Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Shifr Mustadir dan Shifr Mustathil (Pengertian dan Fungsinya)

Tanda Bulat Kecil Di Atas Huruf

Ketika kita membaca Al-Quran kita mendapati tanda bulat kecil di atas huruf khususnya huruf alif. Apa nama dan fungsi tanda tersebut? Itulah yang akan kita bahas pada tulisan ini.

Bila kita telaah lebih rinci, tanda bulatan kecil itu ada dua macam, yaitu ada yang bulat sempurna dan lonjong. Tanda bulat sempurna disebut dengan shifr mustadir dan tanda lonjong disebut shifr mustathil.

1. Shifr Mustadir

Shifrul mustadir adalah tanda bulat kecil di atas huruf dan berfaedah bahwa huruf tersebut tidak berfungsi ketika washal maupun waqaf.

Beberapa contoh kata yang terdapat tanda shifrul mustadir:

مَلَاْئِهِ - مَلَاْئِهِمْ – ثَمُوْدَا اَفَائِنْ – لٰكِنَّاْ – مِاْئَةٌ – مِاْئَتَيْنِ – لِتَتْلُوَا – لِيَبْلُوَا – لِيَرْبُوَا – وَنَبْلُوَا – لَنْ نَدْعُوَا – لَا تَاْيْئَسُوْا - لِشَاْيْءٍ – مِنْ نَبَاْءِى

Kata-kata di atas dibaca pendek ketika washal dan juga ketika waqaf karena alifnya dianggap tidak ada sehingga cara bacanya seperti berikut:

 

Shifr Mustadir

2. Shifr Mustathil

Shifrul Mustathil adalah tanda kecil berbentuk bulat panjang (lonjong) yang terletak di atas suatu huruf yang berfaedah bahwa huruf tersebut dihilangkan atau tidak berfungsi ketika washal dan berfungsi ketika waqaf.

Beberapa contoh kata yang terdapat tanda shifrul mustathil:

أَنَاْ – الرَّسُوْلَا –  السَّبِيْلَا - الظُّنُوْنَا

Kata-kata di atas alifnya tidak menjadikan hukum mad ketika dibac washal. Adapun ketika waqaf alifnya berfungsi dan menjadikannya huruf mad. Cara bacanya seperti berikut:

Shifr Mustathil

 =========

Catatan:

1. Dalam mushaf cetakan Madinah, ada kata lain yang terdapat tanda shifr seperti yang terletak di atas wau pada kata (اُولٰئِكَ) dan (اُولُو).

2. Khusus untuk kata (سَلٰسِلَا) yang terdapat di surat Al-Insan ayat 4 ketika waqaf boleh dibaca panjang atau disukunkan “sin”nya.

3. Shifr pada kata (قَوَارِيْرَا) yang berada di surat Al-Insan ayat 15 dan 16 berbeda bentuknya.  Pada ayat 15 shifrnya shifr mustathil yang artinya ra’ dibaca pendek ketika washal dan dibaca panjang ketika waqaf. Sedangkan shifr pada ayat 16 adalah shifr mustadir yang artinya dibaca pendek ketika washal dan disukunkan ra’nya ketika sukun.

Artikel keren lainnya:

Do'a Nisfu Sya'ban Lengkap dengan Latin dan Terjemah

Do’a Nishfu Sya’ban

Nishfu Sya’ban adalah pertengah bulan Sya’ban atau tanggal 14 sya’ban. Pada tanggal tersebut merupakan pergantian buku amal tahunan ummat manusia. Hendaknya pada malam nishfu sya’ban kita memperbanyak amalan membaca Yasin dan membaca do’a nishfu sya’ban.

اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْإِنْعَامِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللَّهُمَّ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقَاوَتِيْ وَحِرْمَانِيْ وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِي ْكِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ "يَمْحُو اللهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ" وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Latin:

Allâhumma yâ dzal manni wa lâ yumannu ‘alaik, yâ dzal jalâli wal ikrâm, yâ dzat thawli wal in‘âm, lâ ilâha illâ anta zhahral lâjîn wa jâral mustajîrîn wa ma’manal khâ’ifîn. Allâhumma in kunta katabtanî ‘indaka fî ummil kitâbi syaqiyyan aw mahrûman aw muqtarran ‘alayya fir rizqi, famhullâhumma fî ummil kitâbi syaqâwatî wa hirmânî waqtitâra rizqî, waktubnî ‘indaka sa‘îdan marzûqan muwaffaqan lil khairât. Fa innaka qulta wa qawlukal haqqu fî kitâbikal munzal ‘alâ lisâni nabiyyikal mursal, “yamhullâhu mâ yasyâ’u wa yutsbitu, wa ‘indahû ummul kitâb” wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammad wa alâ âlihî wa shahbihî wa sallama, walhamdu lillâhi rabbil ‘alamîn.

Doa Nisfu Syaban

Artinya:

“Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”

Doa ini tertera dalam Kitab Maslakul Akyar karya Mufti Betawi Sayyid Utsman bin Yahya, (Lihat Sayid Utsman, Maslakul Akhyar, [Jakarta, Al-Aidrus: tanpa catatan tahun], halaman 78-80). Dhamir mufrad pada doa ini dapat diganti menjadi dhamir jamak bila dibaca berjamaah. Wallahu a‘lam.

Artikel keren lainnya:

Mashdar Muawwal (Pengertian, I'rab, dan Cara Takwilnya)

 Pengertian Masdar Muawwal

Mashdar muawwal adalah susunan huruf mashdariyyah dan jumlah mufidah serta bisa ditakwil dengan mashdar sharih. Yang bisa ditakwil disini adalah bahwa mashdar muawwal sebanding atau semakna dengan mashdar sharihnya.

Mashdar Muawwal

Huruf mashdariyyah adalah 7:

1. (أَنْ) mashdariyyah

Contoh:

أَنْ تُصَلِّيَ خَيْرٌ لَكَ (صَلَاتُكَ خَيْرٌ لَكَ)

Artinya: Engkau shalat lebih baik bagimu.

2. (أَنَّ)

Contoh:

سَرَّنِيْ أَنَّكَ مُجْتَهِدٌ (سَرَّنِيْ اِجْتِهَادُكَ)

Artinya: Keberhasilanmu membahagiakanku.

3. (مَا) mashdariyyah

Contoh:

اِجْلِسْ كَمَا جَلَسَ العَالِمُ (اِجْلِسْ كَجُلُوْسِ العَالِمِ)

Artinya: Duduklah seperti duduknya seorang alim!

4. (مَا) zharfiyyah

Contoh:

أَتَمَسَّكُ بِدِيْنِيْ مَا عِشْتُ (أَتَمَسَّكُ بِدِينِي مُدَّةَ عَيْشِيْ)

Artinya: Aku akan berpegang teguh dengan agamaku selama aku hidup.

5. (كَيْ)

Contoh:

اِجْتَهِدْ لِكَيْ تَنْجَحَ (اِجْتَهِدْ لِنَجَاحِكَ)

Artinya: Bersungguh-sungguhlah supaya engkau berhasil!

6. (لَوْ)

وَدَّ أَبُوكَ لَوْ نَجَحْتَ (وَدَّ أَبُوكَ نَجَاحَكَ)

Artinya: Ayahmu menginginkan supaya kamu berhasil.

7. (أ) taswiyyah

Contoh:

سَوَاءٌ عَلَيَّ أَجَلَسْتَ أَمْ لَمْ تَجْلِسْ (سَوَاءٌ عَلَيَّ جُلُوْسُكَ أَمْ عَدَمُ جُلُوْسِكَ)

Artinya: Sama saja bagiku apakah engkau duduk atau tidak duduk.

Dari ketujuh huruf mashdariyyah di atas, kata (أَنَّ) setelahnya harus jumlah ismiyyah. Adapun selain (أَنَّ) setelahnya adalah jumlah’ fi’liyyah.

Kedudukan ‘Irab Mashdar Muawwal

Adapun ‘irabnya tergantung kedudukannya dalam kalimat. Tentunya sebagai isim bisa menduduki sebagai marfu’, manshub, atau majrur. Berikut contoh kedudukan mashdar muawwal dalam kalimat:

Mubtada’

أَنْ تَصُومُوا خَيرٌ لَكُمْ (صِيَامُكُمْ خَيرٌ لَكُمْ)

‘Irabnya rafa’ karena berkedudukan sebagai mubtada’.

● Fa’il

يَسُرُّنِيْ أَنَّكَ مُجْتَهِدٌ (يَسُرُّنِيْ اِجْتِهَادُكَ)

‘Irabnya rafa’ karena berkedudukan sebagai fa’il.

● Naibul Fa’il

عُلِمَ أَنَّكَ نَجَحْتَ (عُلِمَ نَجَاحُكَ)

‘Irabnya rafa’ karena berkedudukan sebagai naibul fa’il.

● Maf’ul Bih

أُحِبُّ أَنْ تَصُوْمَ (أُحِبُّ صِيَامَكَ)

‘Irabnya nashab karena berkedudukan sebagai maf’ul bih.

● Majrur

اِجْلِسْ كَمَا جَلَسَ العَالِمُ (اِجْلِسْ كَجُلُوْسِ العَالِمِ)

‘Irabnya jar karena berkedudukan sebagai majrur.

Mentakwil Mashdar Muawwal

1. Bila sesudah huruf mashdariyyah adalah fi’il, maka mentakwilnya adalah dengan mengambil bentuk mashdar dari fi’il tersebut dan diidhafahkan dengan fa’ilnya.

أَنْ تَصُوْمَ (صِيَامُكَ)

2. Bila huruf mashdariyyahnya (أَنَّ), maka berikut kaidahnya:

 Apabila khabarnya berupa fi’il mutasharrif atau isim musytaq mutasharrif (isim fa’il, isim maf’ul, syifah musyabbahah), maka kita dimaknai dengan mashdarnya.

يَسُرُّنِيْ أَنَّكَ مُجْتَهِدٌ (يَسُرُّنِيْ اِجْتِهَادُكَ)

 Apabila khabarnya berupa isim jamid atau fi’il jamid, maka ditakwil dengan (كَوْن) yang diidhafahkan kepada isim anna.

أَعْلَمُ أَنَّ زَيدًا أَخُوكَ (أَعْلَمُ كَونُ زَيدٍ أَخَاكَ)

Apabila khabarnya berupa jar dan majrur atau zharaf, maka ditakwil dengan (اِستِقْرَار ) atau yang semakna kemudian diidhafahkan dengan isim anna.

أَعْلَمُ أَنَّ زَيْدًا فِي الْمَدْرَسَةِ (أَعْلَمُ اسْتِقْرَارُ زَيدٍ فِي الْمَدْرَسَةِ)

Apabila khabarnya dinafikan, maka kita datangkan kata (عَدَم) kemudian diidhafahkan kepada mashdar.

أَعْلَمُ أَنَّكَ لَا تُهْمِلُ  (أَعْلَمُ عَدَمَ إِهْمَالِكَ)

==========

Sekian pembahasan tentang mashdar muawwal. Semoga bermanfaat.

Artikel keren lainnya:

Hikmah: Kisah Rasulullah SAW Ketika Ada Sahabat yang Buang Angin

Mari Menutup 'Aib Saudara Kita

Aib adalah kekurangan dan keburukan dan apabila orang lain tahu akan hal itu akan membuat orang tersebut malu dan minder. Sebagai muslim, kita diperintahkan untuk senantiasa menutup aib orang lain dan hal ini diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Menutup Aib

Suatu waktu, Rasulullah SAW bersama para sahabatnya menyantap daging Unta. Rupanya salah seorang sahabat lepas angin. Kendati demikian, TAK ADA di antara para sahabat yang berkomentar terhadap bau tak sedap itu. Masing-masing hanya memperlihatkan WAJAH TAK SENANG karena ulah seorang sahabat yang tak diketahui itu...

Tak lama setelah itu ADZAN MAGHRIB pun berkumandang. Rasulullah SAW pun bersabda,

”Siapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudhu.” (HR. Abu Daud).

Mendengar sabda Beliau SAW, para sahabat yang ikut makan daging unta pun semuanya BERWUDHU. Tentu saja, sahabat yang LEPAS ANGIN tadi terselamatkan aibnya. Tak ada yang tahu siapakah sahabat tersebut.

Betapa bijaknya Rasulullah SAW dalam MENUTUPI AIB para sahabatnya. 

لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (HR. Muslim)

مَنْ سَتَرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ فِي الدُّنْيَا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa menutupi (aib) saudaranya sesama muslim di dunia, Allah menutupi (aib) nya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

مَنْ سَتَرَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ كَشَفَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ كَشَفَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ حَتَّى يَفْضَحَهُ بِهَا فِي بَيْتِهِ

”SIAPA yang menutupi aib seorang Muslim maka Allah akan menutupi aib orang itu di dunia dan akhirat. Dan, siapa mengumbar aib saudaranya sesama Muslim maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya.” (HR. Ibnu Majah).


مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“Barang Siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan akhirat.” (HR. Ibnu Majah)

TIDAK ADA seorang pun di dunia ini yang tidak memiliki AIB dan KEKURANGAN.

Seorang terlihat hebat dan berwibawa hanya karena Allah SWT telah menutupi aibnya, sehingga hanya kebaikan saja yang terlihat orang. Bagaimana jadinya jika Allah SWT membukakan aibnya. Tentu, tak ada lagi yang bersimpati kepadanya.

Semoga Allah Swt. memberi taufik kepada kita untuk  semangat dalam hal yang bermanfaat.

Semangat meraih Cinta, Rahmat dan Ampunan Allah SWT.

┈┈•••○○🌻💠🌻○○•••┈┈

Artikel keren lainnya:

Kata (ضَعْفٍ) dan (ضَعْفًا) Bisa Dibaca (ضُعْفٍ) dan (ضُعْفًا) Pada Ar-Rum Ayat 54 | Bacaan Gharib

Bacaan Gharib di Ar-Rum ayat 54

Sekarang kita akan membahas bacaan Gharib atau Ayat Musykilat di Ar-Rum ayat 54 dimana kata (ضَعْفٍ) dan (ضَعْفًا) boleh dibaca (ضُعْفٍ) dan (ضُعْفًا). Kalau dari segi makna, meskipun harakat pada dhad berbeda tapi tidak memengaruhi makna.

Ar-Rum 54

Dalam bacaan riwayat Imam Hafsh dari Imam ‘Ashim, cara membaca kata dha’fin (ضَعْفٍ) dan dha’fan (ضَعْفًا) pada surat Ar-Rum ayat 54 bisa dengan dua macam, yaitu boleh dengan fathah huruf dhadnya seperti yang tertulis dalam mushaf atau dengan mendhamahkan huruf dhadnya sehingga dibaca dhu’fin (ضُعْفٍ) dan dhu’fan (ضُعْفًا).

Dhad dibaca fathah sehingga dibaca (ضَعْفٍ) dan (ضَعْفًا).

اَللَّهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ.

Dhad dibaca dhammah sehingga dibaca (ضُعْفٍ) dan (ضُعْفًا).

اَللَّهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضُعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضُعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضُعْفًا وَّشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ.

Adapun yang lebih baiknya adalah dengan memfathahkan huruf dhadnya sebagaimana yang tertulis dalam mushaf.

========

Jadi, apabila yang berbeda membaca surat Ar-rum ayat 54 pada kata (ضَعْفٍ) dan (ضَعْفًا) dengan dibaca dhammah pada huruf dhadnya jangan buru-buru meyalahkan karena memang keduanya diperbolehkan.

Artikel keren lainnya:

Cara Menulis Fathah Berdiri, Kasrah Berdiri, Dhammah Terbalik, dan Tanda Alis

 Menulis Tanda Harakat Unik di Komputer

Ketika kita menulis ayat Al-Qur’an, ada beberapa tanda yang berbeda dengan penulisan imla’ pada umumnya, seperti fathah berdiri, kasrah berdiri, dan dhammah terbalik. Tanda-tanda harakat unik tersebut biasanya digunakan untuk menunjukkan mad badal, mad shilah, dan mad yang dibaca lebih dari dua harakat seperti mad wajib dan mad lazim.

Harakat Unik

Banyak diantara kita yang belum tahu caranya karena memang dalam font standar tidak ada kode tersebut. Ternyata untuk menulis tanda tersebut harus menggunakan kode tertentu. Sebelum menulis tanda harakat unik tersebut, pastikan pindahkan settingan penulisannya ke Bahasa Arab. Nah berikut langkah-langkah penulisannya.

1. Menulis Fathah Berdiri

a. Silakan tulis kata yang ada harakat fathah berdirinya. Contohnya kata “kitabun” (كِتٰبٌ)

b. Pada huruf yang berharakat fathah berdiri, tulis kode 0670 dan tekan bersamaan tombol alt + X

كِتبٌ > كِت0670بٌ >  كِتٰبٌ

c. Selesai

2. Menulis Kasrah Berdiri

a. Silakan tulis kata yang terdapat harakat kasrah. Contohnya kata “bihi” (بِهٖ)

b. Pada huruf yang ada kasrah berdiri, tulis kode 0656 dan tekan bersamaan tombol alt + X

بِه > بِه0656 > بِهٖ

c. Selesai

3. Menulis Dhammah Terbalik

a. Silakan tulis kata yang terdapat dhammah terbalik. Contohnya kata “lahu” (لَهٗ)

b. Pada huruf yang ada dhammah terbaliknya, tulis kode 0657 dan tekan bersamaan tombol alt + X

لَه > لَه0657 > لَهٗ

c. Selesai

4. Menulis Tanda Alis

a. Silakan tulis kata yang terdapat dhammah terbalik. Contohnya kata “su_u” (سُوْٓءُ)

b. Pada huruf yang ada tanda alisnya, tulis kode 0653 dan tekan bersamaan tombol alt + X

سُوْءُ > سُوْ0653ءُ > سُوْٓءُ

c. Selesai

Berikut simpulan dari tutorial di atas:

Harakat Unik

==================

Silakan mencoba dan semoga bermanfaat.

Catatan

Tidak semua font suport. Di antara font yang suport adalah “sakkal majalla” dan “ arabic typesetting”.

Artikel keren lainnya:

Pengertian Tashrif Istilahi dan Contohnya

Tashrif Istilahi: Pengertian dan Contoh

Tashrif isthilahi adalah perubahan kata dari sighat ke sighat lainnya untuk mendapatkan makna tertentu. Sebagai contoh dari kata (نَصَرَ) yang bermakna “telah menolong” menjadi (نَاصِرٌ) yang bermakna “penolong.

Tashrif Ishthilahi

Berikut contoh lengkap dari tashrif istilahi:

Contoh

Pola

صيغة

نَصَرَ

فَعَلَ

فعل ماض

يَنْصُرُ

يَفْعُلُ

فعل مضارع

نَصْرًا

فَعْلًا

مصدر

نَاصِرٌ

فَاعِلٌ

اسم فاعل

مَنْصُوْرٌ

مَفْعُوْلٌ

اسم مفعول

اُنْصُرْ

اُفْعُلْ

فعل أمر

لَا تَنْصُرْ

لَا تَفْعُلْ

فعل نهي

مَنْصَرٌ

مَفْعَلٌ

اسم زمان

مَنْصَرٌ

مَفْعَلٌ

اسم مكان

مِنْصَرٌ

مِفْعَلٌ

اسم آلة

Adapun maksud dari masing-masing sighat di atas adalah:

1. Fi’il Madhi

Fi’il madhi adalah kata yang menujukkan suatu perbuatan atau peristiwa yang terjadi di waktu lampau. Ciri dari fi’il madhi adalah difathahkan huruf akhirnya kecuali jika fa’ilnya dhamir tertentu. Contoh fi’il madhi:

قَرَأَ – عَلِمَ – قَاتَلَ – اِنْكَسَرَ – اِسْتَشْفَى – تَجَلْبَبَ

2. Fi’il Mudhari

Fi’il mudhari adalah kata yang menunjukkan suatu perkataan dan peristiwa yang terjadi di masa sekarang atau masa yang akan datang.

Cara mengubah fi’il madhi menjadi bentuk mudhari’ adalah dengan menambahkan salah satu huruf mudharaah yaitu alif, nun, ya’, dan ta’ yang dikumpulkan dalam kata (أَنَيْتُ).

ضَرَبَ يَضْرِبُ

عَلَّمَ يُعَلِّمُ

Pada fi’il tsulatsi maka difathahkan huruf mudharaahnya, disukunkan fa’nya dan berharakat ‘ainnya.

عَلِمَ يَعْلَمُ

دَخَلَ يَدْخُلُ

Sedangkan apabila fi’il madhinya terdiri dari 4 huruf maka didhammahkan huruf mudharaahnya dan kasrah ‘ainnya.

أَخْرَجَ يُحْرِجُ

وَسْوَسَ   يُوَسْوِسُ

Apabila pada fi’il madhi terdapat hamzah tambahan maka pada bentuk mudhari’ dibuang hamzahnya.

أَدْخَلَ يُدْخِلُ

اِسْتَغْفَرَ يَسْتَغْفِرُ

Apabila pada bentuk madhi diawali ta’ tambahan maka fa’ dan ‘ainnya difathahkan.

تَبَاعَدَ يَتَبَاعَدُ

تَدَحْرَجَ يَتَدَحْرَجُ

 

Apabila pada bentuk madhi diawali hamzah’ tambahan dan hurufnya lebih dari 4 maka ‘ainnya dikasrahkan.

اِجْتَمَعَ يَجْتَمِعُ

اِسْتَخْرَجَ يَسْتَخْرِجُ

3. Mashdar

Mashdar adalah isim yang menunjukkan makna suatu perbuatan atau peristiwa tapi diikuti oleh waktu. Dalam bahasa Arab mashdar mempunyai beberapa pola atau wazan:

• Fi’il tsulatsi (fi’il yang terdiri dari tiga huruf)

Wazan mashdar fi’il tsulasi bermacam-macam. Hal ini dapat kita ketahui dengan sima’i, yakni mengikuti orang Arab atau merujuk kepada kitab-kitab berbahasa Arab.

Diantara wazan-wazan itu antara lain:

فَعْلٌ - فِعْلٌ – فَعَلَةٌ – فِعَالٌ – فِعَالَةٌ – فُعُوْلٌ – فُعُوْلَة – فَعَلَان – فَعْلَة - فَعَل

• Fi’il ruba’i (fi’il yang terdiri dari empat huruf).

Wazan masdar fi’il ruba’i diqiyaskan sesuai dengan wazan-wazan fi’il ruba’i, yaitu:

إِفْعَالٌ – تَفْعِيْلٌ – فِعَالٌ - فَعْلَلَة

• Fi’il khumasi dan sudasi

Wazan fi’il khumasi dan sudasi sifatnya qiyasiyah. Apabila diawali oleh hamzah washal, maka mashdarnya adalah mengikuti wazan fi’il madhinya dan mengkasrahkan huruf ketiganya serta menambahkan alif sebelum huruf terakhir. Contoh:

إِفْتِعَالٌ – إِسْتِفْعَالٌ – تَفَعُّلٌ - تَفَاعُل

4. Isim Fa’il

Isim fa’il adalah isim yang menujukkan pelaku dari suatu perbuatan atau sesuatu yang menyebabkan suatu peristiwa.

Wazan isim fa’il dari fi’il tsulasti mujarrad adalah (فَاعِلٌ).

Contoh:

كَاتِبٌ – قَارِئٌ - قَائِلٌ

Sedangkan wazan isim fa’il selain tsulatsi mujarrad adalah mengikuti wazan fi’il mudhari’ mabni ma’lum dengan mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat dhammah dan dikasrahkan huruf kedua terakhir.

Contoh:

مُكْرِمٌ – مُحَسِّنٌ - مُسْتَغْفِرٌ

 

5. Isim Maf’ul

Isim maf’ul adalah isim yang menunjukkan arti sesuatu yang dijatuhi atau dikenai suatu pekerjaan atau perbuatan. Ada juga yang mendefinisikan, isim maf’ul adalah isim yang diambil dari fi’il majhul untuk menunjukkan kepada sesuatu yang menimpa kepadanya perbuatan.

Wazan isim maf’ul dari fi’il tsulasi mujarrad adalah (مَفْعُوْلٌ). Sedangkan wazan isim maf’ul dari fi’il selain tsulatsi mujarrad adalah mengikuti wazan fi’il mudhari’ mabni ma’lum dengan mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat dhammah dan difathahkan huruf kedua terakhir.

Contoh:

مُكَرَّمٌ – مُضَافٌ - مُسْتَغْفَرٌ

6. Fi’il Amar

Fi’il amar adalah kata kerta yang digunakan untuk memerintah atau memohon. Fi’il amar menunjukkan peristiwa yang akan datang.

Cara membuat fi’il amar adalah dengan mensukunkan akhirnya atau membuang nun dan membuang huruf mudharaahnya. Apabila setelah dibuang huruf mudharaah huruf awalnya sukun maka ditambah hamzah washal. Apabila huruf ketiganya dhammah maka hamzahnya didhammahkan dan bila kasrah atau fathah maka hamzahnya disukunkan.

تُبَاعِدُ تُبَاعِدْ

تَرْجِعُ تَرْجِعْ رْجِعْ اِرْجِعْ

تَرْجِعُوْنَ تَرْجِعُوْا رْجِعُوْا اِرْجِعُوْا

تَقُوْلُ تَقُوْلْ تَقُلْ قُلْ

تَخْشَى تَخْشَ خْشَ اِخْشَ

تُبَاعِدُ تُبَاعِدْ بَاعِدْ

7. Fi’il Nahyi

Fi’il nahyi adalah fi’il mudhari dengan fa’il dhamir mukhathabkata yang digunakan untuk menujukkan larangan dan didahului oleh “La nahyi. Karena La nahyi termasuk amil jazim, maka fi’il mudhari tersebut ber’irab jazm. Contoh:

لَا تَقُلْ – لَا تَقُوْلُوْا – لَا تَدْخُلِيْ – لَا تَدْخُلَا – لَا تَدْخُلْنَ

8. Isim zaman dan 9. Isim makan

Isim zaman adalah isim musytaq yang menunjukkan waktu terjadinya suatu perbuatan. Adapun isim makan adalah isim musytaq yang menunjukkan tempat terjadinya suatu perbuatan. Wazan isim makan dan isim zaman adalah sama. Untuk membedakan kedua maknanya adalah dengan melihat konteks kalimat. Wazan isim zaman dan isim makan untuk fi’il tsulatsi mujarrad adalah (مَفْعَل) dan (مَفْعِل). Adapun wazan isim zaman dan isim makan selain fi’il tsulatsi sama dengan shighat maf’ulnya.

10. Isim alat

Isim alat adalah isim musytaq yang berfungsi untuk menunjukkan makna alat atau perkakas yang digunakan dalam suatu peristiwa.

Wazan-wazan isim alat:

مِفعَل- مِفعَال – مِفعَلَة

==============

Sekian dan demikian penjelasan tashrif istilahi beserta makna shighat dan contohnya.

Artikel keren lainnya: