Pengertian Tasybih, Rukun dan
Tujuannya
Pelajaran pertama ketika kita memeplajari ilmu bayan
adalah pembahasan tasybih. Belajar tasybih merupakan dasar untuk belajar ke tahap
selanjutnya. Adapun yang akan dibahas pada postingan kali ini adalah pengertian
tasybih, rukun tasybih, dan tujuan dari ungkapan tasybih.
Selamat Belajar!
|
Tasybih |
A. Pengertian Tasybih
Menurut bahasa tasybih berarti tasmtsil (تَمْثِيْلٌ) yang
artinya penyerupaan atau perumpamaan. Sedangkan menurut istilah adalah:
هُوَ
بَيانُ أَنَّ شَيْئاً أَوْ أشْياءَ شارَكَتْ غيْرَها في صِفةٍ أوْ أَكْثرَ،
بأَداةٍ هِيَ الكافُ أَوْ نحْوُها مَلْفُوْظةً أَوْ مَلْحُوْظَةً
Menjelaskan bahwa suatu perkara bersekutu dengan yang lainnya dalam satu
sifat atau lebih dengan menggunakan perantara yaitu kaf (ك) dan sejenisnya baik secara tersurat maupun tersirat.
Contoh:
خَالِدٌ كَالْأَسَدِ فِي الشَّجَاعَةِ
Artinya: "Khalid seperti singa dalam keberanian”.
قلبُهُ
كالحجارةِ قَسْوةً وصلابةً
Artinya: “Hatinya seperti batu dalam keras dan kuatnya.”
Dari contoh yang pertama didapati bahwa khalid diserupakan dengan singa
karena keduanya mempunyai sifat yang sama yaitu sama-sama berani. Disyaratkan
pula bahwa musyabbah bih itu lebih kuat daripada musyabbah.
B.
Rukun Tasybih
Rukun tasybih ada 4, yaitu:
1. Musyabbah (المـُشَبَّهُ) yaitu
sesuatu yang diserupakan
2. Musyabbah bih (المـُشَبَّهُ
بهِ) yaitu
sesuatu yang diserupakan dengan
3. Adat tasybih (أَداةُ
التَّشْبيهِ) alat atau perantara tasybih
4. Wajah syabah (وَجْهُ
الشَّبَهِ) sifat yang menjadi letak kesamaan.
Rukun yang pertama dan keduan disebut denga tharaf (طَرَف) dan wajib
dimunculkan dalam tasybih. Sedangkan rukun ketiga dan keempat boleh dimunculkan
atau dihilangkan.
Mari kita telaah kembali contoh tasybih yang kedua:
قلبُهُ
كَالْحِجَارَةِ قَسْوةً وصَلَابةً
Dari contoh tersebut kata yang menjadi musyabbah adalah kata (قلبُهُ), musyabbah
bih adalah kata (الْحِجَارَة), adat tasybihnya kata (ك), dan wajah
syabahnya adalah kata (قَسْوةً) dan (صَلَابةً).
1. Musyabbah dan Musyabbah Bih
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa musyabbah dan
musyabbah bih termasuk tharaf tasybih atau inti dari tasybih yang keduanya
wajib ada dalam ungkapan tasybih. Musyabbah dan musyabbah bih bisa berupa
sesuatu yang konkrit maupun yang abstrak. Berikut penjelasannya:
a.
Konkrit dengan
konkrit (الْحِسِيَّانِ)
Artinya musyabbah dan musyabbah bih berupa hal yang maknanya
bisa ditangkap oleh salah satu dari anggota panca indera. Contohnya menyerupakan
sesuatu yang bisa dilihat seperti wajah perempuan dengan bulan purnama, menyerupakan
yang bisa dengan seperti suara teriakan dengan guntur, menyerupakan yang bisa
dicium seperti aroma badan dengan kasturi, menyerupakan yang bisa dikecap
seperti makanan biasa dengan makanan enak, dan menyerupakan yang bisa diraba
atau disentuh seperti panas, basah, kasar, dll.
b.
Abstrak dengan
abstrak (الْعَقْلِيَّانِ)
Artinya musyabbah dan musyabbah bih berupa hal yang maknanya
hanya bisa ditangkap dengan perasaan atau akal, seperti penyerupaan keimanan dengan kehidupan dan kekafiran
dengan kematian.
Aqliyan dibagi menjadi 2 macam yaitu kenyataan dan
khayalan. Sesuatu yang nyata seperti cinta, marah, sakit, dan takut. Adapun
yang bersifat khayalan seperti hantu, manusia terbang, dll.
c.
Konkrit (الْحِسِيّ) dengan abstrak (الْعَقْلِيّ)
Musyabbahnya berupa hal konkrit sedangkan musyabbah
bihnya berupa hal abstrak seperti penyerupaan mata tombak dengan taring hantu
seperti dalam sebuah syair:
أَيَقْتُلُنِيْ
وَالْمَشْرَ فِيْ مَضَاجِعِيْ # وَمَسْنُوْنَةٌ زُرْقٌ كَأَنْيَابِ أَغْوَالِ
“Apakah ia akan membunuhku sementara pedang selalu berada
di peraduanku dan mata tombak berwarna biru (saking tajamnya) bagaikan
taring-taring hantu.”
d.
Abstrak (الْعَقْلِيّ) dengan konkrit (الْحِسِيّ)
Musyabbahnya berupa hal abstrak sedangkan musyabbah
bihnya berupa hal konkrit seperti penyerupaan kejahatan dengan malam dan
kematian dengan hewan buas.
2.
Adat Tasybih
Adat tasybih adalah kata
yang dipergunakan untuk menyambung letak kesamaan antara musyabbah dan musyabbah bih. Adat tasybih dapat berupa
huruf, isim, maupun fi’il.
a.
Adat tasybih yang berupa huruf, seperti (ك) dan كَأَنَّ)). Contoh:
قَلْبُهُ
كَالْحِجَارَةِ فِي الْقَسْوَةِ
Artinya: “Hatinya bagaikan batu pada kerasnya”
كَأَنَّ
زَيْدًا بَحْرٌ فِي الْكَرَمِ
Artinya: “Seakan-akan Zaid adalah lautan dalam
kemurahannya”
b.
Adat tasybih yang berupa isim, seperti (شِبْه), (مُحَاكَاة), dan (مِثْلُ). Contoh:
مُحَمَّدٌ
مِثْلُ الْبَحْرِ فِي الْكَرَمِ
Artinya: “Muhammad seperti lautan dalam kemulyaannya”
عَزْمُهُ مُحَاكاةُ السَّيْفِ فِي
الْقَطْع
Artinya: “Keinginannya yang kuat seperti pedang dalam
memotong”
عُمَرُ
شِبْهُ الْأَسَدِ فِي الشَّجَاعَةِ
Artinya: “Umar seperti singa dalam keberanian”
c.
Adat tasybih berbentuk fi’il, seperti (يحاكي), (يشابه), dan (يماثل). Contoh:
عَائِشَةُ
تُمَاثِلُ الْوَرْدَةِ فِي الْجَمَلِ
Artinya: “Aisyah menyerupai mawar dalam kecantikannya”
عَلِيْ يُحَاكِي النَّجْمَ فِي العُلُوِّ
Artinya: “Ali menyerupai bintang dalam ketinggiannya”
خَالِدُ
يُشَابِهُ الْجَبَلَ فِي الرُسُوخِ
Artinya: “Khalid menyerupai gunung dalam kekokohannya”
3.
Wajah Syabah
Wajah syabah adalah sifat yang sama yang terdapat pada musyabbah
dan musyabbah bih, seperti kesamaan sifat cantik yang terdapat pada perempuan
dan bunga. Sifat yang sama pada musyabbah dan musyabbah bih bisa satu sifat
atau lebih. Pada prinsipnya wajah syabah pada musyabbah bih itu harus lebih
kuat dibandingkan sifat pada musyabbah.
C. Tujuan Tasybih
Setiap kalimat yang dituturkan oleh seseorang pastilah
ada maksud dan tujuannya. Begitu juga ketika seseorang menggunakan gaya tasybih
dalam perkataannya, maka ada tujuannya. Adapun tujuan tasybih diantaranya
adalah:
1. Menjelaskan keadaan musyabbah
Untuk menjelaskan
sesuatu yang belum dikenal oleh audien, pembicara terkadang menggunakan
uslub tasybih agar audien lebih mudah memahaminya.
Contoh perkataan an-Nabighah az-Zibyani ketika memuji al-Nu’man bin al-Mundzir:
كَأَنَّكَ
شَمْسٌ وَالْمُلُوْكَ كَوَاكِبُ # إذَا طَلَعَتْ لَمْ يَبْدُ مِنْهُنَّ كَوْكَبُ
Artinya: “Engkau bagaikan matahari, sedangkan raja-raja
itu bagaikan bintang-bintang. Apabila matahari sudah terbit, maka
bintang-bintang itu tidak tampak (muncul).“
Contoh
lain sabda Rasulullah SAW:
النَّاسُ كَإِبِلِ
مِائَةِ لَا تَجِدُ فِيْهَا راحِلَةً
Artinya:
“Manusia itu bagaikan unta
berjumlah seratus, jarang ditemukan unta
yang bisa dikendarai untuk perjalanan jauh.”
Maksud dari contoh terakhir adalah dari sekian banyak manusia namun hanya sedikit
orang-orang yang hebat.
2. Menjelaskan bahwa keberadaan musyabbah itu mungkin terjadi
Untuk memperjelas sesuatu yang mungkin dianggap oleh
sebagian orang tidak bisa terjadi,
pembicara menggunakan uslub Tasybih.
Contohnya:
perkataan Abi ath-Thayyib
al-Mutanabbi ketika
mengenang kematian Ibu Saif ad-Daulah:
فَإِنْ تَفُقِ
الْأَنَامَ وَأَنْتَ مِنْهُمْ # فَإِنَّ المِسْكَ بَعْضُ دَمِ الغَزَالِ
Artinya:
“Jika engkau berhasil mengungguli manusia lain sedangkan engkau adalah bagian
dari mereka. Sesungguhnya minyak misk (minyak kasturi) dibuat dari campuran
darah menjangan.”
3. Menguatkan keadaan Musyabbah
Biasanya digunakan untuk musyabbah yang sifatnya abstrak
maka diterapkanlah penyerupaan.
Dalam peribahasa Arab disebutkan juga:
الطَّامِعُ فِي
النَّصْرِ مِنْ أَعْدَائِهِ كَمَنْ يَرْجُو مِنَ السَمِّ عِلَاجًا لِدَائِهِ
Artinya: “Orang yang mengharap pertolongan dari
musuh-musuhnya, bagaikan orang yang berharap menggunakan racun menjadi obat
penyakitnya.”
4. Menjelaskan ukuran musyabbah
Hadits Rasulullah saw. yang mengumpamakan orang-orang
yang berada di dunia bagaikan orang yang bernaung di bawah bayangan pohon:
مَا لِيْ وَمَا
لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبِ اسْتَظَلَّ تَحْتَ
شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
Artinya: “Tidak ada hubungan yang istimewa antara saya dengan
dunia. Tiada saya berada di dunia melainkan bagaikan pengendara yang berhenti
sebentar untuk bernaung di bawah pohon, lalu pergi dan meninggalkan pohon
tersebut.”
5. Memperindah musyabbah
Contohnya dalam firman Allah disebutkan:
كَأَنَّهُنَّ
الْيَاقُوْتُ وَالْمَرْجَانُ
Artinya: “Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan
marjan.“ (QS. Ar-Rahman : 58)
6. Menyebut kejelekan yang terdapat pada al-musyabbah
Contohnya,
dalam sebuah syair disebutkan:
وَإِذَا أَشَارَ
مُحَدِّثًا فَكَأَنَّهُ # قِرْدٌ يُقَهْقِهُ أَوْ عَجُوْزٌ تَلْطِمُ
Artinya:
”Apabila dia berbicara dengan berisyarat seakan-akan dia kera yang tertawa
terbahak-bahak atau nenek tua yang menempeleng.”
muantaafff
ReplyDeleteJelas dan lengkappp, bisa jadi rujukan para pemula dalam menekuni ilmu balaghoh :)
ReplyDeleteSelamat memposting bab2 berikutnya
Siap sis
Deletesangat bermqnfaat bagi para pemula
ReplyDeletesemoga selalu di beri kemudahn dalam menjlnkan kebaikann
Ringkas dan mudah dipahami. Motivasi untuk belajar lebih lanjut. Izin kopi Ustadz. Jazakallahu khoyr
ReplyDeleteSaya mau tanya Ustadz, adat tasybih yang berupa huruf apakah hanya kaf dan ka'anna saja Ustadz?
ReplyDeleteBismillah... kak ada daftar pustaka nya ?
ReplyDeleteSayangnya tudak ada penjelasan detil tentang tujuan2 tasybih tersebut. Hanya terjemahannya saja. Bagi pemuka agak bingung memahami maksud contoh tsb . Syukron
ReplyDeletemaa sya allooh syukron,,, jelas sekali
ReplyDelete