Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Pengertian, Contoh dan Macam-macam Badal

Pengertian Badal | Contoh Badal Di Al-Qur’an
Badal adalah isim tabi’ yang bertujuan untuk menjelaskan atau mengkonfirmasi matbu’nya baik secara utuh atau bagian daripadanya. Kata yang mengikuti disebut badal dan kalimat yang diikutinya disebut mubdal minhu. Badal terbagi menjadi 4 macam, yaitu badal muthabiq, badal ba’dhu min kull, badal isytimal, dan badal mubayan
Contoh Badal
1. Badal muthabiq (kull min kull)
Badal muthabiq adalah yang setingkat antara badal dan mubdal minhunya. Badal muthabiq disebut juga kull min kull. Contoh:
جَاءَ الْمُحَاضِرُ اَحْمَدُ
Artinya:
Telah datang Pak Dosen, Ahmad.
2. Badal ba’dhu min kull
Badal ba’dhu min kull adalah badal merupakan bagian dari mubdal minhu. Contoh:
قَرَأْتُ الْقُرْأَنَ جُزْؤَهُ الْأَوَّلَ
Artinya:
Saya membaca Al-Qur’an juz pertamanya.
3. Badal isytimal
Badal isytimal adalah badal merupakan sesuatu yang terdapat pada mubdal minhu. Contoh:
يُعْجِبُنِيْ اَحْمَدُ عِلْمُهُ
Artinya:
Ahmad telah membanggakannku ilmunya.
4. Badal mubayan (jarang digunakan)
Badal mubayan adalah badal meruapakan konfirmasi dari mubdal minhunya. Terbagi menjadi tiga bagian:
a. Badal idrab
Yaitu badal yang membelokkan hukum dari yang dilihat dari mubdal minhu setelah menjelaskan penjelasan lain kepada mutakallim. Contoh:
صَلَيْتُ فِي الْمَسْجِدِ الْمَغْرِبَ الْعِشَاءَ
Artinya: “Saya shalat magrib, eh isya di masjid”.
Maksudnya bahwa yang benar adalah saya shalat isya dan bukan shalat magrib di masjid.
b. Badal ghalat (kesalahan)
Yaitu tujuan badal yang merupakan ralat dari mubdal minhunya dikarena salah ucap. Contoh:
مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ أَبِيْهِ
Artinya: “Saya melewati Ahmad, (eh maksudnya) ayahnya.
c. Badal nisyan                                                                        
Yaitu badal untuk memperbaiki kessalahan pada mubdal minhu dikarenakan mutakallim lupa. Contoh:
مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ أَبِيْهِ
Artinya: “Saya melewati Ahmad, (eh maksudnya) ayahnya.
Intinya bahwa badal ini dipakai untuk mengkorfimasi atau meralat pernyataan sebelumnya yang salah baik karena lupa atau karena salah ucap. Maka ketiga contoh mubayan ini bisa menggunakan contoh yang sama.
Contoh badal di Al-Qur’an
1. Al-Fatihah: 2
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Kata (رَبِّ) merupakan badal dari (اللهِ) dan merupakan badal muthabiq.
2. Al-Fatihah: 6-7
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ.
Kata (صِرَاطَ) merupakan badal dari (الصِّرَاطَ) dan merupakan badal muthabiq.
3. An-Naba’: 31-32
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا. حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا.
Kata (حَدَائِقَ) merupakan badal dari (مَفَازًا) dan merupakan badal kull min kull.
4. Al-Baqarah: 217
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ
Kata (قِتَالٍ) merupakan badal dari (الشَّهْرِ) dan merupakan badal isytimal.
5. Al-Muzzammil: 2-3
قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا. نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا.
Kata (نِصْفَهُ) merupakan badal dari (اللَّيْلَ) dan merupakan badal ba’dhu min kull.

Artikel keren lainnya:

Makhraj Huruf Hijaiyah Yang Harus Diketahui


Makharijul huruf | Tempat keluar huruf | Makhraj setiap huruf
Makhraj artinya tempat keluar. Adapun yang dimaksud makhraj huruf adalah tempat keluarnya huruf dibunyikan. Berikut akan dijelaskan makhraj setiap hurufnya dan disertai huruf lain yang satu makhraj dengan huruf tersebut.
Makhraj Huruf
1. Makhraj huruf hamzah (أ)
Makhraj hamzah adalah pangkal tenggorokan, yakni bagian tenggorokan yang paling dalam. Satu makhraj dengan ha’.
2. Makhraj huruf ba’ (ب)
Makhraj ba’ adalah dua bibir. Satu makhraj dengan mim dan wau.
3. Makhraj huruf ta’ (ت)
Makhraj ta’ adalah ujung lidah menempel ke pangkal gigi seri atas. Yang dimaksud pangkal gigi seri adalah sebagian gigi dan sebagian daging gusi. Satu makhraj dengan tha’ dan dal.
4. Makhraj huruf tsa’ (ث)
Makhraj tsa’ adalah ujung lidah menempel ke ujung gigi seri atas. Satu makhraj dengan dzal dan zha’.
5. Makhraj huruf jim (ج)
Makhraj jim adalah tengah lidah menempel ke langit-langit mulut. Satu makhraj dengan syin dan ya’.
6. Makhraj huruf ha’ (ح)
Makhraj ha’ adalah tengah-tengah tenggorokan. Satu makhraj dengan ‘ain.
7. Makhraj huruf kha’ (خ)
Makhraj kha’ adalah ujung tenggorokan, yakni bagian tenggorokan paling atas yang lebih dekat dengan mulut. Satu makhraj dengan ghain.
8. Makhraj huruf dal (د)
Makhraj dal adalah ujung lidah menempel ke pangkal gigi seri atas. Yang dimaksud pangkal gigi seri adalah sebagian gigi dan sebagian daging gusi. Satu makhraj dengan ta’ dan tha’.
9. Makhraj huruf dzal (ذ)
Makhraj dzal adalah ujung lidah menempel ke ujung gigi seri atas. Satu makhraj dengan tsa’ dan zha’.
10. Makhraj huruf ra’ (ر)
Makhraj ra’ adalah ujung lidah dan masuk pada pungung lidah menempel dengan gusi atas.
11. Makhraj huruf zay (ز)
Makhraj zay adalah ujung lidah menempel dengan bagian atas gigi seri bawah. Satu makhraj dengan sin dan shad.
12. Makhraj huruf alif (س)
Makhraj sin adalah ujung lidah menempel dengan bagian atas gigi seri bawah. Satu makhraj dengan zay dan shad.
13. Makhraj huruf syin (ش)
Makhraj syin adalah adalah tengah lidah menempel ke langit-langit mulut. Satu makhraj dengan jim dan ya’.
14. Makhraj huruf alif (ص)
Makhraj shad adalah ujung lidah menempel dengan bagian atas gigi seri bawah. Satu makhraj dengan zay dan sin.
15. Makhraj huruf dhad (ض)
Makhraj dhad adalah salah satu tepi lidah atau keduanya bertemu dengan gigi geraham atas.
16. Makhraj huruf tha’ (ط)
Makhraj tha’ adalah ujung lidah menempel ke pangkal gigi seri atas. Yang dimaksud pangkal gigi seri adalah sebagian gigi dan sebagian daging gusi. Satu makhraj dengan ta’ dan dal.
17. Makhraj huruf zha’ (ظ)
Makhraj zha’ adalah ujung lidah menempel ke ujung gigi seri atas. Satu makhraj dengan tsa’ dan dza’.
18. Makhraj huruf alif (ع)
Makhraj ‘ain adalah tengah-tengah tenggorokan. Satu makhraj dengan ha’.
19. Makhraj huruf ghain (غ)
Makhraj ghain adalah ujung tenggorokan, yakni bagian tenggorokan paling atas yang lebih dekat dengan mulut. Satu makhraj dengan kha’.
20. Makhraj huruf fa’ (ف)
Makhraj fa’ adalah perut bibir bawah menempel ke ujung gigi seri atas.
21. Makhraj huruf qaf (ق)
Makhraj qaf adalah pangkal lidah menempel ke daging dekat tonsil.
22. Makhraj huruf kaf (ك)
Makhraj kaf adalah pangkal lidah setelah qaf menempel ke langit-langit atas.
23. Makhraj huruf lam (ل)
Makhraj lam adalah ujung tepi lidah menempel ke gusi atas.
24. Makhraj huruf mim (م)
Makhraj mim adalah dua bibir dengan tanpa tekanan. Satu makhraj dengan ba’ dan wau.
26. Makhraj huruf nun (ن)
Makhraj nun adalah ujung lidah dekat makhraj lam menempel ke gusi.
27. Makhraj huruf wau (و)
Makhraj wau ketika berharakat dan dalam keadaan lin adalah dua bibir. Satu makhraj dengan mim dan ba’.
28. Makhraj huruf ha’ (ه)
Makhraj ha’ adalah pangkal tenggorokan, yakni bagian tenggorokan yang paling dalam. Satu makhraj dengan hamzah.
29. Makhraj huruf ya’ (ي)
Makhraj ya’ ketika berharakat dan lin adalah adalah tengah lidah menempel ke langit-langit mulut. Satu makhraj dengan jim dan syin.
Makhraj ya’ ketika mad adalah rongga mulut. Satu makhraj dengan alif mad dan wau mad.
30. Makhraj huruf alif (ا)
Makhraj alif adalah rongga mulut. Satu makhraj dengan ya’ mad dan wau mad.

Artikel keren lainnya:

Pengertian Athaf (Ma'thuf dan Ma'thuf Alaih) Dengan Contoh Lengkap

Ma’thuf dan ma’thuf alaih | Huruf Athaf
Pengertian Athaf
Athaf adalah isim yang mengikuti isim sebelumnya dengan melalui perantara huruf athaf. Isim tabi’nya disebut dengan ma’thuf ilaih dan matbu’nya disebut dengan ma’thuf. Ma’thuf ilaih mengikuti ma’thuf pada irabnya saja.
Huruf Athaf
Contoh:
اِشْتَرَيْتُ كِتَابًا وَقَلَمًا
Artinya: Saya membeli buku dan pulpen.
Kata (قَلَمًا) merupakan ma’thuf ilaih kepada kata (كِتَابًا) dengan perantara huruf athaf (وَ). Kedua kata tersebut irabnya nashab.
Huruf Athaf
Huruf athaf atau huruf sambung ada 9. Berikut akan dijelaskan huruf-huruf athaf dilengkapi contoh:
1. Wau (و)
Artinya “dan” dan menunjukan makna mutlaqul jam’i yaitu menyelaraskan ma’thuf dan ma’thuf ilaih. Hal ini menunjukkan bahwa:
• Antara ma’thuf dan ma’thuf ilaih punya kedudukan yang sama.
• Mendahulukan ma’tuf mengakhirkan ma’tuf alaih.
• Menambah atau menggabungkan ma’thuf ulaih dengan ma’thuf.
Contoh:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوْحًا وَإِبْرَاهِيْمَ
صَلَّى الإِمَامُ وَالْمَأْمُوْمُ فِي الْمَسْجِدِ
Artinya:
Dan sungguh Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim
2. Fa’ (ف)
Artinya “kemudian”. Menunjukkan makna tartib dan tidak dipisah oleh waktu yang lama.
Contoh:
حَضَرَ أَحْمَدُ فَأَبُوْهُ
Artinya:
Ahmad datang kemudian ayahnya.
Maksudnya Ayah Ahmad datang setelah Ahmad secara berurutan dan tidak diselingi waktu yang lama.
3. (ثُمَّ)
Artinya “kemudian”. Menunjukkan makna tartib (urutan) tapi dipisah oleh waktu yang lama.
Contoh:
مَاتَ الرَّشِيْدُ ثُمَّ الْمَأْمُوْنُ
Artinya:
Telah meninggal Ar-Rasyid kemudian Al-Ma’mun
Maksudnya Al-Ma’mun meninggal setelah beberapa lama setelah Ar-Rasyid.
4. (أَوْ)
Artinya “atau”. Menunjukkan makna takhyir yakni pilihan antara ma’thuf atau ma’thuf ilaih.
Contoh:
اِقْرَأِ الجَرِيْدَةَ أَوِ الْمَجَلَّةَ
Artinya:
Bacalah koran atau majalah
5. (أَمْ)
Artinya “atau”. Faidahnya untuk ta’yin yaitu untuk menentukan antara ma’thuf atau ma’thuf ilaih. Biasanya diawali hamzah istifham.
Contoh:
أَأَخُوْكَ أَحْمَدُ أَمْ مَحْمُوْدٌ؟
Artinya:
Apakah saudaramu itu Ahmad atau Mahmud?
6. (لَا)
Artinya “bukanlah”. Fungsinya adalah menafikan ma’thuf ilaih.
Contoh:
يَنْجَحُ الْمُجْتَهِدُ لاَ الْكَسْلاَنُ
Artinya:
Orang yang bersungguh-sungguh akan sukses bukan orang malas.
Maksudnya orang yang akan sukses itu adalah orang yang bersungguh-sungguh dan bukanlah orang yang malas.
7. (لَكِنْ)
Artinya “melainkan” atau “akan tetapi”. Fungsinya merupakan kebalikan dari (لَا). Syaratnya harus didahului oleh nafi atau nahyi.
Contoh:
مَا قَرَأْتُ الدَّرْسَ لَكِنِ القُرْآنَ
Artinya:
Saya tidak membaca pelajaran melainkan Al-Qur’an.
8. (بَلْ)
Artinya sama dengan (لَكِنْ) apabila didahului nafi atau nahyi. Diartikan “bahkan” jika sebelumnya amr atau kalimat positif.
لاَ تُصَاحِبْ الْكَسْلاَنَ بَل الْمُجْتَهِدَ
لِتَجْلِسْ هَادِءًا بَلْ مَصْغِيًا
Artinya:
Janganlah berteman dengan orang yang malas, melainkan dengan orang yang sungguh-sungguh.
Hendaklah kamu duduk bahkan dengarkan!
9. (حَتَى)
Artinya “hingga” atau “sampai”. Syaratnya bahwa ma’thuf ilaih merupakan bagian dari ma’thuf.
Contoh:
رَكِبْتُ كُلَّ الْوَسَائِلِ حَتَّى الطَّيَارَةِ
Artinya:
Saya naik semua alat transportasi sampai pesawat terbang.
Tambahan!
Mengathafkan Dhamir
1. Dhamir munfashil bisa langsung diathafkan dengan isim zhahir. Contoh:
أَنَا وَمَحْمُوْدٌ صَدِيْقَانِ
2. Dhamir muttashil marfu yang diathafkan harus ditaukidkan terlebih dahulu. Contoh:
صَلَيْتُ أَنَا وَمَحْمُوْدٌ فِي الْمَسْجِدِ
3. Dhamir muttashil manshub yang diathafkan dengan dhamir lagi harus ada penyambungnya. Contoh:
أُوْصِيْكُمْ وِإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
4. Dhamir muttashil manshub bisa langsung diathafkan dengan isim zhahir. Contoh:
رَأَيْتُكَ وَأَبَاكَ فِي الْمَسْجِدِ
5. Dhamir yang majrur bila diathafkan dengan dhamir lagi harus mengulangi yang mengkasrahkannya, baik huruf jar atau mudhafnya. Contoh:
بَيْنِيْ وَبَيْنَهُ
هَذَا مِنْكَ وَمِنْهُ
Mengatafkan Fi’il dan Jumlah
Mengathafkan fi’il sama dengan mengathfakan jumlah dengan jumlah. Adapun dalam mengathafkan jumlah dengan jumlah ada beberapa ketentuan:
• Boleh mengathafkan fi’il dengan fi’il lagi dengan syarat sama dalam hal zaman, baik itu madhi, hal atau mustaqbalnya, seperti:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ. ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ. إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ.
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (At-Tin: 4-6)
• Apabila yang fi’il yang diathafkan didahului nafi atau nahyi maka harus mengulangi nafi atau nahyinya. Contoh:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.
Artinya: “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Al-Ikhlash: 3-4)
• Sama kedudukan i’rabnya
... لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ
Artinya: “untuk berbuat kerusakan serta merusak tanaman-tanaman dan ternak.” (Al-Baqarah: 205)
• Terdapat kesamaan bentuk kalam khabar atau insya’i
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat baik berada dalam kenikmatan sementara orang-orang jahat berada dalam neraka Jahim” (Al-Infithar :13-14)
• Ada hubungan makna
فَالْمُغِيْرَاتِ صُبْحًا  فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا
Artinya: “dan kuda yang menyerang (dengan tiba-tiba) pada waktu padi, sehingga menerbangkan debu, (Al-‘Adiyat” 3-4).
Itulah sekilah tentang pembahasan athaf dari segi ilmu nahwu. Mohon masukan dan koreksinya! Semoga bermanfaat! Amin.

Artikel keren lainnya:

Hukum Mad (Ahkamul Mad): Jaiz, Wajib dan Lazim

Hukum Mad | Mad Jaiz | Mad Wajib dan Lazim
Yang dimaksud hukum mad pada artikel ini adalah memanjangkan mad lebih dari dua harakat. Kita harus bisa membedakan antara pembagian mad dan hukum mad. Kalau membahas pembagian mad, maka akan dibahas tentang mad ashli dan mad far’i dengan cabang-cabangnya. Adapun pembahas tentang mad bukanlah mad secara umum melainkan hukum membaca mad lebih dari dua harakat.
Huruf Mad
Berikut kutipan dalam kitab Al-Jazariyah:
لِلْمَـدِّ أَحْكَامٌ ثَـلاَثَـةٌ تَــدُومْ • وَهْيَ الْوُجُوبُ وَالْجَـوَازُ وَاللُّـزُومْ
Artinya:
Hukum mad selamanya ada tiga, yaitu wajib, jaiz dan lazim.
Hal yang sama diterangkan dalam kitab Tuhfatul Athfal:
وَالْمدُّ لاَزِمٌ  وَوَاجِــبٌ أَتَى وَجائِزٌ وَهْوَ وَقَصْـرٌ ثَــبَــتَا
Artinya:
Mad itu ada yang lazim dan wajib kemudian yang jaiz dan bagi mad jaiz bisa qashr (2 harakat) hal ini telah ditetapkan.
Dalam isitlah ukuran mad ada yang disebut qashr, tawasuth dan thul. Pengertian qashr adalah ukuran 2 harakat, tawasuth adalah 4 harakat dan thul adalah ukuran 6 harakat.
1. Mad Jaiz
Jaiz artinya boleh. Adapun mad jaiz adalah mad yang para ulama’ ahli qiraat tidak sepakat untuk memanjangkannya lebih dari dua rakaat. Yang termasuk kategori mad jaiz adalah ketika mad berkumpul dengan hamzah tapi berbeda kata atau mad bertemu dengan huruf mati karena waqaf.
Berikut yang termasuk mad jaiz:
a. Mad Jaiz Munfashil
Mad jaiz munfashil adalah mad bertemu hamzah pada dua kata. Disebut mad jaiz karena tidak semua ulama ahli qiraat sepakat untuk memanjangkan mad ini lebih dari dua harakat. Munfashil artinya terpisah yakni antara mad dengan hamzah terdapat pada kata yang berbeda. Dalam Riwayat Imam Hafsh panjangnya 4-5 harakat. Sedangkan dalam Thayibatun Nasyr panjangnya 2 harakat.
Contoh mad jaiz munfashil:
كَلَّا إِذَا - إِنِّيْ أَخَافُ – تُوْبُوْا إِلَى اللهِ
b Mad Shilah Thawilah
Mad shilah thawilah atau mad shilah kubra adalah ha’ dhamir yang berada diantara dua huruf berharakat dan sesudahnya ada hamzah. Ukuran panjang mad shilah kubra sama derajatnya dengan mad jaiz munfashil yaitu 4-5 harakat dan yang diutamakan 4 harakat. Contoh:
مَالَهُ أَخْلَدَهُ - عِنْدَهُ إِلَّا
c. Mad Badal
Mad badal adalah apabila huruf mad terletak setelah hamzah atau bacaan mad yang terdapat pada hamzah. Ada dua sebab mengapa mad ini dinamakan mad badal:
Pertama: Apabila huruf mad merupakan pengganti dari hamzah seperti pada kata:
ءَامَنُواْ - أُوْتُوا – إِيْـمَانًا
Huruf mad pada mad pada contoh di atas merupakan pengganti dari hamzah. Karena asal dari ketiga contoh di atas adalah (أَأْمَنُوْا), (أُؤْتُوا), dan (إِئْمَانًا). Dalam kaidah ibdal, apabila ada dua hamzah beriringan dimana yang pertama berharakat dan hamzah yang kedua sukun, maka hamzah yang kedua digantikan dengan huruf alif, ya’ sukun, atau wau sukun tergantung harakat pada hamzah yang pertama.
Kedua: Karena posisi mad menggantikan posisi hamzah. Salah satu sebab mad far’i adalah bila terdapat hamzah setelah huruf mad. Namun dalam mad badal posisi keduanya bergantian atau bertukar posisi. Huruf mad pada kasus yang kedua ini bukanlah merupakan pengganti dari hamzah, melainkan memang huruf asli. Contoh:
الْآخِرَةُ -  يُرَاءُوْنَ - مُتَّكِئِيْنَ
Panjang mad badal dalam riwayat Imam Hafsh adalah 2 harakat atau satu alif. Dalam riwayat lain ada yang memanjangkannya lebih dari 2 harakat.
d. Mad Aridh Lissukun
Mad ‘aridh lissukun adalah setelah mad terdapat huruf sukun karena waqaf. Panjangnya bisa 2, 4 atau 6 harakat. Contoh mad ‘aridh lissukun:
نَسْتَعِيْنُ – يُوقِنُوْنَ – عَظِيْمٌ – قَدِيْرٌ
Diutamakan panjang 6 harakat apabila huruf yang disukunkannya adalah hamzah dan tentunya terdapat hukum mad wajib muttashil. Contoh:
السَّمَآءِ - حُنَفَآءَ
e. Mad Lin
Mad lin adalah apabila setelah huruf lin terdapat huruf sukun baru karena diwaqafkan. Huruf lin adalah wau sukun atau ya sukun yang huruf sebelumnya berharakat fathah. Contoh mad lin:
مِنْ خَوْفٍ - ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ - هذَا الْبَيْتِ - هُوَ خَيْرٌ
Cara membaca mad lin adalah dengan memanjangkan vokal “u” atau “i” dengan ukuran 2, 4 atau 6 harakat. Mad lin sama derajatnya dengan mad aridh lissukun.
2. Mad Wajib
Wajib artinya harus. Adapun mad wajib adalah mad yang para ulama qiraat sepakat untuk memanjangkannya lebih dari dua harakat tapi tidak sepakati ukuran pastinya. Yang termasuk mad wajib adalah ketika mad bertemu secara langsung dalam satu kata.
Mad Wajib muttashil
Mad wajib muttashil adalah huruf mad dan hamzah berada pada satu kata. Disebut mad wajib karena para ulama sepakat membaca panjang lebih dari dua harakat namun berbeda-beda ukurannya. Disebut muttashil yang artinya bersambung karena mad bertemu hamzah dalam satu kata.
Contoh mad wajib muttashil:
اَلْمَلَائِكَةُ - سُوْءُ - شَآءَ - يُرَاءُوْنَ - وَجِيْءَ
Ukuran panjangnya 4-5 harakat baik ketika washal maupun waqaf namun yang lebih diutamakan 4 harakat. Boleh juga dibaca sampai 6 harakat jika terdapat mad wajib muttashil diujung kata dan dibaca waqaf. Contoh:
حُنَفَآءَ - السَّمَآءِ
3. Mad Lazim
Secara harfiah lazim artinya harus. Adapaun dalam istilah tajwid, mad lazim adalah mad yang seluruh ulama’ qiraat sepakat untuk memanjangkannya lebih dari dua harakat dan disepakati ukuran panjangnya 6 harakat. Yang termasuk mad lazim adalah mad bertemu sukun asli dalam satu kata.
Mad lazim terbagi dua, yaitu mad lazim harfi dan mad lazim kilmi. Baik harfi maupun kilmi dibagi lagi menjadi mukhaffaf dan mutsaqqal.
a. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf
Mad lazim harfi mukhaffaf adalah huruf fawatihus suwar yang bila dipecah terdiri dari 3 huruf dan ditengahnya huruf mad. Hurufnya ada 8 yaitu dikumpulkan pada (نَقَصَ عَسَلُكُمْ). Panjangnya 6 harakat. Contoh:
ن – يس – كهيعص – حم
Catatan:
Apabila huruf yang delapan tersebut dipecah, maka seperti ini (نُوْنْ), (قَافْ), (صَادْ), (عَيْنْ), (سِيْنْ), (لَامْ), (كَافْ), dan (مِيْمْ).
Huruf-huruf pada fawatihus suwar dibagi tiga:
Dibaca pendek, yaitu alif.
Dibaca 2 harakat, yaitu pada 5 huruf yang dikumpulkan pada (حَيَّ طَهَرَ) dan dihukumi mad ashli.
b. Mad Lazim Harfi Musyba’
Mad lazim harfi musyba’ adalah huruf fawatihus suwar yang bila dipecah terdiri dari 3 huruf dan ditengahnya huruf mad dan diidghamkan. Panjangnya 6 harakat. Contoh:
الـمّ – الـمّر – الـمّص – طسمّ
Seperti kita ketahui bahwa bila nun sukun bertemu mim dan mim sukun bertemu mim hukumnya idgham dan disertai juga dengan ghunnah.
c. Mad Lazim Kilmi Mukhaffaf
Mad lazim kilmi mukhaffaf adalah mad bertemu huruf sukun pada satu kata. Panjangnya 6 harakat. Di Al-Qur’an hanya tedapat di surat Yunus ayat 51 dan 91 yaitu kata:
...آلأنَ وَقَدْ كُنْتُمْ بِهِ تَسْتَعْجِلُونَ
آلأنَ وَقَدْ عصيتُ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ
d. Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal
Mad lazim kilmi mutsaqqal adalah mad bertemu huruf yang bertasydid pada satu kata. Panjangnya 6 harakat. Contoh:
وَلَاالضَّآلِّيْنَ – مِنْ دَآبَّةٍ – الطَّآمَّةُ – الصَّآخَّهُ
Demikian pemaparan tentang hukum-hukum mad. Semoga bermanfaat!
Alhamdulillah.

Artikel keren lainnya:

Taukid (Pengertian, Contoh dan Macam-macamnya)

Pengertian Taukid | Taukid lafdzi dan taukid ma'nawi
Sebelum saya membahas taukid yang termasuk ke dalam isim tawabi’, saya akan memberikan prolog terlebih dahulu apa itu uslub taukid. Hal ini penting sebagai dasar berpikir kita dalam memahami tujuan dari adanya taukid.
Taukid
Uslub taukid adalah gaya bahasa dalam menguatkan makna suatu kalimat, baik dengan pengulangan atau dengan menggunakan alat taukid. Uslub taukid dengan pengulangan adalah pengulangan lafadz atau makna suatu kata atau kalimat. Adapun yang dimaksud dengan alat taukid adalah lafadz yang digunakan sebagai taukid seperti (إِنَّ), (قَدْ), (لَـ), nun taukid, huruf sumpah, dll. (penjelasan lebih panjangnya ada di artikel uslub taukid)
Adanya uslub taukid adalah untuk:
> Menguatkan adudiens
> Meyakinkankan audiens jika audiens merasa ragu-ragu
> Menunjukkan bahwa isi pesan yang disampaikan benar-benar nyata
> Membenarkan pernyataan jika audiens mengingkari
> Menolak sangkaan lain dari audiens
> dll.
Adapun yang akan menjadi fokus dalam pembahasan di artikel ini adalah taukid pengulangan kata dan kata tersebut dijadikan sebagai taukid yang termasuk isim tabi’.
Isim taukid adalah isim tabi’ yang tujuannya menguatkan matbu’nya sehingga audien tidak bingung dengan pernyataan yang disampaikan. Matbu’ dalam taukid disebut dengan muakkad. Taukid ada dua macam, yaitu lafdzi dan maknawi.
1. Taukid lafdzi
Taukid lafdzi adalah mengulang kata muakkadnya. Contoh:
اِشْتَرَيْتُ كِتَابًا كِتَابًا
اِشْتَرَيْتُ اِشْتَرَيْتُ كِتَابًا
اِشْتَرَيْتُ كِتَابًا اِشْتَرَيْتُ كِتَابًا
Ketiga di atas merupakan contoh taukid. Contoh yang pertama ada kata yang diulang. Nah kata yang diulang merupakan isim taukid. Adapun pada contoh yang kedua yang diulang adalah fi’il. Sedangkan pada contoh ketiga, yang diulang merupakan kalimatnya. Ketiga contoh merupakan
2. Taukid ma’nawi
Sedangkan taukid ma’nawi adalah menguatkan dengan menggunakan kata-kata berikut:
نَفْسٌ – عَيْنٌ – كِلَا – كِلْتَا – كُلٌّ – جَمِيْعٌ – عَامَةٌ
Dalam taukid ma’nawi, taukidnya harus berssambung dengan dhamir yang kembali ke ma’bu’ atau muakkadnya. Contoh:
جَاءَ اَحْمَدُ عَيْنُهُ
فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ
Artinya:
Ahmad (dirinya) telah datang
Para Malaikat (semuanya) bersujud
Berikut ini adalah penjelasan ringkas penggunaan masing-masing lafadz taukid.
Kata (نَفْسٌ) dan (عَيْنٌ)
Dua kata ini berbentuk mufrad ketika muakkadnya mufrad. Adapun ketika muakkadnya mutsanna dan jama’ maka kedua kata di atas dijama’kan mengikuti wazan (أَفْعُل).
Contoh:
حَضَرَ الطَّالِبُ نَفْسُهُ
مَرَرْتُ بِالطَّالِبَةِ نَفْسِهَا
 جَاءَ الطَّالِبَانِ أَنْفُسُهُمَا
حَضَرَتِ الْمَرْأَتَانِ أَعْيُنُهُمَا
إِنَّ الطُّلَابَ أَعْيُنَهُمْ قَدْ حَضَرُوْا
جَاءَتِ النِّسَاءُ أَنْفُسُهُنَّ
Pada contoh taukid di atas, selalu ada dhamir yang kembali kepada mat’bunya.
Kata (كِلَا) dan (كِلْتَا)
Kedua kata di atas khusus untuk mentaukidkan isim mutsanna. Kata (كِلَا) untuk mudzakkar dan (كِلْتَا) untuk muannats. Apabila dalam keadaan manshub dan majrur, alif tatsniyahnya diganti menjadi ya’ tatsniyah.
Contoh:
جَاءَ الطَّالِبَانِ كِلَاهُمَا
جَاءَتِ الطَّالِبَتَانِ كِلْتَاهُمَا
أُحِبُّ وَالِدَيَّ كِلَيْهِمَا
مَرَرْتُ بِأُخْتَيَّ كِلْتَيْهِمَا
• Kata (جَمِيعُ), (كُلُّ) dan (عَامَّة)
Ketiga isim taukid di atas berfaidah menguatkan muakkad yang berbentuk jama’. Biasanya ketiga kata di atas diterjemahkan dengan “semuanya” atau “seluruhnya”.
Contoh:
حَضَرَ الطُّلَابَ كُلُّهُمْ
حَضَرَ الْقَوْمُ عَامَّتُهُمْ
حَضَرَ الطُّلَابَ جَمِيْعُهُمْ
إِنَّ الطُّلَابَ عَامَّتَهُمْ قَدْ حَضَرُوْا
وَعَلَى النَّاسِ كُلِّهُمْ أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ
Ada juga disebutkan kata (أَجْمَع) dan tasrifannya setelah kata (كُلُّ) yang faidahnya memperkuat taukid. Kata (أَجْمَع) digunakan untuk mufrad mudzakkar, kata (جَمْعَاء) untuk muannatsnya, kata (أَجْمَعُون) digunakan untuk jama’ mudzakkar, dan kata (جُمَع) digunakan untuk jama’ muannats. Selain itu tidak ada dhamir yang merujuk pada taukid jenis ini.
Contoh:
جَاءَ الرُّكُبُ كُلُّهُ أَجْمَعُ
هَبَّتِ المَدِينَةُ كُلُّهَا جَمْعَاءُ
 حَضَرَ الرِّجَالُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ
جَاءَتِ النِّسَاءُ كُلُّهُنَّ جُمَعُ
فَسَجَدَ المَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (ص: 73)
Kadang-kadang juga kata (أَجْمَع) tidak didahului oleh kata (كُلّ). Contoh:
جَاءَ الرِّجَالُ أَجْمَعُونَ
أُغويَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ (ص: 82)
Catatan:
Kata-kata (نَفْسُ), (عَينُ), (كُلُّ), (جَمِيعُ), (عَامَّةُ), (كِلَا) dan (كِلْتَا) menjadi taukid apabila terletak setelah muakkad atau isim yang diberi taukid dan bersambung dengan dhamir yang kembali ke muakkadnya sebagaimana dalam contoh-contoh yang di atas. Namun, apabila tidak ada muakkadnya maka kedudukannya sesuai dengan posisinya dalam jumlah.
Contoh:
جَاءَ نَفْسُ الرَّجُلِ
كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
حَضَرَ جَمِيعُ الأعْضَاءِ
كِلا الرَّجُلَينِ حَاضِرَانِ
Sebagaimana telah saya jelaskan bahwa taukid merupakan bagian dari isim tawabi’. Yang diikuti dari matbu’nya adalah irabnya. Contoh:
جَاءَ الضَّيْفُ عَيْنُهُ، وَالزَّائِرَةُ نَفْسُهَا، وَالْجِيْرَانُ جَمِيْعُهُم، ونظرنا إلى الطُلَاّبِ عَامَّتِهم، ثم كرَّمْنا الناجِحِيْنَ كُلَّهم، وصَفَّقْنَا لِلْمُتَقَدِّمَيْنِ كِلَيْهِما، والْمُتقدِّمَتَيْنِ كِلْتَيْهِما.
جاء المعهدُ كلُّه أجمعُ، يصحب الهيئة الإداريةَ كلَّها جمعاءَ، مع الطالباتِ كلِّهنَّ جُمَعَ، والطلاّبِ كلِّهم أجمعين.
Sekian.
Apabila ada yang salah mohon untuk dikoreksi. Semoga bermanfaat. Amin.

Artikel keren lainnya: