Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Tanda I’rab Jazm dan Contohnya

Tanda I’rab Jazm dan Contohnya
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan i’rab, i’rab jazm hanya diterapkan pada fi’il mudhari saja. Fi’il mudhari yang dijazmkan harus didahului oleh amil jazim terlebih dahulu.

Artikel keren lainnya:

Do’a Dalam Al-Qur’an Untuk Memohon Ampunan

Setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa. Sebagai seorang mu’min, kita senantiasa bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah swt apabila kita melakukan suatu kesalah atau berbuat dosa.

Artikel keren lainnya:

Pengertian Qashr, Rukun, Dan Macamnya

Dalam kajian ilmu ma’ani ada yang dinamakan “al-qashr”. Apa yang dimaksud “al-qashr dalam ilmu balaghah? Untuk menemukan jawabannya silahkan baca artikel di bawah ini. In syaallah, dalam artikel ini akan djelaskan secara singkat tentang qashr mulai dari pengertia, rukun, dan macamnya.

Artikel keren lainnya:

Tanda-tanda Waqaf Beserta Arti Dan Contohnya

Tanda-Tanda Waqaf dan Contohnya
Pada musyawarah kerja Ulama Al-Qur’an pada tahun 1980 telah diambil suatu keputusan untuk menyederhanakan tanda-tanda waqaf menjadi 7 macam saja.

Artikel keren lainnya:

Do’a Dari Al-Qur’an Untuk Minta Anak Shaleh

Kedatangan sibuah hati adalah hal yang sangat ditunggu-tunggu bagi pasangan suami istri apalagi kalau sudah bertahun-tahun merajut rumah tangga. Punya buah hati memang menyenangkan dan alangkah lebih bahagia lagi kalau anak kita menjadi anak yang shaleh dan shalehah.

Artikel keren lainnya:

Wazan Fi’il Tsulatsi Mazid Sudasi (Tambahan 3 Huruf)

Wazan Fi’il Tsulatsi Mazid Sudasi
Wazan Fi'il Tsulatsi Mazid Sudasi
Fi’il Tsulatsi Mazid Sudasi adalah fi’il tsulatsi (kata yang huruf asalnya ada 3) yang pada bentuk madhinya ditambah 3 huruf tambahan sehingga hurufnya menjadi 6 huruf dan disebut sudasi.

Artikel keren lainnya:

Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi (Tambahan 2 Huruf)

Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi (Tambahan 2 Huruf)
Fi'il Tsulatsi Mazid Khumasi (Tambahan 2 Huruf)
Fi’il Tsulatsi Mazid Khumasi adalah fi’il tsulatsi (kata yang huruf asalnya ada 3) yang pada bentuk madhinya ditambah 2 huruf tambahan sehingga hurufnya menjadi 5 huruf dan disebut khumasi.

Artikel keren lainnya:

Pengertian Wazan Dan Mauzun

Apabila kita sedang belajar ilmu sharaf khususnya pada pembahasan tashrif, maka kita akan sering bertemu dengan istilah wazan dan mauzun. Apa yang dimaksud kedua istilah tersebut? Untuk mengetahui jawabannya silahkan baca postingan saya berikut ini!

Artikel keren lainnya:

Pengertian Tasybih, Rukun dan Tujuannya

Pengertian Tasybih, Rukun dan Tujuannya
Pelajaran pertama ketika kita memeplajari ilmu bayan adalah pembahasan tasybih. Belajar tasybih merupakan dasar untuk belajar ke tahap selanjutnya. Adapun yang akan dibahas pada postingan kali ini adalah pengertian tasybih, rukun tasybih, dan tujuan dari ungkapan tasybih.
Selamat Belajar!
Tasybih
A.    Pengertian Tasybih
Menurut bahasa tasybih berarti tasmtsil (تَمْثِيْلٌ) yang artinya penyerupaan atau perumpamaan. Sedangkan menurut istilah adalah:
هُوَ بَيانُ أَنَّ شَيْئاً أَوْ أشْياءَ شارَكَتْ غيْرَها في صِفةٍ أوْ أَكْثرَ، بأَداةٍ هِيَ الكافُ أَوْ نحْوُها مَلْفُوْظةً أَوْ مَلْحُوْظَةً
Menjelaskan bahwa suatu perkara bersekutu dengan yang lainnya dalam satu sifat atau lebih dengan menggunakan perantara yaitu kaf (ك) dan sejenisnya baik secara tersurat maupun tersirat. Contoh:
خَالِدٌ كَالْأَسَدِ فِي الشَّجَاعَةِ
Artinya: "Khalid seperti singa dalam keberanian”.
قلبُهُ كالحجارةِ قَسْوةً وصلابةً
Artinya: “Hatinya seperti batu dalam keras dan kuatnya.”
Dari contoh yang pertama didapati bahwa khalid diserupakan dengan singa karena keduanya mempunyai sifat yang sama yaitu sama-sama berani. Disyaratkan pula bahwa musyabbah bih itu lebih kuat daripada musyabbah.
B.    Rukun Tasybih
Rukun tasybih ada 4, yaitu:
1.     Musyabbah (المـُشَبَّهُ) yaitu sesuatu yang diserupakan
2.     Musyabbah bih (المـُشَبَّهُ بهِ) yaitu sesuatu yang diserupakan dengan
3.     Adat tasybih (أَداةُ التَّشْبيهِ) alat atau perantara tasybih
4.     Wajah syabah (وَجْهُ الشَّبَهِ) sifat yang menjadi letak kesamaan.
Rukun yang pertama dan keduan disebut denga tharaf (طَرَف) dan wajib dimunculkan dalam tasybih. Sedangkan rukun ketiga dan keempat boleh dimunculkan atau dihilangkan.
Mari kita telaah kembali contoh tasybih yang kedua:
قلبُهُ كَالْحِجَارَةِ قَسْوةً وصَلَابةً
Dari contoh tersebut kata yang menjadi musyabbah adalah kata (قلبُهُ), musyabbah bih adalah kata (الْحِجَارَة), adat tasybihnya kata (ك), dan wajah syabahnya adalah kata (قَسْوةً) dan (صَلَابةً).
1.     Musyabbah dan Musyabbah Bih
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa musyabbah dan musyabbah bih termasuk tharaf tasybih atau inti dari tasybih yang keduanya wajib ada dalam ungkapan tasybih. Musyabbah dan musyabbah bih bisa berupa sesuatu yang konkrit maupun yang abstrak. Berikut penjelasannya:
a.      Konkrit dengan konkrit (الْحِسِيَّانِ)
Artinya musyabbah dan musyabbah bih berupa hal yang maknanya bisa ditangkap oleh salah satu dari anggota panca indera. Contohnya menyerupakan sesuatu yang bisa dilihat seperti wajah perempuan dengan bulan purnama, menyerupakan yang bisa dengan seperti suara teriakan dengan guntur, menyerupakan yang bisa dicium seperti aroma badan dengan kasturi, menyerupakan yang bisa dikecap seperti makanan biasa dengan makanan enak, dan menyerupakan yang bisa diraba atau disentuh seperti panas, basah, kasar, dll.
b.     Abstrak dengan abstrak (الْعَقْلِيَّانِ)
Artinya musyabbah dan musyabbah bih berupa hal yang maknanya hanya bisa ditangkap dengan perasaan atau akal, seperti penyerupaan  keimanan dengan kehidupan dan kekafiran dengan  kematian.
Aqliyan dibagi menjadi 2 macam yaitu kenyataan dan khayalan. Sesuatu yang nyata seperti cinta, marah, sakit, dan takut. Adapun yang bersifat khayalan seperti hantu, manusia terbang, dll.
c.      Konkrit (الْحِسِيّ) dengan abstrak (الْعَقْلِيّ)
Musyabbahnya berupa hal konkrit sedangkan musyabbah bihnya berupa hal abstrak seperti penyerupaan mata tombak dengan taring hantu seperti dalam sebuah syair:
أَيَقْتُلُنِيْ وَالْمَشْرَ فِيْ مَضَاجِعِيْ # وَمَسْنُوْنَةٌ زُرْقٌ كَأَنْيَابِ أَغْوَالِ
“Apakah ia akan membunuhku sementara pedang selalu berada di peraduanku dan mata tombak berwarna biru (saking tajamnya) bagaikan taring-taring hantu.”
d.     Abstrak (الْعَقْلِيّ) dengan konkrit (الْحِسِيّ)
Musyabbahnya berupa hal abstrak sedangkan musyabbah bihnya berupa hal konkrit seperti penyerupaan kejahatan dengan malam dan kematian dengan hewan buas.
2.     Adat Tasybih
Adat tasybih adalah kata yang dipergunakan untuk menyambung letak kesamaan antara musyabbah dan musyabbah bih. Adat tasybih dapat berupa huruf, isim, maupun fi’il.
a.      Adat tasybih yang berupa huruf, seperti (ك) dan كَأَنَّ)). Contoh:
قَلْبُهُ كَالْحِجَارَةِ فِي الْقَسْوَةِ
Artinya: “Hatinya bagaikan batu pada kerasnya”
كَأَنَّ زَيْدًا بَحْرٌ فِي الْكَرَمِ
Artinya: “Seakan-akan Zaid adalah lautan dalam kemurahannya”
b.     Adat tasybih yang berupa isim, seperti (شِبْه), (مُحَاكَاة), dan (مِثْلُ). Contoh:
مُحَمَّدٌ مِثْلُ الْبَحْرِ فِي الْكَرَمِ
Artinya: “Muhammad seperti lautan dalam kemulyaannya”
 عَزْمُهُ مُحَاكاةُ السَّيْفِ فِي الْقَطْع
Artinya: “Keinginannya yang kuat seperti pedang dalam memotong”
عُمَرُ شِبْهُ الْأَسَدِ فِي الشَّجَاعَةِ
Artinya: “Umar seperti singa dalam keberanian”
c.      Adat tasybih berbentuk fi’il, seperti (يحاكي), (يشابه), dan (يماثل). Contoh:
عَائِشَةُ تُمَاثِلُ الْوَرْدَةِ فِي الْجَمَلِ
Artinya: “Aisyah menyerupai mawar dalam kecantikannya”
 عَلِيْ يُحَاكِي النَّجْمَ فِي العُلُوِّ
Artinya: “Ali menyerupai bintang dalam ketinggiannya”
خَالِدُ يُشَابِهُ الْجَبَلَ فِي الرُسُوخِ
Artinya: “Khalid menyerupai gunung dalam kekokohannya”
3.     Wajah Syabah
Wajah syabah adalah sifat yang sama yang terdapat pada musyabbah dan musyabbah bih, seperti kesamaan sifat cantik yang terdapat pada perempuan dan bunga. Sifat yang sama pada musyabbah dan musyabbah bih bisa satu sifat atau lebih. Pada prinsipnya wajah syabah pada musyabbah bih itu harus lebih kuat dibandingkan sifat pada musyabbah.
C.     Tujuan Tasybih
Setiap kalimat yang dituturkan oleh seseorang pastilah ada maksud dan tujuannya. Begitu juga ketika seseorang menggunakan gaya tasybih dalam perkataannya, maka ada tujuannya. Adapun tujuan tasybih diantaranya adalah:
1.     Menjelaskan keadaan musyabbah
Untuk menjelaskan sesuatu yang belum dikenal oleh audien, pembicara terkadang menggunakan uslub tasybih agar audien lebih mudah memahaminya.
Contoh perkataan an-Nabighah az-Zibyani ketika memuji al-Nu’man bin al-Mundzir:
كَأَنَّكَ شَمْسٌ وَالْمُلُوْكَ كَوَاكِبُ  #  إذَا طَلَعَتْ لَمْ يَبْدُ مِنْهُنَّ كَوْكَبُ
Artinya: “Engkau bagaikan matahari, sedangkan raja-raja itu bagaikan bintang-bintang. Apabila matahari sudah terbit, maka bintang-bintang itu tidak tampak (muncul).“
Contoh lain sabda Rasulullah SAW:
النَّاسُ كَإِبِلِ مِائَةِ لَا تَجِدُ فِيْهَا راحِلَةً
Artinya: “Manusia itu bagaikan unta berjumlah seratus, jarang ditemukan unta yang bisa dikendarai untuk perjalanan jauh.”
Maksud dari contoh terakhir adalah dari sekian banyak manusia namun hanya sedikit orang-orang yang hebat.
2.     Menjelaskan bahwa keberadaan musyabbah itu mungkin terjadi
Untuk memperjelas sesuatu yang mungkin dianggap oleh sebagian orang tidak bisa  terjadi, pembicara menggunakan uslub Tasybih.
Contohnya: perkataan Abi ath-Thayyib al-Mutanabbi ketika mengenang kematian Ibu Saif ad-Daulah:
فَإِنْ تَفُقِ الْأَنَامَ وَأَنْتَ مِنْهُمْ  #  فَإِنَّ المِسْكَ بَعْضُ دَمِ الغَزَالِ
Artinya: “Jika engkau berhasil mengungguli manusia lain sedangkan engkau adalah bagian dari mereka. Sesungguhnya minyak misk (minyak kasturi) dibuat dari campuran darah menjangan.”
3.     Menguatkan keadaan Musyabbah
Biasanya digunakan untuk musyabbah yang sifatnya abstrak maka diterapkanlah penyerupaan.
Dalam peribahasa Arab disebutkan juga:
الطَّامِعُ فِي النَّصْرِ مِنْ أَعْدَائِهِ كَمَنْ يَرْجُو مِنَ السَمِّ عِلَاجًا لِدَائِهِ
Artinya: “Orang yang mengharap pertolongan dari musuh-musuhnya, bagaikan orang yang berharap menggunakan racun menjadi obat penyakitnya.”
4.     Menjelaskan ukuran musyabbah
Hadits Rasulullah saw. yang mengumpamakan orang-orang yang berada di dunia bagaikan orang yang bernaung di bawah bayangan pohon:
مَا لِيْ وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبِ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
Artinya: Tidak ada hubungan yang istimewa antara saya dengan dunia. Tiada saya berada di dunia melainkan bagaikan pengendara yang berhenti sebentar untuk bernaung di bawah pohon, lalu pergi dan meninggalkan pohon tersebut.”
5.     Memperindah musyabbah
Contohnya dalam firman Allah disebutkan:
كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوْتُ وَالْمَرْجَانُ
Artinya: “Seakan-akan bidadari itu permata yaqut dan marjan.“ (QS. Ar-Rahman : 58)
6.     Menyebut kejelekan yang terdapat pada al-musyabbah
Contohnya, dalam sebuah syair disebutkan:
وَإِذَا أَشَارَ مُحَدِّثًا فَكَأَنَّهُ  #  قِرْدٌ يُقَهْقِهُ أَوْ عَجُوْزٌ تَلْطِمُ
Artinya: ”Apabila dia berbicara dengan berisyarat seakan-akan dia kera yang tertawa terbahak-bahak atau nenek tua yang menempeleng.”


Artikel keren lainnya:

Tashrif dan Makna Fi’il Tsulatsi Mazid Ruba’i Wazan (أَفْعَلَ)

Tashrif dan Makna Fi'il Tsulatsi Mazid Rubai' Wazan (أَفْعَلَ)
Fi’il tsulatsi mazid ruba’i bab 1 adalah fi'il tsulatsi yang pada bentuk madhinya ditambahkan hamzah qatha’ di awalnya sehingga menjadi pola (أَفْعَلَ).

Artikel keren lainnya:

7 Fakta tentang Surat Al-Fatihah

Surat Al-Fatihah adalah surat pembuka dalam Al-Qur’an dan terdiri dari 7 ayat. Surat ini termasuk makkiyah yang artinya diturunkan sebelum Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah. Tujuh ayat dalam surat Al-Fatihah berisi tentang kebesaran Allah swt dan do’a agar ditunjukkan jalan yang benar.

Artikel keren lainnya: