A. Pengertian Muhkam dan
Mutasyabih
Menurut etimologi muhkam artinya
suatu ungkapan yang maksud makna lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah, adapun
mutasyabih adalah ungkapan yang dimaksud makna lahirnya samar. Pada intinya
Muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi.masuk ke
dalam kategori muhkam adalah nash (kata yang menunjukan sesuatu yang dimaksud
dengan terang dan tegas, dan dan memang untuk makna itu ia disebutkan) dan zharih
(makna lahir). Adapum mutasyabih adalah ayat yang maknanya belum jelas. Masuk
kedalam kategori mutasyabih ini adalah mujmal (global), mu’awal (harus
ditakwil) musykil dan mubham (ambigus).
|
Muhkam dan Mutasyabih |
B. Pandangan Para Ulama
Terhadap Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih
Para ulama juga berlainan paham
mengenai kemuhkaman Al-Qur’an dan kemutasyabihatannya. Sebab dalam Al-Quran ada
ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua Al-Quran itu muhkam, seperti surah Hud
ayat 1, dan ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa semuanya mutasyabih,
seperti ayat 23 surah Az-Zumar. Sebagaimana ada juga ayat-ayat yang menjelaskan
ada sebagian Al-Quran yang muhkam dan sebagian lain mutasyabih, seperti ayat 7
surah Ali Imran.
Ada tiga pendapat para ulama
mengenai masalah tersebut, sebagi berikut:
a. Pendapat pertama berpendirian,
bahwa semua Al-Qur’an itu muhkam, berdasarkan ayat 1 surah Hud:
كِتبٌ أُحْكِمَتْ آيتُهُ
“Suatu Kitab yang
ayat-ayatnyatersusunrapih.”
b. Pendapat kedua mengatakan,
bahwa Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabihat, dalam arti yang saling bersesuaian
yang sebagian dengan bagian yang lain. Hal ini berdasarkan ayat 23 surah
Az-Zumar:
اَللهُ نَزَّلَ اَحْسَنَ الْحَدِيْثِ
كِتَابًامُتَشَابِهًامَثَانِيَ تَقْشَعِرًّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ
رَبَّهُمْ
“Allah telah menurunkan perkataan
yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya.”
c. Pendapat ketiga mengatakan,
bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian, yakni muhkam dan mutasyabih.
Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali Imran.
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ
آَيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا
الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ
الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ
وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آَمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ
رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
“Dia-lah yang
menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya
untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu
dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)
melainkan orang-orang yang berakal.”
Jika dilihat sepintas,
seolah-olah hanya pendapat ketiga yang benar dan sesuai dengan kenyataan yang
ada dalam Al-Qur’an. Tetapi jika diamati secara seksama, sebenarnya semua pendapat
itu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an itu. Sebab
ketiga itu ada dalilnya dalam Al-Qur’an, dan semuanya juga benar cara istidhal
masing-masing. Yang berbeda hanya orientasi pendapat masing-masing.
C. Sikap Para Ulama Terhadap
Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih
Sikap para ulama terhadap
ayat-ayat mutasyabih terbagi dalam dua kelompok,
yaitu:
1. Madzhab Salaf, yaitu para
ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat mutasyabih dan menyerahkan
sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah). Mereka menyucikan Allah dari
pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah dan mengimaninya
sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an. Di antara ulama yang masuk ke dalam
kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari ulama mutaqaddimin.
2. Madzhab Khalaf, yaitu para
ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat mutasyabih yang
menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran
Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama muta’akhirin.
D. Manfaat Ayat-Ayat Muhkamat
dan Ayat-Ayat Mutasyabih
Dalam pembahasan ini perlu
dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat muhkam lebih dahulu sebelum menerangkan
faedah ayat-ayat mutasyabihat.
1. Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat
Adanya ayat-ayat Muhkamat dalam
Al-Quran, jelas akan memberikan hikmah bagi manusia, hikmah tersebut
diantaranya ialah:
a) Menjadi rahmat bagi manusia,
khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam
yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
b) Memudahkan bagi manusia
mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati
makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
c) Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi
kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang
dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
d) Menghilangkan kesulitan dan
kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan
sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu
penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.[9]
2. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat
Di antara hikmah keberadaan
ayat-ayat mutasyabihat di dalam Al-Quran dan ketidakmampuan akal untuk
mengetahuinya adalah sebagai berikut:
a) Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini
keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan
untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu
tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan
keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat
mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya
akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
b) Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana
Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap
orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah
memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang
yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih
sehingga mereka berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari
keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
c) Membuktikan kelemahan dan
kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada
kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan
Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
d) Memperlihatkan kemukjizatan
Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari
sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu
ciptaan Allah SWT.
e) Mendorong kegiatan mempelajari
disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.
Belum ada tanggapan untuk "Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih | Pengertian dan Manfaatnya"
Post a Comment