan
a. Fi’il
mengikuti wazan (أَفْعَلَ)
Contoh:
خَرَجَ
– أَخْرَجَ
قَامَ
– أَقَامَ
سَرَى
- أَسْرَى
Maka kita
melihat perbedaan terjemah fi’il-fi’il di atas antara lazim dan muta’addi:
Kata (خَرَجَ)
artinya keluar, sedangkan (أَخْرَجَ)
artinya mengeluarkan.
Kata (قَامَ)
artinya berdiri, sedangkan (أَقَامَ)
artinya mendirikan.
Kata (سَرَى)
artinya jalan malam, sedangkan (أَسْرَى)
artinya meperjalankan malam.
b. Fi’il
mengikuti wazan (فَعَّلَ)
Contoh:
حَسُنَ
– حَسَّنَ
خَرَجَ
– خَرَّجَ
كَرُمَ
- كَرَّمَ
Kata (حَسُنَ)
artinya bagus, sedangkan (حَسَّنَ)
artinya memperbagus.
Kata (خَرَجَ)
artinya keluar, sedangkan (خَرَّجَ)
artinya mengeluarkan.
Kata (كَرُمَ)
artinya mulia, sedangkan (كَرَّمَ)
artinya memuliakan.
2. Menambahkan
huruf jar
Contohnya kata (ذَهَبَ)
artinya pergi dan kata (أَتَى)
artinya datang. Kedua kedua kata tersebut disandingan dengan kata yang ada
huruf ba’nya, maka maknanya menjadi muta’addi. Mari kita lihat perbandingan
maknanya:
ذَهَبَ
أَحْمَدُ
ذَهَبَ
أَحْمَدُ بِالْكِتَابِ
أَتَى
أَحْمَدُ
أَتَى
أَحْمَدُ بِالْكِتَابِ
Artinya:
Ahmad pergi
Ahmad
menghilangkan buku
Ahmad datang
Ahmad
mendatangkan (membawa) buku
D. Cara Menjadikan
Fi’il Muta’addi Menjadi Lazim
Untuk mengubah
fi’il muta’addi menjadi fi’il lazim adalah dengan memasukkannya pada wazan
berikut ini:
اِنْفَعَلَ
– اِفْتَعَلَ – اِفْعَلَّ – اِفْعَالَّ – تَفَعَّلَ – اِفْعَوْعَلَ - اِفْعَوَّلَ
Contoh
perubahannya:
جَمَعَ
– اِجْتَمَعَ
كَسَّرَ
– تَكَسَّرَ
Kata (جَمَعَ)
artinya mengumpulkan, sedangkan (اِجْتَمَعَ)
artinya berkumpul.
Kata (كَسَّرَ)
artinya memecahkan, sedangkan (تَكَسَّرَ)
artinya pecah.
========
Tambahan:
Ada juga fi’il
muta’addi yang maf’ul berupa jar majrur. Kalau dalam bahasa Inggris kita
mengenal yang namanya preposisi dimana suatu kata kerja berpasangan dengan kata
tertentu. Begitu pula dalam bahasa Arab, ada beberapa fi’il yang selalu
berpasangan dengan huruf jar. Contohnya:
يَحْتَاجُ
إِلَى – أَمَنَ بِ – اِهْتَمَّ بِ – شَكَرَ لِ – صَلَّى عَلَى – رَغِبَ عَنْ –
رَغِبَ فِيْ – توَكَّلَ عَلَى
Beberapa fi’il
di atas selalu berpasangan dengan huruf jar dan huruf jarnya tidak
diterjemahkan. Contoh penerapan kata tersebut:
يَحْتَاجُ
أَحْمَدُ إِلَى رَحْمَةَ اللهِ
أَمَنْتُ
بِاللهِ وَتَوَكَّلْتُ عَلَيْهِ
Artinya:
Ahmad
membutuhkan buku
Aku beriman
kepada Allah dan berserah diri kepadanya.
Sekian dan
demikian. Semoga bermanfaat! Amin.
terima kasih, sangat jelas penjelasannya. . .
ReplyDeleteAlhamdulillaah dpt ilmu
ReplyDeleteterimakasih, blog ini sangat membantu saya ☺
ReplyDeletesyukron...
ReplyDeleteAlhamdulillah saya faham, dan penjelasanny mudah di mengerti
ReplyDeleteMohon maaf arti yg يَحْتَاجُ أَحْمَدُ إِلَى رَحْمَةَ اللهِ
ReplyDeleteKurang tepat min
Sepertinya ada beberapa tulisan yang keliru.
ReplyDeleteyg ( c ) tu mcm salah..rasanya yg betul ialah cara menukarkan fi'il mutaaddi menjadi lazim
ReplyDeletepenjelasan yang sangat baik
ReplyDeleteTerimakasih atas ilmu nya... semoga berkah
ReplyDeleteTolong sertain sumber kitabnya pliss. terimakasih
ReplyDeletekami dari anak pondok Indonesia mengucapkan blognya sangat membantu
ReplyDelete
ReplyDeleteالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Mau tanya: Fiil muttaadi kan fiil yg bisa bersambung dgn HA dhomir yg kembalinya bkn ke mashdar. Ini apa juga berlaku bila bersambung nya dgn dhomir lain? Alias klo bersambung dgn dhomir nashob selain HA menandakan dhomir tsb adh mafulun bih? جَزَاك الله خَيْرًا كَثِيْرًا