Sejarah dan Perkembangan Ulumul Qur'an | Hahuwa.blogspot.com
Sejarah perkembangan ulumul quran dibagi
menjadi beberapa fase. Setiap fase menjadi dasar bagi perkembangan ulumul qur’an
menuju fase selanjutnya, hingga ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus yang
dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase/tahapan
perkembangan ulumul quran.
|
Teks Al-Qur'an Lama |
A. Masa Rasulullah SAW
Pada masa ini, cikal bakal ulumul
quran berupa penafsiran ayat Al-Quran langsung dari Rasulullah SAW kepada para
sahabat, begitu pula dengan antusiasime para sahabat dalam bertanya tentang
makna suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukum yang terdapat pada
ayat sersebut.
• Rasulullah SAW menafsirkan kepada
sahabat beberapa ayat.
Dari Uqbah bin Amir ia berkata :
"aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata diatas mimbar, "dan
siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal :60 ),
ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah." (HR Muslim)
• Antusiasme sahabat dalam menghafal
dan mempelajari Al-Quran.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman
As-Sulami, ia mengatakan : "mereka yang membacakan qur'an kepada kami,
seperti Ustman bin Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan,
bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak melanjutkannya,
sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada di dalamnya, mereka berkata “kami
mempelajari qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus.”
• Larangan Rasulullah SAW untuk
menulis selain Al-Qur'an, sebagai upaya menjaga kemurnian Al-Quran
Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa
Rasulullah SAW berkata: Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa menuliskan
aku selain Qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku, dan itu
tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaku, ia akan
menempati tempatnya di api neraka."(HR Muslim)
B. Masa Khalifah
Pada masa khalifah, tahapan
perkembangan awal (embrio) ulumul quran mulai berkembang pesat, diantaranya
dengan kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana berikut :
Khalifah Abu Bakar RA: dengan
Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Quran yg pertama yang diprakarsai oleh Umar
bin Khathab dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit
Kekhalifahan Usman RA: dengan
kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana.
Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke
beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu
dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil
Qur'an.
Kekhalifahan Ali RA: dengan kebijakan
perintahnya kepada Abu 'aswad Ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara
pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur'an.
Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an. Perintah ‘Ali inilah
yang membuka gerbang pengkodifikasian ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab.
Pengodifikasian itu semakin marak dan meluas ketika Islam berada pada
tangan pemerintahan Bani Umayyah dan Bani ‘Abbasiah pada periode-periode awal
pemerintahannya.
C. Masa Sahabat Dan Tabi'in
Peranan Sahabat dalam Penafsiran
Al-Quran
Para sahabat senantiasa melanjutkan
usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna Al-Qur'an dan penafsiran ayat-ayat
yang berbeda diantara mereka sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda
dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup
bersama Rasulullah SAW, hal demikian diteruskan oleh murid-murid mereka, yaitu
para tabi'in.
Diantara para Mufasir yang termashur
dari para sahabat adalah:
• Empat orang Khalifah (Abu Bakar,
Umar, Utsman dan Ali )
• Ibnu Masud,
• Ibnu Abbas,
• Ubai bin Kaab,
• Zaid bin sabit,
• Abu Musa al-Asy'ari dan
• Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang
diambil dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Masud dan Ubai bin Kaab, dan apa
yang diriwayatkan dari mereka tidak berarti merupakan sudah tafsir Quran yang
sempurna. Tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa
yang masih samar dan penjelasan apa yang masih global.
Peranan Tabi'in dalam penafsiran
Al-Quran
Mengenai para tabi'in, diantara mereka
ada satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping
mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan
ayat. Yang terkenal di antara mereka , masing-masing sebagai berikut:
• Murid Ibnu Abbas di Mekah yang
terkenal ialah, Sa'id bin Jubair, Mujahid, 'Ikrimah bekas sahaya (maula) Ibnu
Abbas, Tawus bin kisan al Yamani dan 'Ata' bin abu Rabah.
• Murid Ubai bin Kaab, di Madinah :
Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan Muhammad bin Ka'b al Qurazi.
• Abdullah bin Masud di Iraq yang
terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al
Aswad bin Yazid, 'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin Di'amah as
Sadusi.
Dan yang diriwayatkan mereka itu semua
meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal
madani dan imu Nasikh dan Mansukh, tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat
dengan cara didiktekan.
D. Masa Kodifikasi (Tadwin)
Perkembangan selanjutnya dalam ulumul
quran adalah masa pembukuan ulumul Quran, yang juga melewati beberapa
perkembangan sebagai berikut:
Pembukuan Tafsir Al-Quran menurut
riwayat dari Hadits, Sahabat & Tabi'in
Pada abad kedua hijriah, tiba masa
pembukuan (tadwin) yang dimulai dengan pembukuan hadist dengan segala babnya
yang bermacam-macam, dan itu juga menyangkut hal yang berhubungan dengan
tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir Qur'an yang diriwayatkan dari Rasulullah
SAW dari para sahabat atau dari para tabi'in.
Diantara mereka yang terkenal adalah
Yazid bin Harun As-Sulami, (wafat 117 H), Syu'bah bin Hajjaj (wafat 160 H),
Waqi' bin Jarrah (wafat 197 H), Sufyan bin 'Uyainah (wafat 198 H), dan
Aburrazaq bin Hammam (wafat 112 H). Mereka semua adalah para ahli hadis. Sedang
tafsir yang mereka susun merupakan salah satu bagiannya. Namun tafsir mereka
yang tertulis tidak ada yang sampai ke tangan kita.
Pembukuan Tafsir berdasarkan
susunan Ayat
Kemudian langkah mereka itu diikuti
oleh para ulama'. Mereka menyusun tafsir Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan
susunan ayat. Dan yang terkenal diantara mereka ada Ibn Jarir at Tabari (wafat
310 H).
Demikianlah tafsir pada mulanya
dinukil (dipindahkan) melalui penerimaan riwayat, kemudian dibukukan sebagai
salah satu bagian hadis, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah
proses kelahiran at-Tafsir bil Ma'sur (berdasarkan riwayat ), lalu diikuti oleh
at Tafsir bir Ra'yi (berdasarkan penalaran).
Munculnya Pembahasan Cabang-cabang
Ulumul Quran selain Tafsir
Disamping ilmu tafsir, lahir pula
karangan yang berdiri sendiri mengenai pokok-pokok pembahasan tertentu yang
berhubungan dengan quran, dan hal ini sangat diperlukan oleh seorang mufasir,
diantaranya :
Ulama abad ke-3 Hijriah
• Ali bin al Madini (wafat 234 H) guru
Bukhari, menyusun karangannya mengenai asbabun nuzul
• Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam (wafat
224 H) menulis tentang Nasikh Mansukh dan qira'at.
• Ibn Qutaibah (wafat 276 H) menyusun
tentang problematika Quran (musykilatul quran ).
Ulama Abad Ke-4 Hijriah
• Muhammad bin Khalaf bin Marzaban (wafat
309 H) menyusun al- Hawi fa 'Ulumil Qur'an.
• Abu muhammad bin Qasim al Anbari
(wafat 751 H) juga menulis tentang ilmu-ilmu qur'an.
• Abu Bakar As Sijistani (wafat 330 H)
menyusun Garibul Qur'an.
• Muhammad bin Ali bin al-Adfawi
(wafat 388 H) menyusun al Istigna' fi 'Ulumil Qur'an.
Ulama Abad Ke-5 dan setelahnya
• Abu Bakar al Baqalani (wafat 403 H)
menyusun I'jazul Qur'an,
• Ali bin Ibrahim bin Sa'id al Hufi
(wafat 430 H) menulis mengenai I'rabul Qur'an.
• Al Mawardi (wafat 450 H) menegenai
tamsil-tamsil dalam Qur'an ('Amsalul Qur'an).
• Al Izz bin Abdussalam (wafat 660 H)
tentang majaz dalam Qur'an.
• 'Alamuddin Askhawi (wafat 643 H)
menulis mengenai ilmu Qira'at (cara membaca Qur'an ) dan Aqsamul Qur'an.
Mulai pembukuan secara khusus
Ulumul Quran dengan mengumpulkan cabang-cabangnya
Pada masa sebelumnya, ilmu-ilmu
al-quran dengan berbagai pembahasannya di tulis secara khusus dan terserak,
masing-masing dengan judul kitab tersendiri. Kemudian, mulailah masa
pengumpulan dan penulisan ilmu-ilmu tersebut dalam pembahasan khusus yang
lengkap, yang dikenal kemudian dengan Ulumul Qur'an. Di antara ulama-ulama yang
menyusun secara khusus ulumul quran adalah sebagai berikut:
• Ali bin Ibrohim Said (330 H) yang
dikenal dengan al Hufi dianggap sebagai orang pertama yang membukukan 'Ulumul
Qur'an, ilmu-ilmu Qur'an.
• Ibnul Jauzi (wafat 597 H)
mengikutinya dengan menulis sebuah kitab berjudul fununul Afnan fi 'Aja'ibi
'ulumil Qur'an.
• Badruddin az-Zarkasyi (wafat 794 H)
menulis sebuah kitab lengkap dengan judul Al-Burhan fii ulumilQur`an .
• Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H)
memberikan beberapa tambahan atas Al-Burhan di dalam kitabnya Mawaaqi`ul u`luum
min mawaaqi`innujuum.
• Jalaluddin As-Suyuti (wafat 911 H)
juga kemudian menyusun sebuah kitab yang terkenal Al-Itqaan fii u`luumil
qur`an.
Catatan : kitab Al-Burhan (Zarkasyi) dan Al-Itqon (As-Suyuti)
hingga hari ini masih dikenal sebagai referensi induk dan terlengkap dalam
masalah Ulumul Qur'an. Tidak ada peneliti tentang ulumul quran, kecuali pasti
akan banyak menyandarkan tulisannya pada kedua kitab tersebut.
E. Masa Modern/Kontemporer
Sebagaimana pada periode sebelumnya,
perkembangan ulumul quran pada masa kontemporer ini juga berlanjut seputar
penulisan sebuah metode atau cabang ilmu Al-Quran secara khusus dan terpisah. Ada
pula yang kembali menyusun atau menyatukan cabang-cabang ulumul quran dalam buku
tersendiri dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dari buku-buku
klasik terdahulu.
Buku yang terbit membahas khusus
tentang cabang-cabang ilmu Quran atau pembahasan khusus tentang metode penafsiran
Al-Quran di antaranya:
• Kitab i`jaazul quran yang ditulis
oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i,
• Kitab At-Tashwirul fanni fiil qu`an
dan masyaahidul qiyaamah fil qur`an oleh Sayyid Qutb,
• Tarjamatul qur`an oleh syaikh
Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang salah satu pembahasannya ditulis oleh
Muhibuddin al-hatib,
• Masalatu tarjamatil qur`an Musthafa
Sabri,
• An-naba`ul adziim oleh DR Muhammad
Abdullah Daraz dan
• Muqaddimah tafsir Mahaasilu ta`wil
oleh Jamaluddin Al-qasimi.
Kitab yang membahas secara umum ulumul
quran dengan sistematis, diantaranya :
• Syaikh Thahir Al-jazaairy menyusun
sebuah kitab dengan judul At-tibyaan fii u`luumil qur`an.
• Syaikh Muhammad Ali Salamah menulis
pula Manhajul furqan fii u`luumil qur`an yang berisi pembahasan yang sudah
ditentukan untuk fakultas ushuluddin di Mesir dengan spesialisasi dakwah dan
bimbingan masyarakat dan diikuti oleh muridnya,
• Muhammad Abdul a`dzim az-zarqani
yang menyusun Manaahilul i`rfaan fii u`lumil qur`an.
• Syaikh Ahmad Ali menulis muzakkiraat
u`lumil qur`an yang disampaikan kepada mahasiswanya di fakultas ushuluddin
jurusan dakwah dan bimbingan masyarakat.
• Kitab Mahaabisu fii u`lumil qur`an
oleh DR Subhi As-Shalih.
Pembahasan pada buku-buku tersebut
dikenal dengan sebutan ulumul qur`an, dan kata ini kini telah menjadi istilah disiplin
ilmu atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut.
Belum ada tanggapan untuk "Sejarah dan Perkembangan Ulumul Qur'an Dari Berbagai Fase"
Post a Comment