Kisah Seorang Anshar Yang Dijamin Surga Karena Memaafkan
Kisah inspiratif nan penuh hikmah tentang seorang sahabat yang tidak menyimpan iri dan dendam kepada orang lain.
|
Memaafkan |
Kisah ini diabadikan Abdullah bin
Mubarak rahimahullah dalam kitab Zuhud. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, ketika para sahabat sedang duduk-duduk bersama Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba beliau bersabda: “Sebentar lagi akan
datang seorang penghuni surga.”
Para sahabat penasaran siapa
orang yang dimaksud Rasulullah SAW sebagai penghuni surga karena di saf paling
depan telah duduk para sahabat utama Rasulullah SAW seperti Umar bin Khattab
hingga Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib.
Tak lama kemudian, seorang
laki-laki Anshar lewat di depan mereka sambil menenteng sandal. Air wudhu
tampak masih membasahi janggutnya. Dia bukanlah seorang sahabat yang banyak
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan sahabat lainnya ataupun sahabat yang
ditunjuk untuk meriwayatkan hadis Rasulullah SAW.
Keesokan harinya, ketika tak ada
sahabat yang bertanya, maka Rasulullah SAW kembali mengulangi perkataannya
tersebut. Rasulullah SAW menyampaikan hal yang sama, bahwa akan ada seorang
penghuni surga yang akan masuk dari pintu yang ditunjuk Rasulullah SAW. Lalu
para sahabat melihat lagi ke pintu yang sama dan di saf depan juga ada sahabat
utama Rasulullah SAW seperti hari sebelumnya.
Ternyata, yang masuk adalah pria
yang sama dengan hari sebelumnya. Saat itu, para sahabat diam, iqamah dan
melanjutkan salat.
Pada hari ke tiga, Rasulullah SAW
menyampaikan hal yang sama lagi di hadapan para sahabat. Kemudian masuk lagi
orang yang sama.
Lalu Abdullah bin Amr, salah
seorang sahabat Rasulullah yang dikenal sebagai orang yang paling fanatik
dengan semua ajaran dan sunah yang dikerjakan Rasulullah SAW pun, merasa
penasaran. Maka ia mendatangi rumah pria yang telah disebut tiga kali oleh
Rasulullah SAW sebagai penghuni surga tersebut. Dia datang ke rumah pria itu
dan mengaku ada masalah dengan orang tuanya dan berkata, "Wahai Saudaraku,
aku ingin datang bertamu ke rumahmu tiga hari. Apakah boleh?"
Pria itu tak keberatan dan
membolehkannya. Kemudian Abdullah bin Amr melihat semua aktivitas pria
tersebut. Saat setelah makan malam, orang itu tidur dan sepertiga malam pria
itu bangun untuk salat malam. Pagi-pagi saat subuh salat ke masjid dan kembali
pulang sarapan dan lain sebagainya. Kegiatan itu sama saja seperti sahabat
lainnya.
Karena sudah tiga hari dan tidak
berhasil menemukan amal istimewa, Abdullah bin Amr berpamit hendak pulang dan
jujur maksud ia menginap di rumahnya.
“Wahai saudaraku, sebenarnya aku
tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku. Hanya saja aku mendengar Rasulullah
selama tiga hari berturut-turut mensabdakan, ‘Sebentar lagi akan datang seorang
penghuni surga.’ Ternyata engkau yang muncul selama tiga kali berturut-turut
itu. Karenanya aku menginap di rumahmu untuk mengetahui amalan apa yang engkau
lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Aku tidak melihatmu mengerjakan
amalan istimewa. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga
Rasulullah menjaminmu masuk surga?”
"Wahai Ibnu Amr, kalau itu
yang mau kau tahu, maka setiap saya letakkan kepala saya dibantal mau tidur di
malam hari, saya selalu memaafkan semua orang yang berbuat salah tanpa ada
perkataan maaf dari orang itu. Apa pun itu saya maafkan dan bersihkan."
“Seperti yang engkau lihat, aku
tidak mengerjakan amalan apa-apa,” kata laki-laki tersebut.
“Hanya saja aku tidak pernah
mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang
diberikan Allah kepadanya.”
========================
Dari kisah di atas, kita bisa
mengambil hikmah bahwa memaafkan merupakan akhlak tertinggi yang bisa
mengantarkan seorang mukmin ke surga. Pastinya seseorang yang suka memaafkan
orang lain tidak menyimpan iri dengki serta dendam kepada orang lain.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kisah Hikmah Orang Yang Selalu Memaafkan Orang Lain Sebelum Tidurnya"
Post a Comment