Tashrif Istilahi: Pengertian dan Contoh
Tashrif isthilahi adalah perubahan kata dari sighat ke sighat lainnya untuk mendapatkan makna tertentu. Sebagai contoh dari kata (نَصَرَ) yang bermakna “telah menolong” menjadi (نَاصِرٌ) yang bermakna “penolong.
Tashrif Ishthilahi |
Berikut contoh lengkap dari tashrif istilahi:
Contoh |
Pola |
صيغة |
نَصَرَ |
فَعَلَ |
فعل ماض |
يَنْصُرُ |
يَفْعُلُ |
فعل مضارع |
نَصْرًا |
فَعْلًا |
مصدر |
نَاصِرٌ |
فَاعِلٌ |
اسم فاعل |
مَنْصُوْرٌ |
مَفْعُوْلٌ |
اسم مفعول |
اُنْصُرْ |
اُفْعُلْ |
فعل أمر |
لَا تَنْصُرْ |
لَا تَفْعُلْ |
فعل نهي |
مَنْصَرٌ |
مَفْعَلٌ |
اسم زمان |
مَنْصَرٌ |
مَفْعَلٌ |
اسم مكان |
مِنْصَرٌ |
مِفْعَلٌ |
اسم آلة |
Adapun maksud dari masing-masing sighat di atas adalah:
1. Fi’il Madhi
Fi’il madhi adalah kata yang menujukkan suatu perbuatan atau peristiwa
yang terjadi di waktu lampau. Ciri dari fi’il madhi adalah difathahkan huruf
akhirnya kecuali jika fa’ilnya dhamir tertentu. Contoh fi’il madhi:
قَرَأَ
– عَلِمَ – قَاتَلَ – اِنْكَسَرَ – اِسْتَشْفَى – تَجَلْبَبَ
2. Fi’il Mudhari
Fi’il mudhari adalah kata yang menunjukkan suatu perkataan dan
peristiwa yang terjadi di masa sekarang atau masa yang akan datang.
Cara mengubah fi’il madhi menjadi bentuk mudhari’ adalah dengan
menambahkan salah satu huruf mudharaah yaitu alif, nun, ya’, dan ta’ yang
dikumpulkan dalam kata (أَنَيْتُ).
ضَرَبَ ← يَضْرِبُ
عَلَّمَ
←
يُعَلِّمُ
Pada fi’il tsulatsi maka difathahkan huruf mudharaahnya, disukunkan
fa’nya dan berharakat ‘ainnya.
عَلِمَ
←
يَعْلَمُ
دَخَلَ
←
يَدْخُلُ
Sedangkan apabila fi’il madhinya terdiri dari 4 huruf maka
didhammahkan huruf mudharaahnya dan kasrah ‘ainnya.
أَخْرَجَ
←
يُحْرِجُ
وَسْوَسَ
← يُوَسْوِسُ
Apabila pada fi’il madhi terdapat hamzah tambahan maka pada bentuk
mudhari’ dibuang hamzahnya.
أَدْخَلَ
←
يُدْخِلُ
اِسْتَغْفَرَ
←
يَسْتَغْفِرُ
Apabila pada bentuk madhi diawali ta’ tambahan maka fa’ dan ‘ainnya
difathahkan.
تَبَاعَدَ
←
يَتَبَاعَدُ
تَدَحْرَجَ
←
يَتَدَحْرَجُ
Apabila pada bentuk madhi diawali hamzah’ tambahan dan hurufnya lebih
dari 4 maka ‘ainnya dikasrahkan.
اِجْتَمَعَ
←
يَجْتَمِعُ
اِسْتَخْرَجَ
←
يَسْتَخْرِجُ
3. Mashdar
Mashdar adalah isim yang menunjukkan makna suatu
perbuatan atau peristiwa tapi diikuti oleh waktu. Dalam bahasa Arab mashdar
mempunyai beberapa pola atau wazan:
• Fi’il tsulatsi (fi’il yang terdiri dari tiga huruf)
Wazan mashdar fi’il tsulasi bermacam-macam. Hal ini
dapat kita ketahui dengan sima’i, yakni mengikuti orang Arab atau
merujuk kepada kitab-kitab berbahasa Arab.
Diantara wazan-wazan itu antara lain:
فَعْلٌ - فِعْلٌ – فَعَلَةٌ – فِعَالٌ –
فِعَالَةٌ – فُعُوْلٌ – فُعُوْلَة – فَعَلَان – فَعْلَة - فَعَل
• Fi’il ruba’i (fi’il yang terdiri dari
empat huruf).
Wazan masdar fi’il ruba’i diqiyaskan sesuai dengan wazan-wazan
fi’il ruba’i, yaitu:
إِفْعَالٌ – تَفْعِيْلٌ – فِعَالٌ -
فَعْلَلَة
• Fi’il khumasi dan sudasi
Wazan fi’il khumasi dan sudasi sifatnya qiyasiyah.
Apabila diawali oleh hamzah washal, maka mashdarnya adalah mengikuti wazan
fi’il madhinya dan mengkasrahkan huruf ketiganya serta menambahkan alif sebelum
huruf terakhir. Contoh:
إِفْتِعَالٌ – إِسْتِفْعَالٌ – تَفَعُّلٌ
- تَفَاعُل
4. Isim Fa’il
Isim fa’il adalah isim yang
menujukkan pelaku dari suatu perbuatan atau sesuatu yang menyebabkan suatu
peristiwa.
Wazan isim fa’il dari fi’il
tsulasti mujarrad adalah (فَاعِلٌ).
Contoh:
كَاتِبٌ – قَارِئٌ - قَائِلٌ
Sedangkan wazan isim fa’il
selain tsulatsi mujarrad adalah mengikuti wazan fi’il mudhari’ mabni ma’lum
dengan mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat dhammah dan
dikasrahkan huruf kedua terakhir.
Contoh:
مُكْرِمٌ – مُحَسِّنٌ - مُسْتَغْفِرٌ
5. Isim Maf’ul
Isim maf’ul adalah isim yang
menunjukkan arti sesuatu yang dijatuhi atau dikenai suatu pekerjaan atau
perbuatan. Ada juga yang mendefinisikan, isim maf’ul adalah isim yang diambil
dari fi’il majhul untuk menunjukkan kepada sesuatu yang menimpa kepadanya
perbuatan.
Wazan isim maf’ul dari fi’il
tsulasi mujarrad adalah (مَفْعُوْلٌ). Sedangkan wazan isim maf’ul dari fi’il selain
tsulatsi mujarrad adalah mengikuti wazan fi’il mudhari’ mabni ma’lum dengan
mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat dhammah dan difathahkan
huruf kedua terakhir.
Contoh:
مُكَرَّمٌ – مُضَافٌ - مُسْتَغْفَرٌ
6. Fi’il Amar
Fi’il amar adalah kata kerta yang digunakan untuk memerintah atau
memohon. Fi’il amar menunjukkan peristiwa yang akan datang.
Cara membuat fi’il amar adalah dengan mensukunkan akhirnya atau
membuang nun dan membuang huruf mudharaahnya. Apabila setelah dibuang huruf
mudharaah huruf awalnya sukun maka ditambah hamzah washal. Apabila huruf
ketiganya dhammah maka hamzahnya didhammahkan dan bila kasrah atau fathah maka
hamzahnya disukunkan.
تُبَاعِدُ
←
تُبَاعِدْ
تَرْجِعُ ← تَرْجِعْ ←
رْجِعْ ←
اِرْجِعْ
تَرْجِعُوْنَ ← تَرْجِعُوْا ←
رْجِعُوْا ←
اِرْجِعُوْا
تَقُوْلُ ← تَقُوْلْ ← تَقُلْ ←
قُلْ
تَخْشَى ← تَخْشَ ←
خْشَ ←
اِخْشَ
تُبَاعِدُ
← تُبَاعِدْ
←
بَاعِدْ
7. Fi’il Nahyi
Fi’il nahyi
adalah fi’il mudhari dengan fa’il dhamir mukhathabkata yang digunakan untuk
menujukkan larangan dan didahului oleh “La nahyi. Karena La nahyi termasuk amil
jazim, maka fi’il mudhari tersebut ber’irab jazm. Contoh:
لَا تَقُلْ – لَا
تَقُوْلُوْا – لَا تَدْخُلِيْ – لَا تَدْخُلَا – لَا تَدْخُلْنَ
8. Isim zaman dan 9. Isim makan
Isim zaman adalah isim musytaq yang menunjukkan waktu terjadinya suatu
perbuatan. Adapun isim makan adalah isim musytaq yang menunjukkan tempat
terjadinya suatu perbuatan. Wazan isim makan dan isim zaman adalah sama. Untuk
membedakan kedua maknanya adalah dengan melihat konteks kalimat. Wazan isim
zaman dan isim makan untuk fi’il tsulatsi mujarrad adalah (مَفْعَل) dan (مَفْعِل). Adapun wazan isim zaman dan isim makan
selain fi’il tsulatsi sama dengan shighat maf’ulnya.
10. Isim alat
Isim alat adalah isim musytaq yang berfungsi untuk menunjukkan makna
alat atau perkakas yang digunakan dalam suatu peristiwa.
Wazan-wazan isim alat:
مِفعَل- مِفعَال – مِفعَلَة
==============
Sekian dan
demikian penjelasan tashrif istilahi beserta makna shighat dan contohnya.
Bang bikin yang template yang isinya tashrif lughowi. 5 menit!!!!!!!!!!!
ReplyDelete