Dikisahkan seorang lelaki tua miskin di suatu kampung memiliki seekor kuda putih. Kuda putih tersebut sangat cantik dan gagah. Semua orang selalu menawarnya dengan harga yang sangat tinggi, bahkan dengan harga yang ditawarkan itu ia bisa menjadi kaya seketika. Penduduk kampung tersebut menyarankan agar pak tua menjual saja kuda tersebut. Tetapi pak tua tak mau menjual kudanya. Baginya, kudanya tersebut berarti sahabat, lantas bagaimana bisa pak tua tersebut menjual sahabatnya? Berkali-kali saudagar kaya bahkan seorang raja menawar kudanya, namun tak pernah pula sang lelaki tua tergiur dengan emas dan harta.
|
Kuda Putih |
Suatu ketika kekhawatiran warga kampung menjadi kenyataan, kuda tersebut sudah tidak ada lagi di kandangnya, raib entah kemana. Melihat kejadian ini, penduduk lalu menyalahkan orang-tua tersebut. Salah seorang warga berkata, “Dasar orang tua bodoh, sudah kubilang kudamu itu banyak yang menginginkannya, maka hilanglah dia karena dicuri seseorang. Tahulah engkau akibatnya, kini kau dikutuk sengsara akibat kebodohanmu.” Pak tua menjawab: ”Darimana kalian tahu kalau kehilangan kuda yang cantik tersebut menjadi musibah buat saya? Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, kita belum tahu."
Ternyata beberapa hari kemudian kuda yang cantik tersebut kembali lagi ke kandangnya. Rupanya si kuda pergi ke hutan untuk beberapa lama dan berkumpul dengan kuda-kuda liar yang hidup disana, ketika kembali, kuda tersebut membawa belasan kuda liar untuk masuk ke kandang bersama-sama. Mendengar kejadian ini, penduduk kemudian mendatangi pak tua dan berkata: ”Ternyata Anda benar, apa yang dalam pandangan logis kami merupakan musibah buat Anda ternyata malah sebaliknya, merupakan suatu keberuntungan yang besar..”. lagi-lagi pak tua tidak peduli dan menjawab: ”Darimana kalian tahu kalau bertambahnya kuda yang saya miliki tersebut merupakan keberuntungan..?”. Penduduk kampung kembali heran dengan jawaban pak tua, mereka kemudian pergi dengan bertanya-tanya.
Pak tua memiliki seorang anak laki-laki, beberapa waktu berlalu anaknya tersebut mengurus kuda-kuda liar tersebut, melatihnya agar bisa dimanfaatkan untuk bekerja ditanah pertanian milik mereka, namun terjadi kecelakaan, anak pak tua jatuh dari kudanya dan mengalami patah kaki. Penduduk yang mendengar kabar ini langsung mendatangi pak tua dan berkata: ”Lagi-lagi anda benar, ternyata apa yang kami anggap sebagai berkah dan keberuntungan anda malah menimbulkan musibah, anak Anda menjadi celaka dan kakinya patah. Coba kalau kuda anda tidak kembali membawa kuda-kuda liar dari hutan..”. Pak tua kembali menjawab: ”Darimana kalian mengetahui kalau kecelakaan yang dialami anak saya merupakan musibah buat kami..?”. Sekali lagi orang-orang kampung tersebut pulang dengan terheran-heran.
Beberapa bulan kemudian, penduduk kampung didatangi oleh petugas kerajaan. Ternyata negeri dalam keadaan perang dan kedatangan petugas kerajaan tersebut untuk merekrut para pemuda masuk wajib militer membela negara. Masalahnya musuh yang dilawan sangat kuat sehingga kemungkinan besar negeri tersebut akan kalah perang dan kecil peluang bagi tentara untuk bisa bertahan hidup di medan perang. Namun anak pak tua tidak termasuk tenaga yang direkrut karena kakinya patah. Mendapati cerita ini, penduduk kampung kembali datang kepada pak tua, mereka bicara, kali ini sambil menangis: ”Anda beruntung pak tua.., anak laki-lakimu selamat dari kematian, ternyata kecelakaan yang menimpanya dan kami anggap merupakan musibah buat Anda, sebaliknya malah menjadi keberuntungan Anda..”. Pak tua lalu menjawab: ”Untuk kesekian kalinya aku berbicara pada kalian bahwa kalian selalu terlalu cepat menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu apakah ini keberuntungan atau musibah. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui karena hanya Allah yang tahu.”
=================
Cerita ini mungkin hanya sebuah dongeng rekaan, namun sangat dekat dengan kehidupan kita. Tanpa terasa apa yang terjadi sebenarnya terjadi juga dalam kehidupan nyata yang kita jalani sehari-hari. Semua kejadian yang dialami oleh kita janganlah terlalu cepat diambil kesimpulan dan penilaian, karena rentetan kejadian berikutnya masih berupa misteri. Tak ada yang bisa menyimpulkan takdir dan nasib, semua tergantung kita dalam menyikapinya.
…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah: 216)
…(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (An-Nisaa': 19)
Satu-satunya cara bersikap yang tepat terhadap hal yang pasti kita hadapi ini adalah dengan berprasangka baik terhadap Allah, tidak ada lagi cara yang lain. Bersikap sebaliknya, curiga dan berprasangka buruk, lalu mengatakan :”Tuhan tidak sayang sama saya, Dia sama sekali tidak peduli..”, hanya akan berakibat merugikan diri sendiri, akan membuat kita menjauh dari Allah, dan ketika kita sudah jauh, kejadian apapun tidak lagi memiliki nilai kebaikan, tidak peduli kita senang ataupun susah ketika mendapatkannya.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kisah Kakek Tua Miskin dan Kuda Putih | Kisah tentang Berbaik Sangka"
Post a Comment