Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Pengertian dan Contoh Maf'ul Liajlih

Pengertian Maf’ul Liajlih
Maf’ul liajlih atau maf’ul lah adalah isim mashdar yang dibaca manshub untuk menujukkan sebab atau motif terjadinya perbuatan. Bisa juga diartikan maf’ul liajlih ini untuk menjawab “untuk apa” perbuatan ini dilakukan.
Pengertian dan Contoh Maf'ul Liajlih
Contoh:
حَضَرَ أَحْمَدُ إِكْرَامًا لِمَحْمُوْدٍ
صَلَّيْتُ اِبْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللهِ
Artinya:
Ahmad datang untuk menghormati Mahmdud.
Saya shalat untuk mengharapkan ridha Allah.
Kata yang dicetak merah merupakan contoh maf’ul liajlih.  Keduanya merupakan motif dari adanya fi’il pada kalimat di atas.
Dalam membuat maf’ul liajlih, ada beberapa syarat yang harus dipenuh, di antaranya:
1. Harus isim masdhar manshub
Isim mashdar adalah kata ketiga dalam tashrifan istilahi. Contoh:
نَصَرَ – يَنْصُرُ – نَصْرًا
خَافَ – يَخَافُ - خَوْفًا
2. Fi’il dan mashdar terjadi di waktu bersamaan
أَمْسَكْتُهُ خَوْفًا مِنْ فِرَارِهِ
Artinya:
Saya menahannya karena takut dia lari.
Perbuatan “menahan” dan “takut” terjadi dalam waktu yang bersamaan.
3. Fa’ilnya (pelakunya) satu
صَلَّيْتُ اِبْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللهِ
Artinya:
Saya shalat untuk mengharapkan ridha Allah.
Pelaku untuk fi’il dan mashdar merupakan orang yang sama.
4. Mashdar merupakan tujuan atau hasil dari fi’il
حَضَرَ أَحْمَدُ إِكْرَامًا لِمَحْمُوْدٍ
Kata (إِكْرَامًا) pada contoh di atas merupakan tujuan dari hadirnya Ahmad. Bandingkan dengan kalimat di bawah!
أَرَادَ أَحْمَدُ إِكْرَامَ مَحْمُوْدٍ
Artinya:
Ahmad ingin memuliakan Mahmud.
Kata (إِكْرَامَ) bukan merupakan maf’ul liajlih melainkan maf’ul bih.
5. Boleh mendahulukan mashdar
Pada dasarnya posisi mashdar setelah kalimat. Boleh posisi keduanya ditukarkan. Contoh:
رَغْبَةً فِي الْعِلْمِ أَتَيْتُ
Artinya: karena kecintaan terhadap ilmu, aku datang.
6. Bila mashdarnya didahului huruf jar, maka menjadi jar majrur walaupun artinya sama. Contoh:
وَلَا تَقْتُلُوْا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ
حَضَرَ أَحْمَدُ لإِكْرَامِ لِمَحْمُوْدٍ
Contoh Maf’ul Liajlih di Al-Qur’an
Al-Baqarah: 19
يَجْعَلُوْنَ أَصَابِعَهُمْ فِيْ آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ
Al-Baqarah: 90
بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْياً أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
Al-Baqarah: 109
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ
An-Nisa: 6
فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلَا تَأْكُلُوهَا إِسْرَافًا وَبِدَارًا
Al-An’am: 154
 ثُمَّ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ تَمَامًا عَلَى الَّذِي أَحْسَنَ وَتَفْصِيلًا لِكُلِّ شَيْءٍ
Al-‘Anfal: 10
وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ
Al-Isra: 59
 وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
An-Nahl: 89
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Ar-Rum: 24
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً
Al-Mursalat: 5-6
فَالْمُلْقِيَاتِ ذِكْرًا. عُذْرًا أَوْ نُذْرًا
Sekian pemaparan singkat tentang maf’ul liajlih atau kadang disebut maf’ul lah dalam ilmu nahwu. Semoga bermanfaat!

Artikel keren lainnya:

Lafadz Do'a Talbiyah (Arab, Latin dan Terjemah)

Bacaan Talbiyah untuk Jamaah Haji dan Umrah
Dalam Al-Quran diterangkan: “Dan serulah manusia untuk berhaji, mereka datang kepadamu dengan berjalan dan berkendaraan unta yang kurus. Mereka datang dari segenap penjuru yang jauh”. (Qs Al hajj: 27).
Ayat di atas merupakan seruan untuk beribadah haji. Pastinya setiap muslim dimana pun berada ingin menunaikan ibadah haji. Kita sama-sama berdo'a semoga menjadi tamu Allah swt. Amin.
Saat musim haji tiba, kita sering mendengarkan lantunan do'a talbiyah. Nah bagi yang akan umrah atau haji sebaiknya sudah hafal do'a ini.
Bacaan Talbiyah
Berikut adalah do'a talbiyah dilengkapi dengan cara baca dan terjemahnya:
لَبَيْكَ اللَّهُمَّ لَبَيْكَ. لَبَيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَيْكَ. إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ
Latin:
“Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulka laa syarika lak”
Artinya:
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu. Seseungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan hanya milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Arti dalam English:

Here I am [at your service] O God, here I am. Here I am [at your service]. You have no partners (other gods). To You alone is all praise and all excellence, and to You is all sovereignty. There is no partner to You.”
Waktu Pembacaan

Waktu membaca talbiyah pada saat umrah ialah dibaca setelah niat umrah sampai hendak memulai tawaf sedangkan pada saat haji dibaca setelah niat sampai melontar jumrah Aqobah pada tanggal 10 Dzulhijjah. Disunnahkan ketika mengucapkan talbiyah, jamaah haji laki-laki mengeraskan suara.

Artikel keren lainnya:

Contoh Fi’il Mabni Majhul dan Ma’lum di Al-Qur'an

Contoh Fi’il Mabni Majhul dan Ma’lum
Sebelum dilanjtukan ke contoh fi’il majhul dan ma’lum, kita bahas sekilas tentang apa itu fi’il mabni majhul dan ma’lum.
Contoh Fiil Majhul
A. Fi’il Mabni Ma’lum
Fi’il mabni ma’lum adalah fi’il yang disebutkan fa’ilnya atau bisa disebut kata kerja aktif dalam bahasa Arab. Contoh:
خَلَقَ اللهُ الْإِنْسَانَ ضَعِيْفًا
يَكْتُبُ الْمُدَرِّسُ الدَّرْسَ
أَعْطَى عَامِرٌ أَحْمَدَ طَعَامًا
Terjemah:
Allah menciptakan manusia dalam keadaan lemah.
Guru menulis pelajaran.
Amir memberi makanan kepada Ahmad.
Ketiga fi’il di atas termasuk fi’il ma’lum karena terdapat fa’ilnya.
B. Fi’il Mabni Majhul
Fi’il mabni majhul adalah fi’il yang dibuang fa’ilnya dan maf’ul bih menempati fa’il dan dinamakan naibul fa’il atau bisa disebut juga kata kerja pasif dalam bahasa Arab. Contoh:
خُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيْفًا
يُكْتَبُ الدَّرْسُ
أُعْطِيَ أَحْمَدُ طَعَامًا
Terjemah:
Manusia diciptakan dalam keadaan lemah.
Pelajaran ditulis.
Ahmad diberi makanan.
Fi’il mabni ma’lum bisa berubah menjadi mabni majhul dengan cara:
1. Membuang fa’ilnya
2. Fi’ilnya harus mutaaddi
Yang dimaksud fi’il mutaaddi adalah fi’il yang membutuhkan muf’ul untuk menyempurnakan maknanya.
3. Mengubah harakat pada fi’ilnya dengan ketentuan:
Pada fi’il madhi dikasrahkan huruf kedua terakhir dan didhammahkan huruf yang berharakat sebelumnya. Contoh:
ضَرَبَ ضُرِبَ
تَسَلَّمَ تُسُلِّمَ
اِسْتَغْفَرَ اُسْتُغْفِرَ
Fi’il madhi ajwaf atau yang ain fi’ilnya huruf illat maka ain fi’ilnya diganti menjadi ya’ sukun dan dikasrahkan huruf sebelum ya’. Contoh:
قَالَ قِيْلَ
زَادَ زِيْدَ
Fi’il mudhari’ menjadi mabni majhul dengan didhammahkan huruf pertamanya dan difathahkan huruf kedua terkahir. Contoh:
يُكْرِمُ يُكْرَمُ
يَجْتَمِعُ يُجْتَمَعُ
يُعَلِّمُ يُعَلَّمُ
Fi’il mudhari’ yang huruf kedua terakhirnya adalah wawu atau ya’ maka ditukar menjadi alif. Contoh:
يَقُوْلُ يُقَالُ
يَسْتَفِيْدُ يُسْتَفَادُ
Contoh Fi’il Mabni Ma’lum di Al-Qur’an
Al-Baqarah: 11
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ
At-Tahrim: 7
إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Nuh: 25
فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْصَارًا
Al-‘Adiyat: 9
أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ
AL-Kafirun: 2
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
An-Nashr: 2
وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
Al-Lahab: 2
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
Al-Ikhlash: 3
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Al-Falaq: 2
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
An-Nas: 5
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
Contoh Fi’il Mabni Majhul di Al-Qur’an
Al-Baqarah: 11
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ
Al-Baqarah: 24
فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Al-Baqarah: 48
وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ
At-Tahrim: 7
إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Nuh: 25
فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْصَارًا
Al-Insan: 14
وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلًا
Al-Infithar: 8
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
Al-Lail: 17
وَسَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى
Al-‘Adiyat: 9
أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ
At-Takatsur: 8
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
Al-Ikhlash: 3
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Sekian dan demikian pemaparan tentang fi’il aktif dan fi’il pasif dalam bahasa Arab.


Artikel keren lainnya:

Ketentuan Haji dan Umrah (Syarat, Rukun, Wajib, Sunnah, Larangan dan Dam)

Ketentuan Haji dan Umrah
Entri ini merupakan ringkasan materi PAI bab Haji dan Umrah. Yang pasti masih banyak hal yang perlu dibahas lebih detail lagi. Semoga bermanfaat!
Denah Haji
A. HAJI
1. Pengertian Haji
Haji menurut bahasa adalah menyengaja sesuatu. Sedangkan menurut istilah, haji adalah menyengaja mengunjungi Ka’bah Baitullah untuk melakukan ibadah sesuai dengan syarat-syarat, rukun, wajib, dan waktu tertentu. Rangkaian ibadah haji dilaksanakan pada bulan Dzhulhijjah.
2. Dalil Perintah Haji
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِاالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجاَلاً وَعَلى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ
Artinya : “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh”. (QS. Al-Hajj: 27).
  ...وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya: “....Dan (diantara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah hi ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yangmampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka kethuailah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS. Ali ‘Imran; 97)
أَلْحَجُّ مرَّةٌ فَمَنْ زَادَ فَهُوَ تَطَوَّعٌ 
Artinya :“Haji itu wajibnya hanya satu kali, dan selebihnya  adalah sunnah” (HR. Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah).
3. Macam-macam Cara Pelaksanaan Haji
Dari cara pelaksanaanya, melaksanakan ibadah haji dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
a. Haji Ifrad yaitu mengerjakan haji terlebih dahulu kemudian baru mengerjakan ibadah umroh.
b. Haji Tamattu’ yaitu mengerjakan umrah terlebih dahulu kemudian baru mengerjakan ibadah haji.
c. Haji Qiran yaitu mengerjakan ibadah haji dan ibadah umroh secara bersama-sama.
4. Syarat wajib haji
Seseorang mempunyai kewajiban untuk menunaikan ibadah haji apabila seluruh syarat di bawah ini terpenuhi. Syarat wajib haji adalah:
a. Beragama Islam
b. Baligh
c. Berakal sehat
d. Merdeka
e. Mampu
Adapun yang dimaksud disini adalah mampu:
1) fisik dan psikis
2) ekonomi
3) keamanan
5. Rukun Haji
Rukun haji adalah perbuatan yang wajib dikerjakan pada waktu pelaksanaan ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan membayar denda. Jika salah satu ibadah haji ditinggalkan, maka hajinya tidak sah. Rukun haji ada enam yaitu:
a. Ihram
Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji dan ibadah umroh dengan mengenakan pakaian ihram, yaitu pakaian berwarn putih dan tidak berjahit bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan memakai mukena yang menutupi seluruh tubuh, kecuali muka dan dua tapak tangan. Jika seseorang telah berihram maka berlaku larangan-larangan haji.
Lafal niat haji:
نَوَيْتُ الْحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلَّهِ تَعَالَى، لَبَيْكَ اللَّهُمَّ حَجًّا
Artinya:
“Saya berniat haji dan berihram karena Allah Ta’ala. Aku penuhi panggilan-Mu dengan haji.”
b. Wukuf di Arafah
Wukuf adalah hadir di Padang Arafah dimulai sejak waktu dzuhur atau tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Ketika wukuf di Arafah disunnahkan memperbanyak talbiyah, dzikir, membaca Al-Qur’an dan mendengarkan khutbah.
c. Thawaf Ifadhah
Thawaf adalah mengililingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, dimulai dari Hajar aswad atau garis yang sejajar dengannya dengan menjadikan posisi Ka’bah di sebelah kiri. Putaran thawaf berlawanan dengan arah jarum jam. Yang termasuk ke dalam rukun haji adalah thawaf ifadhah.
Macam-macam thawaf:
1)  Thawaf qudum yaitu thawaf sunah yang dilakukan pertama kali ketika memasuki Mekkah, disebut juga thawaf selamat datang.
2)  Thawaf ifadah yaitu thawaf wajib dan merupakan rukun haji.
3)  Thawaf wada’ yaitu thawaf yang dilakukan ketika hendak meninggalkan kota Mekah (thawaf selamat tinggal). Thawaf ini merupakan salah satu wajib haji.
4)  Thawaf umrah yitu thawaf yang dilakukan dalam rangkaian pelaksanaan ibadah umrah.
5)  Thawaf sunah yaitu thawaf yang dilakukan kapan saja.
d. Sai
Sai adalah berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah sebanyak tujuh kali. Sai diawali dari bukit shafa dan satu arah -baik dari shafa atau marwah- dihitung satu kali. Proses sa’i merupakan napak tilas ketika Siti Sarah mencari air untuk anaknya, Ismail.
e. Tahallul
Tahallul adalah mencukur rambut sekurang-kurangnya tiga helai sebagai tanda dibolehkannya melakukan hal-hal yang dilarang ketika ihram. Waktu mencukur rambut setelah melempar jumrah Aqabah pada hari nahar (Idul Adha) dan apabila mempunyai kurban maka mencukur dilakukan setelah menyembelihnya.
Tahalul dalam ibadah Haji terbagi dua yakni tahalul awal dan tahalul tsani. Seseorang boleh melaksanakan tahallul awal apabila sudah melaksanakan dua amalan dari amalan berikut:
1) melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah
2) Mencukur rambut
3) Thawaf ifadhah dan sa’i
Seseorang yang sudah tahallul awal terbebas dari larangan ihram kecuali berhubungan suami istri. Apabila ketiga amal di atas sudah dilakukan, maka termasuk tahallut tsani dan terbebas dari semua larangan ihram.
f. Tertib
Tertib adalah melaksanakan rukun-rukun haji dari awal sampai akhir secara berurutan.
6. Wajib Haji
Wajib haji adalah perbuatan yang wajib dikerjakan pada waktu pelaksanaan ibadah haji. Jika wajib haji ditinggalkan, maka hajinya tetap sah, tapi harus diganti dengan membayar denda. Wajib haji ada tujuh, yaitu:
a. Ihram dari miqat
Ihram dari miqat makani adalah memakai pakaian Ihram dimulai dari tempat yang sudah ditentukan secara terus menerus hingga pelaksanaan haji selesai.
b. Mabit (bermalam) di Muzdalifah
Mabit di Muzdalifah dilakukan dari magrib hingga subuh pada tanggal 10 Dzulhijjah dan dalam perjalanan dari Arafah ke Mina. Ketika di Muzdalifah para jamaah haji mengambil kerikil untuk pelaksanaan jumrah.
c. Melempar jumrah Aqabah
Melontar jumrah Aqabah dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah sebanyak 7 kali. Setiap kali melempar jumrah harus dengan mengangkat tangan dan berdo’a “Allahu akbar, Allahumaj’alhu hajjan mabruran dan dzanban maghfuran”.
d. Mabit di Mina
Bermalam di Mina pada hari tasyriq atau tanggal 11, 12 atau 13 Dzulhijjah.
e. Melempar ketiga jumrah (Ula, Wustha dan Aqabah)
Prosesi jumrah yang tiga ini dilakukan pada hari tasyriq dan harus berurutan dari ula, wustha dan aqabah. Masing-masing jumrah sebanyak 7 kali.
f. Tawaf Wada’
Tawaf wada’ adalah tawaf ketika ingin meninggalkan Makkah dan tidak disertai sa’i.
g. Menjauhi yang dilarang ketika melaksanakan ibadah haji
6. Sunnah Haji
Sunah haji adalah sesuatu yang jika dilaksanakan maka akan mendapat pahala dan  jika ditinggal maka hajinya tetap sah. Adapun yang termasuk dari Sunah Haji sebagai berikut:
a. Mandi besar ketika hendak ihram
b. Membaca talbiyah
لَبَيْكَ اللَّهُمَّ لَبَيْكَ، لَبَيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ
Artinya:
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan hanya milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”
c. Tawaf qudum
d. Membaca dzikir ketika melakukan tawaf
e. Masuk ke Baitullah
f. Shalat 2 rakaat sesudah tawaf
g. Melakukan haji Ifrad, yakni mendahulukan haji kemudian baru umrah
7. Larangan-larangan Haji
Larangan haji berlaku ketika jamaah haji telah memasuki ihram. Berikut diantaranya:
a. Larangan bagi laki-laki :
• Memakai pakaian yang berjahit
• Memakai tutup kepala
• Memakai alas kaki yang menutupi mata kaki
b. Larangan bagi perempuan
• Menutup muka dan kedua telapak tangan
c. Larangan bagi laki-laki dan perempuan
• Memakai wangi-wangian
• Memotong rambut atau bulu badan lainnya
• Memotong kuku
• Menikah atau menikahkan
• Berhubungan suami istri dan bercumbu rayu
• Memburu dan membunuh binatang yang ada di tanah suci
• Menebang atau merusak pohon yang ada di tanah suci
• Berkata kasar, jorok dan bertengkar
8. Dam (denda)
Dam adalah denda yang harus dibayar oleh jemaah haji karena meninggalkan salah satu atau sebagian dari wajib haji atau melakukan larangan haji. Adapun besar dan macam dam tergantung pelanggaran apa yang dilakukannya. Perhatikan data berikut ini:
a. Menyembelih seekor kambing, atau berpuasa 3 hari atau memberi makan 6 orang miskin   (HR. Bukhori, Muslim dan Abudawud). Dam ini diperuntukkan:
• Mecabut atau menghilangkan rambut atau kuku di tubuh
• Memakai pakaian yang dilarang
• Memakai wewangian
• Bercumbu rayu
• Bersetubuh sesudah tahallul pertama
b. Menyembelih kambing seekor kambing. Apabila tidak mampu, maka harus berpuasa 3 hari di saat haji dan 7 hari di tanah air. Jika tidak mampu juga dengan fidyah yakni mengganti 10 hari puasa dengan memberi makan orang miskin (sedekah) untuk 10 hari. Denda kategori yang pertama ini diperuntukkan bagi jamaah:
• Meninggalkan wajib haji
• Melaksanakan haji tamattu’ atau qiran
• Melanggar larangan haji
c. Bila bersenggama pada saat ihram, maka hajinya batal dan harus diulang  tahun depan, dan harus tetap mengerjakan amalan haji sampai selesai dan menyembelih qurban seekor unta, kalau tidak mampu seekor sapi, kalau tidak mampu juga tujuh ekor kambing.
d. Bila membunuh binatang buruan pada saat ihram, maka dendanya menyembelih ternak sebanding dengan binatang yang dibunuhnya. (QS. Al-Maidah, 95).
B. UMRAH
1. Pengertian Umrah
Umrah secara bahasa artinya berkunjung. Sedangkan menurut istilah adalah mengunjungi Ka’bah Baitullah sesuai syarat dan rukun tertentu.
2. Dalil Perintah Umrah
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ
Artinya: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. (Q.S. Al-Baqarah/2:196)
3. Rukun Umrah
Rukun umrah ada lima, yaitu;
a. Ihram disertai niat
نَوَيْتُ الْعُمْرَةَ وَأَحْرَمْتُ بِهَا لِلَّهِ تَعَالَى، لَبَيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً
Artinya:
“Saya berniat umrah dan berihram karena Allah Ta’ala. Aku penuhi panggilan-Mu dengan umrah.”
b. Thawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah tujuh putaran
c. Sai, yaitu berlari-lari kecil dari bukit Safa sampai bukit Marwah
d. Tahallul, yaitu mencukur rambut paling sedikit tiga helai
e. Tertib
4. Wajib Umrah
a. Ihram dari miqat
b. Meninggalkan larangan umrah
Larangan dalam umrah sama dengan larangan ketika haji.
5. Perbedaan Haji dan Umrah
No
Haji
Umrah
1
Waktu di ditentukan yakni bulah Dzulhijah
Waktunya kapan saja
2
Ada wukuf di padang Arafah
Tidak ada wukuf
3
Ada mabit di Muzdalifah, mabit di Mina dan Jumrah
Tidak ada mabit di Muzdalifah, mabit di Mina dan Jumrah
4
Bagian dari rukun Islam ke 6
Bukan termasuk ke rukun Islam
5
Ibadah haji tidak bisa dilakukan dengan Ibadah Umrah
Ibadah umrah dapat di lakukan ketika ibadah haji
6
Hukumnya fardhu ‘ain bagi yang mampu
Hukumnya sunnah muakkad dan ada sebagian lagi yang menyatakan fardhu

C. MEMPRAKTIKKAN MANASIK HAJI DAN UMRAH
1. Praktik Manasik Haji
Berikut adalah tata cara melaksanakan ibadah haji dari awal sampai akhir, yaitu:
a. Umat islam sebelum tanggal 8 Zulhijjah melaksanakan ibadah di Masjidil haram Makkah.
b. Tanggal 9 Zulhijjah setelah tergelincir matahari, para jamaah haji berangkat menuju Arafah untuk melaksanakan Wukuf, sampai tanggal 10 Zulhijjah.
c. Setelah tanggal 10 Zulhijjah sore hari menuju Muzdalifah untuk mabit (singgah sebentar) hingga sebelum shalat Subuh guna mencari kerikil untuk melempar jumrah.
d. Setelah sampai di Mina pada tanggal 11 Zulhijjah, melempar jumrah Aqabah dan kembali ke Maktab.
e. Tanggal 11 dan 12 Zulhijjah melakukan pelemparan jumrah ula, wustha, dan aqabah.
f. Bagi yang melakukan nafar ula, sebelum shalat Maghrib pada tanggal 12 Zulhijjah menuju ke Makkah untuk melakukan thawaf Ifadah, Sai dan Tahallul.
g. Bagi yang mengambil nafar sani, sebelum shalat Maghrib pada tanggal 12 Zulhijjah sudah menuju Makkah untuk melakukan thawaf Ifadah, sai dan tahallul.
8). Sebelum pulang ke tanah air, jama’ah haji melakukan thawaf wada’.
b. Praktik Manasik Umrah
Tata cara melakukan ibadah umrah dari awal sampai akhir, adalah sebagau berikut:
a. Dari bandara menuju mesjid Miqat Zulhulaifah atau ke Bir Ali.
b. Setelah sampai di Masjidil Haram, masuk kaki kanan dengan membaca do’a yaitu: Allaahummaghfirlii dzunuubi waftahlii abwaaba rohmatika.
c. Melakukan thawaf.
d. Melakukan Sa’i dari bukit Safa ke bukit Marwah sebanyak 7 kali.
e. Melakukan Tahallul.
Rangkaian ibadah di atas belum dimasukkan hal-hal yang disunnahkan dalam haji dan umrah. Seseorang yang sukses dalam ibadah hajinya disebut dengan haji mabrur. Haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan sesuai syariat dan tentunya menjaga syarat, rukun, dan wajib haji serta menjauhi larangannya. Ciri haji mabrur adalah seseorang yang tambah ketaqwaan dan keshalehannya.
========
Ulangan!
Ayo uji kompetensi kamu tentang haji dan umrah pada link berikut >> Ulangan Haji dan Umrah

Artikel keren lainnya:

Pengertian dan Perbedaan Nun Sukun dan Tanwin

Perbedaan nun sukun (mati) dan tanwin
Nun sukun adalah nun yang terlepas dari harakat yang tiga, yaitu fathah, kasrah, dan dhammah. Adapun tanwin adalah fathatain, kasratain, dan dhammatain yang berbunyi seperti nun sukun yang terdapat pada akhir isim.
Nun sukun dan tanwin
Maka bisa disimpulkan cara baca tanwin seperti berikut:
يَوْمَئِذٍ = يَوْمَئِذِنْ
بَعْضٍ = بَعْضِنْ
عُزَيْرٌ = عُزَيْرُنْ
نُوْحٌ = نُوْحُنْ
لَهْوًا = لَهْوَنْ
مَثَلًا = مَثَلَنْ
Poin persamaannya adalah nun mati dan tanwin sama-sama berbunyi nun mati. Adapun perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:
• Nun sukun: huruf asli dari huruf hijaiyah
• Tanwin: tambahan atau bukan huruf asli hijaiyah
Walaupun sama-sama berbunyi nun sukun, tanwin bukanlah merupakan huruf hijaiyah seperti halnya nun. Tanwin merupakan harakat yang bunyinya seperti nun sukun.
• Nun sukun: terdapat pada isim, fi’il, dan huruf
• Tanwin: terdapat pada isim saja
Contoh nun sukun pada isim:
أَنْتُمْ – مَنْصُوْرٌ - انْفِتَاحٌ
Contoh nun sukun pada fi’il:
كُنْ – يَنْتَظِرُ - تُنْكِحُ
Contoh nun sukun pada huruf:
مِنْ – أَنْ - لَكِنْ
Contoh tanwin:
قَائِلٌ –خَيْرٍ - عَلِيْمًا
• Nun sukun: terdapat di tengah dan akhir kata
• Tanwin: terdapat di akhir kata saja
Contoh nun suku di tengah kata:
تُنْكِحُ – أَنْتُمْ - الْمُنْتَظِرِيْنَ
Contoh nun suku di akhir kata:
كُنْ – وَلْتَكُنْ - لَكِنْ
Contoh tanwin:
قَائِلٌ - عَلِيْمًا - خَيْرٍ
• Nun sukun: dibaca dalam keadaan washal dan waqaf
• Tanwin: dibaca dalam keadaan washal saja
Nun sukun terbaca ketika washal maupun waqaf. Adapun tanwin hanya terbaca ketika washal saja. Apabila waqaf pada kata yang bertanwin maka tanwinnya dihilangkan. Bahkan, ketika mewaqafkan fathatain, ujungnya menjadi mad karena ada alifnya. Contoh:
 قَائِلٌ = قَائِلْ
عَلِيْمًا = عَلِيْمَا
خَيْرٍ = خَيْرْ
Itulah perbedaan antara nun sakinah dengan tanwin.
Semoga bermanfaat!

Artikel keren lainnya: