HIKMAH
TURUNNYA AL-QUR`AN SECARA BERTAHAP
Al-Quran disampaikan kepada Nabi Muhammad dan ummat Islam tidalahk sekaligus melaikan secara bertahap. Kita dapat
menyimpulkan hikmah turunnya AL-Qur`an secara bertahap dari nash-nash yang
berkenaan dengan hal itu. Dan kami meringkaskannya sebagai berikut:
|
Baca Al-Quran |
1. Menguatkan atau meneguhkan
hati Rasulullah SAW
Rasulullah SAW
telah menyampaikan dakwahnya kepada menusia, tetapi ia menghadapi sikap mereka
yang membangkang dan watak yang begitu keras. Ia ditantang oleh orang-orang
yang berhati batu, berperangai kasar dan keras kepala. Mereka senantiasa
melemparkan berbagai macam gangguan dan ancaman kepada Rasul. Wahyu turun kepada Rasulullah SAW dari waktu kewaktu sehingga dapat
meneguhkan hatinya atas dasar kebenaran dan memperkuat kemauannya untuk tetap
melangkahkan kaki dijalan dakwah tanpa menghiraukan perlakuan jahil yang
dihadapinya dari masyarakatnya sendiri.
Contoh dari
ayat-ayat tersebut, diantaranya sebagai berikut:
▪ Ayat yang
berisi anjuran langsung untuk bersabar
`Dan bersabarlah
terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan
biarkanlah Aku bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang
yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.`(al-Muzammil:10-11
)
▪ Ayat dari
kisah-kisah nabi dan ajakan mengambil contoh keteguhan mereka
Demikianlah
hikmah yang terkandung dalam kisah para Nabi yang terdapay dalam Qur`an: `Dan
kisah rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya
Kami terguhkan hatimu.` (Hud : 120 )
▪ Ayat yang
berisi janji-janji kemenangan
`Allah telah
menetapkan: `Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang`. Sesungguhnya Allah Maha Kuat
lagi Maha Perkasa.` (al-Mujadalah: 21 ).
Setiap kali
penderitaan Rasulullah SAW bertambah karena didustakan oleh kaumnya dan merasa
sedih karena penganiayaan mereka, maka Qur`an turun untuk melepaskan derita dan
menghiburnya serta mengancam orang-orang yang mendustakan bahwa Allah
mengetahui hal ihwal mereka dan akan membalas apa yang melakukan hal itu.
2. Menjawab Tantangan dan sekaligus Mukjizat
Orang-orang
musyrik senantiasa berkubang dalam kesesatan dan kesombongan hingga melampaui
batas. Mereka sering mangajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan
dan menentang. Untuk menguji kenabian Rasulullah. Mereka juga sering
menyampaikan kepadanya hal-hal batil yang tak masuk akal, seperti menanyakan
tentang hari kiamat, lalu turunlah ayat :
Mereka
menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat
itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat
itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka
bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah,
tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui". (Al-A'roof 187)
Jadi hikmah yang
bisa kita tangkap disini adalah, bahwasanya turunnya Al-Quran secara
berangsur-angsur juga agar bisa menjawab tantangan-tantangan yang senantiasa
dimunculkan oleh kaum kafir qurays, yahudi, bahkan juga kaum munafik.
Hikmah seperti
ini telah diisyaratkan oleh keterangan yang terdapat dalam beberapa riwayat
dalam hadis Ibn Abbas mengenai turunnya Qur`an : `Apa bila orang-orang musyrik
mengadakan sesuatu, maka Allah pun mengadakan jawabannya atas mereka.`
Mempermudah
Hafalan dan Pemahamannya.
Al-Quran
Al-Karim turun ditengah-tengah umat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan
menulis, catatan mereka adalah daya hafalan dan daya ingatan. Mereka tidak
mempunyai pengetahuan tentang tata cara penulisan dan pembukuan yang dapat
memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya, kemudian menghafal dan memuhaminya.
Umat yang buta huruf itu tidaklah mudah untuk menghafal seluruh Qur`an apa bila
Al-Quran Al-Karim diturunkan sekaligus, dan tidak mudah pula bagi mereka untuk
memahami maknanya serta memikirkan ayat-ayatnya, jelasnya bahwa Al-Quran
Al-Karim secara berangsur itu merupakan bantuan terbaik bagi mereka untuk
menghafal dan memahami ayat-ayatnya.
Setiap kali
turun satu atau beberapa ayat, para sahabat segara menghafalkannya. Memikirkan
maknanya dan memahami hukum-hukumnya. Tradisi demikian ini menjadi suatu metode
pengajaran dalam kehidupan para Tabi`in.
▪ Abu Nadrah
berkata,`Abu Saad al-Khudri mengajar kan Qur`an kepada kami, lima ayat diwaktu
pagi, dan lima ayat di waktu petang. Dia memberitahukan bahwa jibril menurunkan
Al-Quran Al-Karim lima ayat-lima ayat.`
▪ Dari Khalid
bin Dinar dikatakan, `Abul `Aliyah berkata kepada kami `Pelajarilah Qur`an itu
lima ayat demi lima ayat; karena Nabi saw mengambil dari jibril lima ayat demi
lima ayat.`
▪ Umar berkata,
`Pelajarilah Quran itu lima ayat demi lima ayat, karena jibril menurunkan Quran
kepada Nabi saw. Lima ayat demi lima ayat.`
3. Kesesuaian dengan Peristiwa-peristiwa Pentahapan
dalam Penetapan Hukum.
Manusia tidak
akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama yang bau ini seandainya Al-Quran
Al-Karim tidak menghadapi mereka dengan cara yang bijaksanadan memberikan
kepada mereka beberapa obat penawar yang ampuh yang dapat menyembuhkan mereka
dari kerusakan dan kerendahan martabat. Setiap kali terjadi suatu peristiwa,
diantara mereka , maka turunlah hukum mengenai peristiwa itu yang menjelaskan
statusnya dan penunjuk serta meletakkan dasar-dasar perundang-undangan bagi
mereka, sesuai dengan situasi dan kondisi, satu demi satu dan cara ini menjadi obat
bagi hati mereka.
Contoh yang
paling jelas mengenai penetapan hukum yang berangsur-angsur itu ialah
diharamkannya minuman keras, mengenai hal ini pertama-tama Allah berfirman :
▪ Pertama, Allah
SWT berfirman : Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang
memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda bagi orang yang memikirkan.`(an-Nahl: 67).
Ayat ini
menyebutkan tentang karunia Allah apa bila yang di maksud dengan `sakar` ialah
khamr atau minuman keras dan yang dimaksud dengan `rezeki` ialah segala yang
dimakan dari kedua pohon tersebut seperti kurma dan kismis-dan inilah pendapat
jumhur ulama- maka pemberian predikat `baik` kepada rezeki sementara sakar tidak
diberinya, merupakan indikasi bahwa dalam hal ini pijian Allah hanya ditujukan
kepada rezeki dan bukan kepada sakar, kemudian turun firman Allah:
▪ Kedua, Allah
SWT berfirman : `Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
`Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa`at bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya`.(al-Baqarah:219).
Ayat ini
membandingkan antara manfaat minuman keras (khamr) yang timbul sesudah
memminumnya seperti kesenangan dan kegairahan atau keuntungan karena
memperdagangkannya, dengan bahaya yang diakibatkannya seperti dosa, bahaya bagi
kesehatan tubuh, merusak akal, menghabiskan harta dan membangkitkan
dorongan-dorongan untuk berbuat kenistaan dan durhaka. Ayat tersebut menjauhkan
khamr dengan cara menonjolkan segi bahayanya dari pada manfaatnya, kemudian
turun firman Allah:
▪ Ketiga : Allah
SWT berfirman : `Wahai orang-orang yang beriman , janganlah kamu salat sedang
kamu dalam keadaan mabuk.`(an-Nisa`: 43 ).
Ayat ini
menunjukkan larangan minuman khamr pada waktu-waktu tertentu bila pengaruh
minuman itu akan sampai kewaktu salat, ini mengingat adanya larangan mendekati
salat dalam keadaan mabuk, samppai pengaruh minuman itu hilang dan mereka
mengetahui apa yang mereka baca dalam salatnya, selanjutnya firman Allah:
▪ Keempat : Firman Allah :`Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya khamar, berjudi, berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu.`(al-Maidah:90-91)
Ini merupakan
pengharaman secara pasti dan tegas terhadap minuman dalam segala waktu.
Hikmah penetapan
hukum dengan sistem bertahap ini lebih lanjut diungkapkan dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Aisyah r.a ketika mengatakan : `Sesungguhnya yang pertama
kali turun dari Qur`an ilah surah Mufassal yang didalamnya disebutkan surga dan
neraka, sehingga ketika manusia telah berlari kepada Islam, maka turunlah hukum
haram dan halal. Kalau sekiranya yang turun pertama kali adalah `Janganlah kamu
meminum khamr` tentu meraka akan menjawab: ` Kami tidak akan meninggalkan khamr
selamanya.` Dan kalau sekiranya yang pertama kali turun ialah ; janganlah kamu
berzina, tentau mereka akan menjawab: `Kami tidak akan meninggalkan zina
selamanya.`
4. Bukti Yang
Pasti Bahwa Al-Quran Al-Karim Diturunkan Dari Sisi Yang Maha Bijaksana dan Maha
Terpuji.
Qur`an yang
turun secara berangsur kepada Rasulullah SAW dalam waktu lebih dari dua puluh
tahun ini ayat-ayatnya turun dalam selang waktu tertentu, dan selama ini orang
membacanya an mengkajinya surah demi surah. Ketika ia melihat rangkaiannya
begitu padat, tersusun cermat sekali dengan makna yang saling bertaut, dengan
gaya yang begitu kuat, serta ayat demi ayat dan surah demi surah saling
terjalin bagaikkan untaian mutiara yang indah yang belum ada bandingannya dalam
perkataan manusia .
Seandainya
Qur`an ini perkataan manusia yang disampaikan dalam berbagai situasi, peristiwa
dan kejadian, tentulah didalamnya terjadi ketidak serasian dan saling
bertentangan satu dengan yang lainnya, serta sulit terjadi keseimbangan.
وَلَوْ
كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
`Maka apakah
mereka tidak memperhatikan Al Qur`an ? Kalau kiranya Al Qur`an itu bukan dari
sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.`(an-Nisa`:82)
Belum ada tanggapan untuk "Hikmah Turunnya Al-Quran Secara Berangsur-angsur"
Post a Comment