Ringkasan Taujih Ust. Adbul Aziz Abdur Ra’uf, Lc Al Hafizh (25 Qoute Penting)
Mengapa Setiap Kita Harus Memaksa Dirinya Selalu Dekat dengan Al-Quran.
|
Baca Quran |
1. Dari pandangan Tarbawi berta’amul
dengan Al Qur an serta menghafalnya secara hakiki bertujuan agar kita lebih banyak membaca Al Qur an dan sepanjang hidup kita bersama Al Qur an.
Niatkan yang benar terhadap interaksi Al Qur an adalah untuk Taqarrub Ilallah.
2. Imam Syahid Hasan Al Banna menuntut kadernya minimal memiliki wirid Al Qur an 1 Juz setiap harinya. Dan bahkan dalam Buku Majmuatur Rasail, Tulisan : Nahnu Qaumun Amaliyyun beliau menegaskan bahwa Al Quran setidaknya dapat :
a. Iktsar (Berbanyak-banyak dengan Al Quran)
b. Ta’abbud ( Terwujud suasana Ibadah)
c. Taqarrub (Terbentuk kedekatan sama Allah)
Dan salah satu yang diinginkan Al Quran adalah Tamkinud Diin (Penguatan Agama) di masyarakat kita. Dan dimulai dengan dari Tamkin dalam diri dan keluarga kita.
4. Keengganan kita berbuat kebaikan (Qiyamulllail, Tilawah dll) selaras dengan keengganan hubungan dengan Al Quran. Ketika hubungan kita renggang dengan Al Quran maka perlu cepat diiobati, dekati Al Quran, bermujahadah dan Tasabbur.
5. Kalau kita lihat dan tadabburi Surah An Nuur ayat 55 maka dapat kita pahami bahwa Siyasah (politik) dan juga Istikhlaf (kepemimpinan) selaras dan terkait kuat dengan Iman dan juga amal shaleh.
*_6. Dalam konsep Tarbiyah sebenarnya (ideal) setiap kader minimal sepanjang hidupnya dapat menghafal 15 juz, atau paling tidak untuk masa sekarang 6-7 juz..*_
7. Kerja-kerja dakwah ini menuntut banyak peranan kekuasaan Allah, tidak akan bisa bertumpu pada sekedar usaha manusiawi kita, dan perolongan dan kekuasaan Allah akan mudah datang, ketika kita lagi dekat dengannya dan Al Quran adalah salah satu sarana yang tepat untuk mendekat kepada Allah swt
8. Kelelahan kita lahir ketika kita memahami bahwa dakwah ini adalah “proyek’ kita semata. Namun kelelahan itu tak akan ada dan tak akan pernah terlahir ketika kita memahami bahwa agenda dakwah ini adalah “proyek Allah” dalam penegakkan dinul Islam.
9. Ketika tahfiz menjadi amal tarbawi maka ia akan menjadi doa yang selalu kit a baca setiap harinya. Otak kita akan menuntun doa-doa dan harapan kita terhadap kebutuhan penting hidup kita seperti rezki, jodoh, anak, surga dn terbebas dari api neraka, semua ini menjadi kebutuhan kita . dan seperti itulah seharusnya ta’amul (interaksi) serta tahfiz menjadi doa harian kita.
*_10. Selayaknyalah sesama saudara seiman, khususnya aktifis dakwah dan penghafal al Quran untuk saling mendoakan kepada yang lain untuk bisa terus sepanjang hidupnya bersama Al Quran dan dimudahkan menghafal. Saling mendoakan ini akan membuat keterlibatan malaikat dalam pengabulan doa ini, karena ada mahabbah, ketulusan hati, kelapangan dada didalamnya._*
11. Menghafal akan terasa mudah ketika ta’amul kita dengan Al Quran sudah kuat, tilawah harian kita lancer dan kontinyu. Ketika kita sudah bisa menikmati dan meresapi interaksi hubungan kita dengan Al Quran maka InsyaAllah menghafal akan mudah.
12. Takizah (Pembersihan) terhadap diri kita akan sangat membantu proses tahfiz. Inti dari Tazkiyah ini adalah semangat permohonan ampun kepada Allah
13. Finish Menghafal / Tujuan akhir menghafal Al Quran adalah :
a. Insyighal (Sibuk bersama Al Quran)
b. Huwa Khairum mimma Yajma’un (QS. Yunus : 58) Terbaik
c. Rabi’ul Qulub (Al Quran menjadi ketenangan dan kebahagian untuk Qalbu)
d. Tasyabuh bish Shalihin (Mendekati/Mirip dengan orang-orang Shalih)
14. Tahfiz akan dimulai dengan aksi/ tindakan sebagai berikut :
a. Doa (memohon dengan rada memaksa dan benar-benar menjadi kebutuhan)
b. Bertawashul dengan Amal Andalan (Amal Spesialis yang jarang orang lakukan, seperti tawashul dalam kisah “Ahlul Gharr”
c. Waktu Wajib (Tetapkan waktu khusus dan wajib untuk Al Quran)
d. Kasratut Tikrar (Perbanyak mengulang-ngulang) Dosis pengakraban tilawah sekitar 350 kali menulang-ulang. Dan melekat kuat dalam waktu sekitar 10.000 jam dan sekitar 30.000 kali.
"Apakah dalam hidup ini kita lebih sibuk daripada Rasulullah dan para sahabat sehingga tidak mempunyai waktu untuk Al-Qur'an?
15. Menghafal Al Qur an bukan masalah bakat atau tidak, atau masalah muda atau tua, atau juga bukan masalah masih bujang atau sudah menikah. Inilah subuhat-subuhat dalam menghafal, karena sesungguhnya semuanya hanyalah membutuhkan sebuah “Mujahadah”.
16. Banyak dari kita belum memahami bahwa kedekatan kita dengan Al Qur an adalah sebuah rezki dan kebutuhan yang sangat patut dan seharusnya selalu kita minta dalam do’a-do’a harian kita.
17. Menghafal dan ta’amul (interaksi) kita dengan Al Qur an merupakan wujud kecintaan kita kepada Allah, karena Al Qur an adalah Kalamullah.
18. Kalau kita pikir-pikir mungkin surah-surah yang lain ada yang ngiri dengan surah al ikhlas, al ma’un, al ashr dll yang sering kit abaca dalam shalat kita. Padahal semuanya adalah sama yaitu Kalamullah dan berhak untuk memiliki penyikapan yang sama, untuk dibaca, dihafal dan ditadabburi.
19.. Sungguh berat untuk menjadi seperti sahabat, ataupun tabi’in, ataupun pula seperti ulama’ulama besar dalam sejarah Islam, namun peluang yang ada untuk kita adalah menjadi pengikutnya (selaras dengan Surah At Taubah ayat 100)
20. Hadits Huzaifah bin Yaman …….......
Inilah hakikat Tarbiyah : Bagaimana mengeluarkan seluruh potensi yang ada, sehingga akan mencapai potensi yang diluar pikiran. Kalau kita lihat cerita Huzaifah, maka kita lihat dimana akhirnya Huzaifah bisa bertahan dari Tarbiyah Rasulullah (Tahajjud dengan membaca sekita 5 juz dalam satu rakaat). Padahal Huzaifah beberapakali berharap agar Rasulullah untuk ruku, dan inilah proses “Tasabbur” menguatkan dirinya dan menghilangkan keengganannya.
21. Umar bin Khattab pernah berkata : Lau Thuhuratul Qalbu latasaba’atil Quran (Jikalau hati ini Suci maka pastilah tidak akan keyang dengan Al Quran / Ketagihan dengan Al Quran)
22. Ada sebuah Riwayat Hadits dari Hakim yang menceritakan tentang orang tua yang berada di surga, tercengang dengan pahala yang ia terima padahal ia tidak merasa beramal sebanyak itu. Ternyata pahala itu lahir karena adanya arahan-arahan orang tua tersebut, sehingga anak-anaknya kuat berinteraksi dengan Al Quran.
23. Logika mendekati Al Quran berbeda dengan seperti kita mendekati sebuah benda. Ketika kita mendekat kepada Al Quran maka diwaktu yang sama Al Quran mendekat ke kita. Begitulah logika kita berjalan. Dan begitupula sebaliknya ketika kita menjauh dari Al Quran.
Maka jangan heran ketika dulu dia sering membaca lancar dan menghafal kuat, namun seiring waktu mulai jarang berinteraksi dengan Alquran biasanya orang jarang baca lidahnya mulai susah membaca dan hafalannya pun mulai hilang
24. Hal-hal yang berhubungan dengan al Quran dijanjikan dengan sesuatu yang spektakuler. Allah telah menjadikan Al Quran “Huda, Rahmah dan Ta’abbud bitilawatih
25. Disuatu saat menghafal (Tahfiz) Al Quran bisa menjadi amal Tarbawi – dan begitulah sehausnya. Namun adakalanya menjadi amal Taklifi (Pembebanan) atau juga amal Ta’limi (keilmuan dan skill). Ketika ia menjadi amal Taklifi maka akan sangat berat rasanya, bukan hanya berat bagi yang dapat beban tapi juga berat bagi yang membebankan.
Ketika kita dekat dengan Al Quran maka dapat dipastikan kita juga dekat dengan Allah, begitupula sebaliknya.
Di Akhir taujihnya beliau Al-Ustadz Abdul Aziz Abdul Rauf al-Hafiz menggambarkan bahwa saat ini banyak sebagian kader ,terlebih umat Islam sudah sangat jauh meninggalkan Al-Quran. Jangankan mentadabburi, membacanya saja terkadang sudah tidak sempat lagi lantaran 'kesibukan' sehari-hari.
*_Padahal, Rasulullah dan para sahabat senantiasa berinteraksi secara intensif dengan kitab suci ini di sepanjang kehidupan mereka. Hal ini karena pada hakikatnya, kunci kesuksesan, kemenangan dan kebahagiaan hidup tersimpan di dalam kitab suci tersebut._*
Wallahu'alam
Belum ada tanggapan untuk "Mengapa Kita Harus Dekat Dengan Al-Qur'an?"
Post a Comment