Dalam kaidah cara
membaca hamzah washal harusnya kata (ائْتُوْنِيْ) dibaca dengan mendhammahkan hamzahnya menjadi “u’tuunii” (اُئْتُوْنِيْ) karena huruf ketiganya dhmammah sehingga hamzahnya pun dibaca
dhammah. Lalu mengapa hamzahnya dibaca kasrah??? Ok, mari kita bedah satu
persatu.
Pertama, kata (ائْتُوْنِيْ) berpola (اِفْعِلُوْنِيْ)
yang merupakan fi’il amar dengan fa’il antum/kalian dan maf’ulnya ana/saya
sehingga terjemahnya “bawalah oleh kalian kepadaku”.
Kedua, kata (ائْتُوْنِيْ) berasal dari (أَتَى يَأْتِى) yang sebanding dengan wazan (فَعَلَ يَفْعِلُ).
Ketiga, kata (أَتَى يَأْتِى) merupakan fi’il mu’tal naqish atau fi’il
yang ada huruf ilatnya (ا و ي) di akhir. Asal dari (أَتَى يَأْتِى) adalah (أَتَيَ يَأْتِيُ) yang kemudian ya’nya diganti dengan alif.
Keempat, setiap fi’il yang berwazan (فَعَلَ يَفْعِلُ) maka fi’il amarnya berpola (اِفْعِلْ) dengan hamzah washal yang dibaca kasrah.
Maka fi’il amar dari (أَتَى يَأْتِى) adalah (اِئْتِ). Dibuang alifnya karena termasuk huruf ilat.
Kelima, kata (اِئْتِ) dhamirnya anta. Apabila dhamirnya antum
maka menjadi (اِئْتُوْا)
yang asalnya (اِئْتِيُوْا),
kemudian dibuang ya’ dan harakat ya’ (dhammah) dipindahkan ke huruf sebelumnya.
Keenam, apabila ada dua hamzah beriringan dimana yang
pertama berharakat dan yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua diganti jadi
huruf alif, ya’ atau wau sesuai harakat sebelumnya. Apabila harakatnya fathah
maka ganti menjadi alif, harakat kasrah menjadi ya, dan harakat dhammah jadi
wau. Karena pada (اِئْتُوْا) harakat hamzahnya kasrah maka hamzah yang
kedua diganti menjadi ya’ dan menjadi (اِيْتُوْا).
Sudah
faham???
Kalau
belum faham juga berati masih banyak kaidah-kaidah yang belum dikuasai. Untuk
memahami penjelasan saya coba cari materi di blog ini atau blog lainnya tentang
<<<kaidah i’lal, cara membaca hamzah washal, mad badal>>>.
Nah
setelah membaca penjelasan di atas, yuk kita praktikkan pada surah Al-Ahqaf
ayat 4.
>>
Apabila dibaca washal/bersambung maka dibaca apa adanya seperti yang tertulis.
.....فِي السَّمَاوَاتِ ائْتُوْنِيْ بِكِتَابٍ.....
>>
Apabila berhenti di kata (السَّمَاوَاتِ) dan ibtida atau memulai bacaan dari (ائْتُوْنِيْ), maka kata (ائْتُوْنِيْ) dibaca iituunii (اِيْتُوْنِيْ).
.....فِي السَّمَاوَاتِ (وقف) اِيْتُوْنِيْ بِكِتَابٍ.....
>> Begitu pula
kaidah ini terjadi pada ayat yang bila memenuhi keadaan seperti di atas.
Contohnya surat Al-‘Araf aya 77.
فَعَقَرُواْ النَّاقَةَ وَعَتَوْاْ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ
وَقَالُواْ يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا
تَعِدُنَا إِن كُنتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ -٧٧-
Bila ingin ibtida dari
kata (ائْتِنَا) maka dibacanya menjadi (اِيْـتِـنَا).
Para pemirsah! Yang
belum difahami silakan ditanyakan saja di kolom komentar!
*****
Syukran
ReplyDeletebaik pak kl huruf depan dan yg kedua duanya hamja berarti salah satu harus hurup i
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteSangat jelas...
الحمد لله... جزاك الله خير الجزاء
ReplyDeleteTerimakasih ust.
ReplyDeleteSee selain dua tempat tadi adakah kejadian yang sama di surah lain
mohon maaf itu namanya apa ya ? kalau yang lain kan ada namanya, tasyhil, isymam, imalah dll... bantu jawab ya min
ReplyDeletenamanya ibdal atau mengganti
DeleteTerimakasih, sangat bermanfaat.
ReplyDeleteMasih ada pertanyaan terkait kata yang sama, yaitu pada awal ayat 96 Surat al-Kahfi. Dengan arti yang sama, mengapa dibaca: "aatuunii"?
Terimakasih.
Terus kaidah اؤتمن mengapa dibaca uutumina? Mohon penjelasannya, min.
ReplyDeletealhamdulillaahirobbil'alamiin.. barokaAllah.. syukron katsiron..
ReplyDeleteSubhanallah barakallah hu fik
ReplyDelete