Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Pengertian dan Sejarah Ilmu Balaghah

A. Pengertian Balāghah

a. Balāghah Menurut Etimologi

Menurut etimologi balāghah berarti (الْوُصُوْلُ) artinya sampai dan (الانْتَهَاءُ) artinya berakhir. Dalam ungkapan bahasa Arab disebutkan:

بَلَغَ فُلانٌ مُرَادَه

Fulan sudah sampai keinginannya

Skema Balaghah

b. Balāghah Menurut Terminologi

Balāghah menurut terminologi yaitu kesesuaian antara konteks pembicaraan dengan situasi dan kondisi audien (lawan bicara) disertai penggunaan bahasa yang fashāhah.

Balagah menjadi sifat dari pembicara dan kalimat atau redaksi. Sementara kata tidak bisa disifati dengan balaghah karena ia hanya terdiri dari huruf-huruf yang tidak bisa dipahami maknanya. Di samping itu ia sendiri tidak mampu menyampaikan sipembicara kepada suatu maksud dan tujuan.

B. Unsur-unsur Balāghah

Dalam balaghah ada 2 unsur dasar yang harus diperhatikan:

1. Situasi dan kondisi ketika berbicara dengan orang lain

Dalam bahasa Arab dinamakan maqam atau hal, yaitu keadaan yang menuntut pembicara mengungkapkan kata-katanya dengan uslūb (gaya bahasa) tertentu.

2. Bentuk tertentu yang dipergunakan dalam suatu pengungkapan bahasa

Dalam bahasa Arab dinamakan muqatadha seperti uslūb ithnāb (yaitu penggunaan kalimat yang panjang tetapi maksudnya sedikit) dan biasa digunakan untuk pujian. Tetapi kalau audien (lawan bicara) adalah seorang yang cerdas, maka cukup menggunakan uslūb ījāz (yaitu penggunaan kalimat yang ringkas tetapi maksudnya sarat dan padat). Jadi memuji dan orang yang cerdas adalah maqam dan hal atau situasi dan kondisi, adapun ithnāb dan ījāz adalah muqatadha atau tuntutan.

Jadi, balāghah bukan menyampaikan kata-kata yang bermakna indah atau hanya memilih lafaz-lafaz yang jelas dan terang tetapi ia harus memperhatikan penggunaan kedua unsur tersebut yaitu lafaz dan makna secara bersamaan.

C. Perbedaan Fashāhah dengan Balāghah

Terdapat perbedaan antara fashāhah (الفصاحة) dengan balāghah (البلاغة), di antaranya dalam hal berikut:

1. Obyek kajian fashāhah khusus berkaitan dengan lafaz. Adapun balāghah obyek kajiannya di samping berkaitan dengan lafaz juga berkaitan dengan makna.

2. Fashāhah adalah sifat dari (الكلمة) atau kata, (الكلام) atau kalimat dan (المتكلم) atau pembicara. Adapun balāghah adalah sifat dari kalimat dan pembicara.

3. Salah satu syarat suatu ungkapan bernilai balagah adalah (الكلام) atau redaksi yang digunakan untuk mengungkapkannya harus memenuhi kriteria fashāhah sehingga muncul kaidah:

كُلُّ كَلَامٍ بليْغٍ فَصِيْحٌ، وَلَيْسَ كُلُّ فَصِيْحٍ بَلِيْغًا.

"Semua kalimat yang bernilai balāghah itu pasti memenuhi unsur fashāhah, tetapi tidak semua kalimat yang bernilai fashāhah itu memenuhi unsur balāghah."

D. Sejarah Perkembangan Ilmu Balāghah

Arab Jahiliyah (Pra Islam) sudah mengenal dunia sastra jauh sebelumnya. Mereka dikenal sebagai pujangga-pujangga البلغاء)) yang memiliki kecakapan dalam menyusun dan merangkai kata-kata sehingga indah didengar dan bagus diucapkan yang kemudian menghasilkan karya sastra. Hal itu bukan diperolehnya melalui lembaga-lembaga pendidikan formal atau dengan mempelajari kaidah-kaidah ilmu tertentu, tetapi terbentuk melalui fitrah dan insting bahasa yang sudah ada dalam diri mereka.

Sejarah berhasil mengabadikan sejumlah nama sastrawan Arab pra jahiliah yang telah memberikan kontribusi besar dalam dunia sastra, di antaranya: An-Nābighah, Hasan bin Tsābit, al Khansā’, Umru’ al-Qais, Zuhair bin Abī Salmā, Tharfah bin al ‘Abd, ‘Antarah bin Asy-Syaddād, ‘Amr bin Kultsum, Lubaid bin Rabī‘ah.

Salah seorang penguasa Arab saat itu an-Nābighah az-Zibyānī sengaja membangun pasar bernama ‘Ukāzh, yaitu pasar tahunan tempat bertemu dan berkumpulnya para sastrawan (الأدباء) dan penyair (الشعراء) dari seluruh penjuru Arab untuk melantunkan bait-bait syairnya. Semua gubahan syair-syair terbaru dan kemunculan penyair-penyair terkemuka tidak terlepas dari peran pasar ‘Ukāzh dalam memperkenalkannya. Secara alamiah semua itu mengalami proses penyeleksian yang ketat melalui metode kritik sastra yang dikenal luas saat itu. Semua transaksi jual beli syair berlaku di tempat ini. Selain ‘Ukāzh ada beberapa pasar yang menjadi tempat berkumpulnya para sastrawan. Yang terpenting adalah Majinnah dan Dzul Majāz. Semuanya terletak dekat Ka’bah.  

Syair-syair terbaik yang muncul dari pasar-pasar itu mendapat penghargaan berupa hak paten untuk diletakkan dan dipajang di dinding ka’bah sehingga semua orang bisa melihatnya. Suatu apresiasi terhadap nilai sastra dan seni yang sangat tinggi, karena Ka’bah adalah tempat paling sakral dan menjadi prestise Arab. Karya-karya terbaik itu dikenal dengan nama al-Mu‘allaqāt. Sebagian riwayat menyebutkan terdapat 7 buah syair, sementara yang lainnya menyatakan 10 buah syair yang pernah dipajang di dinding Ka’bah.

Penyair-penyair yang tampil dalam kesempatan itu merupakan utusan kebanggaan suku. Seorang penyair profesional menempati kedudukan terhormat di dalam masyarakat. Derajat suku akan terangkat karena kefasihan lidah penyair yang dimilikinya bahkan perang dan damai yang hampir selalu berlatar belakang fanatisme kesukuan dapat diciptakan oleh bangsa arab karena kefasihan lidah para penyairnya.

Setelah itu agama Islam muncul. Muhammad saw. lahir sebagai Nabi pembawa risalah, dan ayat-ayat al-Qur’an turun secara berangsur-angsur menyebabkan sebagian orang beriman dengan risalah (misi) yang dibawanya. Semua fenomena itu, membuat peta dunia sastra dan seni berubah. Orang Arab yang tidak beriman ketika mendengar ayat-ayat al-Qur’an yang dikenal memiliki nilai sastra tinggi mengatakan bahwa al-Qur’an itu adalah perkataan ahli syair (qaul syair) atau ahli sihir (qaul sahir) yang tidak tertandingi keindahan bahasanya. Berbeda dengan orang beriman, mereka mengatakan bahwa al-Qur’an itu adalah kalāmullāh (firman Allah swt.) yang diwahyukan kepada Nabi akhir zaman Muhammad saw.

Kemudian pada masa dinasti bani Umaiyah ketika sudah terjadi al-Futūhāt al-Islāmiyyah (perluasan daerah Islam) yang berakibat pada persentuhan peradaban dan kebudayaan Arab dengan yang lainnya, bibit-bibit lahirnya ilmu balāghah sudah muncul. Kaidah-kaidah ilmu balāghah dan metode kritik sastra sudah semakin menemukan bentuknya dan menjadi pusat perhatian para ulama. Tapi saat itu belum dibukukan sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan. Baru kemudian pada masa dinasti Bani Abbasiyah ketika gerakan penulisan dan pentransferan ilmu pengetahuan semakin marak dan luas, ilmu balāghah berhasil dikodifikasi (dibukukan).

Dari ketiga jenis ilmu balāghah adalah al-bayān merupakan ilmu yang paling awal dibukukan oleh seorang ulama bernama Abū ‘Ubaidah Mu‘ammar bin al-Mutsannā (wafat tahun 206 H) dalam karyanya Majāz al-Qur’ān. Konon penulisan tersebut bermula ketika ada pertanyaan yang dilontarkan kepada Abū ‘Ubaidah di Majlis al-Fadl bin ar-Rabī‘ (Gubernur Bashrah) pada masa Makmūn bin Hārun ar-Rasyīd mengenai firman Allah swt.:

أَذَلِكَ خَيْرٌ نُزُلًا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ (62) إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ (63) إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ (64) طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ (65)

“(Makanan sorga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim. Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka jahim. Mayangnya seperti kepala syaithan-syaitan “. (QS. ash-Shāffāt [37]: 62-65)

Lalu Abū ‘Ubaidah menjawab: makna dan uslūb ayat tersebut sama dengan kandungan syair yang pernah dikemukakan Umru’ al-Qais:

أَيَقْتُلُنِي والْمَشْرَ فِي مَضاجِعِي # وَمَسْنُوْنَةٌ زُرْقٌ كَأَنْيابِ أَغْوال

"Apakah ia berani membunuhku sementara pedang (buatan negeri syam) selalu berada di peraduanku, dan mata tombak berwarna biru (saking tajamnya) bagaikan taring-taring hantu."

Pada ayat tersebut di atas yang menjadi al-musyabbah adalah (شَجَرَةُ الزَّقُّوْم) yang artinya pohon Zaqqum diserupakan dengan sesuatu yang abstrak yaitu (رُؤُوْسُ الشًّيَاطِيْنِ) yang artinya kepala-kepala syaithan. Pohon Zaqqum adalah jenis pohon yang tumbuh di neraka dan menjadi makanan ahli neraka. Adapun pada bait syair di atas yang menjadi al- musyabbah adalah (مسنونة زرق) yang artinya ‘mata tombak berwarna merah’ yang diserupakan dengan sesuatu yang abstrak (khayal) yaitu (أنياب أغوال) artinya taring-taring hantu.

Al-musyabbah (المشبه) di sini diserupakan dengan sesuatu yang tidak dikenal oleh panca indera (abstrak). Tujuan at-tasybīh pada syair ini adalah penggambaran al-musyabbah dengan sesuatu yang menakutkan. Beda antara dua bentuk at-tasybīh tersebut adalah kalau syaithan sekalipun tidak bisa dilihat tetapi  keberadaannya benar-benar ada.

Penulisan tersebut lalu dilanjutkan oleh ulama-ulama yang hidup setelah masa Abu Ubaidah dengan penelitian dan pendalaman bidang at-tasybīh, al-majāz dan al-kināyah. Sementara itu bahasan-bahasan ilmu ma‘ānī pertama kali ditemukan pada kitab Sibawaih (wafat tahun 255 H) dan kitab al-Shinā‘atain karya Abū Hilāl al-Askarī (wafat tahun 395), lalu karya-karya tersebut disempurnakan Abdul Qāhir al-Jurjānī dalam 2 buah karyanya yaitu Dalā’il al-I‘jāz dan Asrār al-Balāghah.

Adapun ilmu al-Badī‘ pertama kali dikarang oleh Abdullah bin al-Mu‘taz (wafat tahun 296 H). Sejumlah penyair banyak menitikberatkan syairnya pada ilmu al-Badī‘, seperti Basyar bin Asad, Muslim bin al-Walīd dan Abū Tammām, lalu dikembangkan lagi oleh Qudāmah bin Ja‘far (wafat tahun 337 H) lalu disempurnakan oleh Abū Hilāl al-Askarī dalam bukunya ash-Shinā‘atain dan dilanjutkan lagi oleh Ibnu ar-Rasyīq (wafat tahun 463 H) dalam bukunya al-‘Umdah.

Artikel keren lainnya:

Shalawat Nariyah atau Munfarijah | Arab, Latin, Terjemah, dan Fadhilahnya

Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mundah dan Jabir, Rasulullah SAW bersabda. Artinya:

“Siapa membaca shalawat kepadaku sehari 100 kali (dalam riwayat lain): Siapa membaca sholawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat dan 30 di dunia. Dan hadits Rasulullah yang mengatakan; Perbanyaklah sholawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan."

Kaligrafi Muhammad

Salah satu shalawat yang sering diamalkan adalah shalawat nariyah. Berikut ini adalah bacaan shalawat nariyah:

  اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَــمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلىٰ اٰلِهِ وِصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

“Allâhumma shalli shalâtan kâmilatan wa sallim salâman tâmman `alâ sayyidinâ Muḫammadinil-ladzi tanḫallu bihil-`uqadu wa tanfariju bihil-kurabu wa tuqdlâ bihil-ḫawâiju wa tunâlu bihir-raghâ’ibu wa ḫusnul-khawâtimi wa yustasqal-ghamâmu biwajhihil-karîmi wa `alâ âlihi wa shaḫbihi fî kulli lamḫatin wa nafasin bi`adadi kulli ma`lûmilak(a).”

“Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.”

Banyak fadhilah dari shalawat nariyah. Berikut di antaranya:

1. Dapat meringankan masalah dan menghilangkan kesedihan

Ketika sedang dilanda masalah dan kesedihan, bacalah shalawat nariyah untuk menghilangkan keduanya.

2. Dijauhkan dari penyakit dan bahaya
Seseorang yang membaca sholawat nariyah sebanyak 90 kali dapat terhindar dari segala penyakit dan bentuk kesusahan lainnya dan juga diberikan kesenangan di dunia serta dijauhkan dari kesukaran yang bisa menyulitkan hidupnya.

3. Dikabulkan hajat

Sholawat nariyah yang dibaca secara bersama-sama dalam suatu majelis yang besar sebanyak 300 kali diyakini akan dikabulkan hajatnya oleh Allah SWT dan dihindarkan dari segala mara bahaya.

4. Dimudahkan rizki
Imam Dainuri menyebutkan bahwa membaca sholawat nariyah sebanyak 11 kali selesai melaksanakan sholat fardhu bisa membuat seseorang tidak putus rezekinya dan memiliki tingkatan seperti orang kaya.
5. Dimudahkan urusan
Disebutkan apabila sholawat nariyah dibaca sebanyak 31 kali setelah melaksanakan sholat subuh maka Allah akan melancarkan segala urusan dan usaha yang dilakukannya keesokan harinya.

6. Husnul khatimah

Husnul khatimah artinya sebaik-baik penutup akhir hidup yang terbaik. Adapun tanda-tanda seseorang yang matinya ideal atau husnul khatimah, yakni ketika meninggal tidak melakukan perbuatan syirik, mengucapkan syahadat ketika meninggal (pada saat sakaratul maut), mengerjakan amal saleh, syahid fi sabilillah, dll. Tentunya

7. Minta turun hujan

Apabila sedang kemarau panjang, bacalah shalawat ini sebagai do’a agar diturunkan hujan.

Artikel keren lainnya:

Niat Shalat Jenazah Lengkap untuk Laki-laki, Perempuan, Goib, dan Masal

Hukum melaksanakan shalat jenazah adalah fardu kifayah. Artinya kewajiban atas shalat jenazah di suatu daerah akan gugur jika ada yang mewakili untuk melaksanakannya. Yang perlu diingat bahwa shalat jenazah dilaksanakan dengan empat takbir serta tidak ada ruku', i'tidal, sujud,  dan tasyahud.

Shalat Jenazah

Berikut adalah lafal-lafal niat untuk shalat jenazah baik untuk laki-laki, perempuan, jenazah goib, dan jenazah masal:

1. Niat shalat jenazah laki-laki:

اُصَلِّى عَلَى هَذِا الْمَيِّتِ اَرْبَعَ تَكْبِرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ (اِمَامًا|مَأْمُوْمًا) للهِ تَعَالَى

Ushalli ‘ala haadzal mayyiti arba’a takbiratin fardhal kifayati (imaman/ma’muman) lillahi ta’ala

“Saya niat salat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai (imam/makmum) karena Allah Ta’ala.”

2. Niat shalat jenazah perempuan:

 اُصَلِّى عَلَى هَذِهِ الْمَيِّتَةِ اَرْبَعَ تَكْبِرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ (اِمَامًا|مَأْمُوْمًا) للهِ تَعَالَى

Ushalli ‘ala haadzihil mayyitati arba’a takbiratin fardhal kifayatin (imaman/ma’muman) lillahi ta’ala

“Saya niat shalat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai (imam/makmum) karena Allah Ta’ala.”

3. Niat shalat ghaib untuk jenazah laki-laki:

أُصَلِّي عَلَى مَيِّتِ (فُلَانِ) الْغَائِبِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ (اِمَامًا|مَأْمُوْمًا) لِلّٰهِ تَعَالَى     

Ushallî ‘alâ mayyiti (sebut nama) al-ghâ-ibi arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ.

“Saya shalat atas jenazah si fulan (sebutkan namanya) yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai (imam/makmum) karena Allah Ta’âlâ.”

4. Niat shalat ghaib untuk jenazah perempuan:

اُصَلِّى عَلَى الْمَيِّتَةِ (فُلَانَةٍ) اْلغَائِبِةِ اَرْبَعَ تَكْبِرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ (اِمَامًا|مَأْمُوْمًا) للهِ تَعَالَى

Ushalli ‘alal mayyitati (sebut nama) algha-ibati arba’a takbiratin fardhal kifayatin imaman/ma’muman lillahi ta’ala.

“Saya niat shalat atas jenazah (sebut nama) yang jauh empat kali takbir fardu kifayah sebagai (imam/makmum) karena Allah Ta’ala.”

5. Niat shalat untuk dua jenazah

Bila jenazahnya adalah dua laki-laki, atau dua perempuan, atau satu laki-laki dan satu perempuan, maka lafal niatnya sebagai berikut:

أُصَلِّي عَلَى مَيِّتَيْنِ/مَيِّتَتَيْنِ (فُلَانٍ وَفُلَانٍ | فُلَانَةٍ وَفُلَانَةٍ | فُلَانٍ وَفُلَانَةٍ) الْغَائِبَيْنِ/الْغَائِبَتَيْنِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ (اِمَامًا|مَأْمُوْمًا( لِلّٰهِ تَعَالَى   

Ushallî ‘alâ mayyitaini/mayyitataini (sebutkan nama kedua jenazahnya) al-ghaibaini/al-ghaibataini arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ.

“Saya menyalati dua jenazah (sebutkan nama kedua jenazahnya)’ yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai (imam/makmum) karena Allah ta’âlâ.”     

5. Niat shalat untuk banyak jenazah

Bila jenazahnya lebih dari dua, misalnya karena ada bencana alam, dll maka lafal niatnya adalah:

أُصَلِّي عَلَى جَمِيعِ مَوْتَى قَرْيَةِ كَذَا الْغَائِبِينَ الْمُسْلِمِينَ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ إِمَامَا/مَأْمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushallî ‘alâ jamî’i mautâ qaryati kadzâl ghaibînal muslimîna arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ.

“Saya menyalati seluruh umat muslim yang jadi korban di daerah ‘...’ (sebutkan nama daerahnya) yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai (imam/makmum) karena Allah ta’âlâ.”

Artikel keren lainnya:

Daftar Surat di Juz 29 Beserta Arti, Urutan, dan Jumlah Ayat

Juz 29 atau disebut juga juz tabarak terdiri dari 11 surat dimulai dari Al-Mulk sampai Al-Mursalat. Juz ini merupakan juz kedua terkahir yang dari Al-Quran. Jumlah Ruku' dalam Juz ini adalah 22 dengan jumlah 11 Surah dan 431 ayat. Urutan nomor surah Alquran yang tercantum adalah surah 67 hingga 77.

Juz 29

Berikut daftar surat di juz 29 dilengkapi dengan arti, nomor urut dan jumlah ayat:

1. Surat Al-Mulk artinya kerajaaan,  surat uturan ke 67 dan terdiri dari 30 ayat.

2. Surat Al-Qalam artinya pena, surat uturan ke 68 dan terdiri dari 52 ayat.

3. Surat Al-Haqqah artinya hari kiamat, surat uturan ke 69  dan terdiri dari 52 ayat.

4. Surat Al-Ma'arij  tempat naik, surat uturan ke 70 dan terdiri dari 44 ayat.

5. Surat Nuh Artinya Nabi Nuh,  surat uturan ke 71 dan terdiri dari 28 ayat.

6. Surat Al-Jin artinya Jin, surat uturan ke 72 dan terdiri dari 28 ayat.

7. Surat Al-Muzzammil artinya orang yang berselimut, surat uturan ke 73 dan terdiri dari 20 ayat.

8. Surat Al-Muddatstsir artinya orang yang berkemul, surat uturan ke 74 dan terdiri dari 56 ayat.

9. Surat Al-Qiyamah artinya kiamat, surat uturan ke 75 dan terdiri dari 40 ayat.

10. Surat Al-Insan artinya manusia, surat uturan ke 76 dan terdiri dari 31 ayat.

11. Surat Al-Mursalat artinya para Malaikat yang diutus, surat uturan ke 77 dan terdiri dari 50 ayat.

Dari semua surat yang terdapat di juz 29, surat Al-Insan termasuk Madaniyyah dan sisanya Makiyyah.

Artikel keren lainnya:

Contoh Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal di Al-Quran

Pengertian Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi

Mad lazim mutsaqqal kalimi atau mad lazim kilmi mutsaqqal adalah apabila mad bertemu huruf yang bertasydid dalam satu kata. Panjangnya 6 harakat atau 3 alif.

Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi

Contoh:

وَلَاالضَّآلِّيْنَ – الصَّآخَّهُ  -مِنْ دَآبَّةٍ - أَتُحَاجُّونِّي

Contoh Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi

Berikut adalah contoh mad lazim kilmi mutsaqqal di Al-Qur’an lengkap dengan keterangan ayat dan suratnya:

1. Al-Fatihah: 7

غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

2. Al-Baqarah: 76

لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ

3. Al-Baqarah: 139

قُلْ اَتُحَاۤجُّوْنَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ

4. Al-Baqarah: 164

وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ

5. Al-Baqarah: 208

ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً

6. Al-Baqarah: 233

لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا

7. Al-Baqarah: 258

الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهمَ

8. Al-Baqarah: 282

وَلَا يُضَاۤرَّ كَاتِبٌ

9. Ali Imran: 20

فَاِنْ حَاۤجُّوْكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ

10. Ali Imran: 61

فَمَنْ حَاۤجَّكَ فِيهِ

11. Ali Imran: 65

لِمَ تُحَاۤجُّوْنَ فِي إِبْرَاهِيمَ

12. Ali Imran: 66

فَلِمَ تُحَاۤجُّوْنَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ

13. Ali Imran: 73

اَوْ يُحَاۤجُّوْكُمْ عِنْدَ رَبِّكُمْ

14. Al-‘An’am: 80

وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ

15. Al-Anfal: 22

اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ

16. Az-Zumar: 64

قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ

17. Az-Zumar: 75

وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَاۤفِّيْنَ

18. As-Saffat: 1

وَالصّٰۤفّٰتِ صَفًّا

19. An-Nahl: 71

فَمَا الَّذِيْنَ فُضِّلُوْا بِرَاۤدِّيْ رِزْقِهِمْ

20. Ghafir: 47

وَاِذْ يَتَحَاۤجُّوْنَ فِي النَّارِ

21. As-Syura: 16

وَالَّذِيْنَ يُحَاۤجُّوْنَ فِي اللَّهِ

22. Ar-Rahman: 39

فَيَوْمَئِذٍ لَا يُسْأَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَلَا جَانٌّ

23. Ar-Rahman: 64

مُدْهَاۤمَّتٰنِ

24. Al-Mulk: 19

فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ

25. Al-Qalam: 26

فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا اِنَّا لَضَاۤلُّوْنَ

26. Al-Haqqah: 1-3

اَلْحَاۤقَّةُ، مَا الْحَاۤقَّةُ، وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الْحَاۤقَّةُ

27. Al-Mulk: 19

فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ

28. An-Naziat: 34

فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى

29. Abasa: 33

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ

30. Al-Fajr: 18

وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ

*Penulisan yang lebih tepatnya silakan lihat di Al-Qur’an.

Sumber:

Al-Qura'an Al-Karim

Muqaddimah Al-Jazariyyah

Tuhfah Al-Athfal

Terima kasih telah berkunjung. Apabila menemukan kesalahan dalam artikel ini, silakan koreksi di kolom komentar.

Artikel keren lainnya:

Ayat Makiyyah dan Madaniyyah (Pengertian, Ciri, dan Urgensi)

Kita pernah mendengar surat makiyyah dan madaniyyah. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan surat makiyyah dan surat madaniyyah? Mari kita simak penjelasannya berikut ini.

Makiyyah dan Madaniyyah

A. Pengertian Makkiyah Dan Madaniyyah

Para sarjana muslim mengemukakan empat persepektif dalam mendefinisikan terminologi makkiyyah dan madaniyyah. Keempat perspektif itu adalah:

1. Masa turun (zaman an-nuzul)

Bahwa yang dimaksud dengan ayat makkiyyah adalah ayat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke madinah, dan ayat Madaniyyah adalah ayat yang diturunkan setelah nabi Hijrah ke Madinah.

2. Tempat turun (makan an-nuzul)

Bahwa yang di maksud dengan ayat makkiyyah adalah ayat yang diturunkan di Mekkah, dan ayat madaniyyah adalah ayat yang diturunkan di Madinah.

3. Obyek pembicaraan (mukhathab)

Bahwa yang di maksud makkiyyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang-orang Makkah dan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang-orang madaniyah.

4. Sistem kebiasaan

Bahwa ayat-ayat makkiyyah itu ayat-ayat yang berhubungan dengan aqidah, akhlak dan lain sebagainya, sedangkan ayat-ayat madaniyyah adalah ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum, juhud, had-had dan lain sebagainya.

B. Ciri-ciri Spesifik Makkiyyah dan Madaniyah

seperti telah diuraikan di atas, bahwa cirri-ciri spesifik makkiyyah dan madaniyyah dalam menguraikan kronologi Al-Qur’an, mereka mengajukan dua titik tekan dalam usahanya itu, yaitu titik tekan analogi dan titik tekan tematis. Dari titik tekan tekan pertama mereka mempormulasikan cirri-ciri khusus Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut:

1. Ciri Makkiyyah

a. Di dalamnya terdapat ayat sajdah;

b. Ayat-ayatnya dimulai dengan kata kalla;

c. Dimulai dengan ungkapan yaa ayyuha an-nnas dan tidak ada ayat yang dimulai dengan ungkapan yaa ayyuha al-ladziina, kecuali dalam surat Al-Hajj, karena di penghujung surat itu terdapat sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan yaa ayyuha al-ladziina.

e. Ayat-ayatnya mengandung kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu;

f. Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah Nabi Adam dan iblis, kecuali surat Al-Baqarah; dan

g. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong seperti alif lam mim dan sebagainya, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran.

2. Ciri Madaniyyah

a. Mengandung ketentuan-ketentuan fara’id dan hadd;

b. Mengandung sindiran-sindiran terhadaf kaum munafik, kecuali surat al-Ankabut; dan

c. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitab.

Sedangkan berdasarkan titik tekan tematis, para ulama merumuskakn cirri-ciri spesifik makkiyyah dan madaniyyah sebagai berikut:

1. Ciri Makkiyyah

a. Menjelaskan ajaran monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan risalah kenabian, penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian tentang hari kiamat dan perihalnya, dan lain sebagainya.

b. Menetapkan pondasi-pondasi umum bagi pembentukan hukum syara’dan keutamaan keutamaan akhlak yang  harus dimiliki anggota masyarakat.

c. Menuturkan kisah para Nabi dan umat-mat terdahlu serta perjuangan Nabi Muhammad dalam Menghadapi tantangan-tantangan kelompok musyrikin.

d. Ayat dan suratnya pendek-pendek.

e. Banyak mengandung kata-kata sumpah.

2. Ciri Madaniyyah

a. Menjelaskan permasalahan ibdah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga, warisan, jihad, kehidupan sosisal, aturan-aturan pemerintah menangani perdamaian dan peperangan, serat pembentukan hukum-hukum syara’;

b. Mengkhitabi ahli kitab yahudi dan nasrani dan mengajaknya masuk islam

c. Mengungkap langkah-langkah orang-orang munafik;

e. Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang

C. Urgensi Tentang Makkiyyah dan Madaniyyah

Pengetahuan tentang makkiyah dan madani banyak faedahnya diantaranya:

1. Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Qur`an,

Sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menmafsirkannya dengan tafsiran yang benar. Sekalipun yangmenjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh, bila diantara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh yang tedahulu.

2. Meresapi gaya bahasa Quran dan memanfaatkannya dalam metode dakwah menuju jalan Allah.

Sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi merupakan arti peling khusus dlam retorika. Karakteristik gaya bahasa makki dan madani dalam Quran pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaaannya serta menguasai apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.

3. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur`an.

Sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam periode mekkah maupun madinah. Sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan. Qur`an adalah sumber pokok bagi peri hidup Rasulullah SAW, peri hidup beliau yang diriwayatka ahlli sejarah harus sesuai denga Quran; dan Qur`an pun memberikan kata putus terhadapa perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan.

Artikel keren lainnya:

Ayat Al-Quran dan Hadist tentang Larangan Korupsi

Korupsi merupakan kejahatan luar biasa dan tentunya banyak merugikan orang lain baik secara langsung maupun tidak. Tentunya Islam sangatlah melarang yang namanya korupsi. Berikut beberapa ayat dan hadis yang menjelaskan larangan perbuatan kerupsi.

No Korupsi

  Al-Baqarah ayat 188

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Janganlah kalian mendapatkan harta (yang bersumber dari) sekitar kalian dengan cara yang batil, dan (contoh lainnya) kalian perkarakan harta (yang batil itu) kepada para hakim sehingga kalian dapat menikmati sebagian harta orang lain dengan cara yang kotor, sementara kalian mengetahui (hal itu).”

An-Nisa Ayat 29

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوْا لَا تَاْكُلُوْۤا اَمْوَالَـكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّاۤ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ‌ ۚ وَلَا تَقْتُلُوْۤا اَنْـفُسَكُمْ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu."

Al-Maidah Ayat 38

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوْۤا اَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَـكَالًا مِّنَ اللّٰهِ ؕ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

"Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana."

Al-Anfal Ayat 27

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْۤا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْـتُمْ تَعْلَمُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."

Musnad Ibn Hanbal, jilid. 5, halaman 279:

حَدَّثَنَا الْأَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ يَعْنِي ابْنَ عَيَّاشٍ عَنْ لَيْثٍ عَنْ أَبِي الْخَطَّابِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ وَالرَّائِشَ يَعْنِي الَّذِي يَمْشِي بَيْنَهُمَا

"Telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin 'Amir telah bercerita kepada kami Abu Bakar bin 'Ayyasy dari Laits dari Abu Al Khoththob dari Abu Zur'ah dari Tsauban berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melaknat orang yang menyuap, yang disuap dan perantaranya (broker, makelar)."

Riwayat Imam Bukhari:

حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي عَدِيُّ بْنُ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ يَزِيدَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ نَهَى عَنْ النُّهْبَةِ وَالْمُثْلَةِ

"Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal telah menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Adi bin Tsabit ia berkata; Aku mendengar Abdullah bin Yazid dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Bahwasanya beliau melarang nuhbah (harta rampokan) dan  perbuatan mutilasi."

Kitab Musnad Ad-Darimi:

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ هَدَايَا الْعُمَّالِ غُلُولٌ

"Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Isa telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ayyasy dari Yahya bin Sa'id dari Urwah bin Az Zubair dari Abu Humaid As Sa'idi bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "hadiah bagi para kuli adalah ghulul (hasil ghanimah yang diambil secara sembunyi-senmbunyi sebelum pembagiannya)."

Shahih Ibn Hibban:

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ قَالَ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ اللَّهُ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ فِي الْحُكْمِ

"Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah berkata; telah menceritakan kepada kami Umar bin Abu Salamah dari bapaknya dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah melaknat orang yang menyuap dan yang disuap dalam hukum."

Riwayat Imam At-Turmudzi:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْحَارِثِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِي وَالْمُرْتَشِي

"Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi`b dari Al Harits bin Abdurrahman dari Abu Salamah dari Abdullah bin 'Amru ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat orang yang memberi uang sogokan dan orang yang menerimanya."

Riwayat Abu Daud:

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ وَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يَقُوْلُ مَنْ كَتَمَ غَالًّا فَإِنَّهُ مِثْلُهُ

“Bersumber dari Samurah bin Jundab, ia berkata: Dan Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang menutupi (kesalahan) para koruptor, maka ia sama dengannya (koruptor).” (HR. Abu Daud).

Artikel keren lainnya:

Daftar Surat di Juz 30 atau Juz Amma

Juz 30 atau juz ‘amma merupakan bagian terakhir dalam susunan juz Al-Quran. Juz ini terdiri dari 37 surat-surat pendek. Juz ‘amma juga merupakan juz yang paling banyak dihafal oleh ummat Islam karena surat-suratnya pendek dan sering dibaca ketika shalat setelah membaca surat Al-Fatihah.

Juz 30

Berikut susunan surat di juz 30 dalam Al-Qur’an beserta arti, nomor urut, dan jumlah ayat.

1. An-Naba (berita besar) surat ke-78 terdiri dari 40 ayat.

2. An-Nazi’at (malaikat-malaikat yang mencabut) surat ke-79 terdiri dari 46 ayat.

3. ‘Abasa (ia bermuka masam) surat ke-80 terdiri dari 40 ayat.

4. At-Takwir (menggulung) surat ke-81 terdiri dari 29 ayat.

5. Al-Infithar (terbelah) surat ke-82 terdiri dari 19 ayat.

6. Al-Muthaffifin (orang-orang yang curang) surat ke-83 terdiri dari 46 ayat.

7. Al-Insyiqaq (terbelah) surat ke-84 terdiri dari 25 ayat.

8. Al-Buruj (gugusan bintang) surat ke-85 terdiri dari 22 ayat.

9. Ath-Thariq (yang datang di malam hari) surat ke-86 terdiri dari 17 ayat.

10. Al-A’la (yang paling tinggi) surat ke-87 terdiri dari 19 ayat.

11. Al-Ghasyiyah (hari pembalasan) surat ke-88 terdiri dari 26 ayat.

12. Al-Fajr (fajar) surat ke-89 terdiri dari 30 ayat.

13. Al-Balad (negeri) surat ke-90 terdiri dari 20 ayat.

14. Asy-Syams (matahari) surat ke-91 terdiri dari 15 ayat.

15. Al-Lail (malam) surat ke-92 terdiri dari 21 ayat.

16. Adh-Dhuha (waktu dhuha) surat ke-93 terdiri dari 11 ayat.

17. Asy-Syarh (melapangkan) surat ke-94 terdiri dari 8 ayat.

18. At-Tin (buah tin) surat ke-95 terdiri dari 8 ayat.

19. Al-Alaq (segumpal darah) surat ke-96 terdiri dari 19 ayat.

20. Al-Qadr (kemuliaan) surat ke-97 terdiri dari 5 ayat.

21. Al-Bayyinah (bukit) surat ke-98 terdiri dari 8 ayat.

22. Az-Zalzalah (kegoncangan) surat ke-99 terdiri dari 8 ayat.

23. Al-Adiyat (kuda yang berlari kendang) surat ke-100 terdiri dari 11 ayat.

24. Al-Qari’ah (hari kiamat) surat ke-101 terdiri dari 11 ayat.

25. At-Takatsur (bermegah-megahan) surat ke-102 terdiri dari 8 ayat.

26. Al-Ashr (demi masa) surat ke-103 terdiri dari 3 ayat.

27. Al-Humazah (pengumpat) surat ke-104 terdiri dari 9 ayat.

28. Al-Fiil (gajah) surat ke-105 terdiri dari 5 ayat.

29. Quraisy (suku quraisy) surat ke-106 terdiri dari 4 ayat.

30. Al-Ma’un (barang-barang yang berguna) surat ke-107 terdiri dari 7 ayat.

31. Al-Kautsar (nikmat yang banyak) surat ke-108 terdiri dari 3 ayat.

32. Al-Kafirun (orang-orang kafir) surat ke-109 terdiri dari 6 ayat.

33. An-Nashr (pertolongan) surat ke-110 terdiri dari 3 ayat.

34. Al-Lahab (gejolak api) surat ke-111 terdiri dari 5 ayat.

35. Al-Ikhlash (memurnikan keesaan allah) surat ke-112 terdiri dari 4 ayat.

36. Al-Falaq (waktu subuh) surat ke-113 terdiri dari 5 ayat.

37. An-Nas (manusia) surat ke-114 terdiri dari 6 ayat.

Artikel keren lainnya: