Pengertian Adat Syarat Ghair Jazimah
Adat syarat ada dua macam, yaitu adat jazimah dan
ghair jazimah. Nah yang jazimah sudah dibahas sebelumnya. Pada kesempatan kali
ini kita akan membahas tentang adat syarat ghair jazimah.
|
Adat Syarat Ghair Jazimah |
Yang dimaksud adat syarat jazimah adalah adat
syarat baik huruf atau isim yang apabila syarat atau jawabnya fi’il mudhari
tidak mengubahnya menjadi majzum atau beri’rab jazm. Adat yang tidak
menjazmkan, yaitu:
1. Berupa huruf
لَوْ
– لَوْ لَا – لَوْ مَا – أَمَّا
2. Berupa isim zharaf
إِذَا
– لَمَّا – كُلَّمَا
Berikut penjelasan singkatnya:
1. (لَوْ)
Disebut huruf imtina’ limtina’ karena menjelaskan
peniadaan “jawab”, karena tidak adanya “syarat”. Biasanya masuk ke fi’il madhi
dan jawabnya bersambung dengan lam apabila fi’il madhi mutsbit (positif)
dan tidak bersambung dengan lam apabila manfi (negatif).
Contoh:
لَوْ
تَأَنَّى العَامِلُ مَا نَدِمَ
“Seandainya pekerja itu tidak tergesa-gesa, niscaya
dia tidak menyesal.”
Contoh dari Al-Quran:
At-Taubah: 37
لَوْ خَرَجُوا
فِيكُم مَّازَادُوكُمْ إِلاَّ خَبَالاً وَلأَوْضَعُوا خِلاَلَكُمْ يَبْغُونَكُمُ
الْفِتْنَةَ (9: 47)
2. (لَوْلاَ)
Digunakan untuk menjelaskan peniadaan “jawab”,
karena adanya “syarat”. Setelah (لَوْلاَ) adalah isim marfu’
yang berkedudukan sebagai mubtada’ yang kahabrnya dibuang. Adapun ketentuan
jawabnya sama dengan (لَوْ).
Contoh:
لَولَا
الطَّبِيبُ لَسَاءَتْ حَالَةُ الْمَرِيضِ
“Seandainya tidak ada dokter niscaya keadaan orang
sakit itu buruk.”
لَولَا
الطَّبِيبُ مَا شُفِيَ الْمَرِيضُ
“Seandainya tidak ada dokter, niscaya orang sakit
itu tidak sembuh.”
Contoh di Al-Quran:
Saba’: 31
يَقُولُ
الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلَا أَنْتُمْ لَكُنَّا
مُؤْمِنِينَ
3. (لَوْمَا)
Penggunaan dan ketentuannya sama dengan (لَوْلاَ).
Contoh:
لَوْمَا
الْعَمَلُ لَمْ تَكُنْ لِلْعِلْمِ فَائِدَةٌ
“Seandainya tidak ada amal, niscaya ilmu itu tidak
ada faedahnya.”
4. (أَمَّا)
Digunakan sebagai tafshil dan taukid. Jawabnya selalu
disertai fa’.
Contoh:
أَمَّا
الْحَقُّ فَمُنْتَصِرٌ وَأَمَّا الْبَاطِلُ فَمُنْدَحِرٌ
“Adapun akan yang haq akan menang dan kebathilan
akan kalah.”
Contoh dari Al-Quran:
وَأَمَّا
بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
5. (إِذَا)
Digunakan untuk keterangan waktu yang akan datang.
Contoh:
إِذَا
مَرِضْتَ فَاذْهَبْ إِلَى الطَّبِيْبِ
Ketika kamu sakit, pergilah ke dokter!
Contoh dari Al-Quran:
Al-Anfal: 2
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
6. (لَمَّا)
Zharaf yang bermakna (حِيْنَ)
yang artinya ketika atau tatkala. Jawabnya harus berupa fi’il madhi.
Contoh:
لَمَّا
ذَهَبْتُ إِلَيهِ وَجَدْتُهُ مَرِيضًا
Ketika aku pergi menemuinya, aku dapati ia sedang
sakit.
Contoh di Al-Quran:
Al-Qashash: 14
وَلَمَّا بَلَغَ
أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى ءَاتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُحْسِنِينَ (28: 14)
7. (كُلَّماَ)
Berfungsi untuk pengulangan terjadinya “jawab” dan
“syarat” sehingga diterjemahkan “setiap kali”. Syarat dan jawabnya berupa fi’il
madhi.
Contoh:
كُلَّمَا
جَآءَ أَحْمَدُ جَآءَ أَخُوْهُ
“setiap kali Ahmad datang, datang pula saudaranya”
Contoh di Al-Quran:
Al-Baqarah: 25
كُلَّمَا
رُزِقُوا مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن
قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتُشَابِهًا (2: 25)
========
Sekian dan demikian pembahasan adat syarat ghari
jazimah. Semoga bermanfaat!
Belum ada tanggapan untuk "Adat Syarat Ghair Jazimah: Pengertian dan Contoh"
Post a Comment