Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Kisah Wanita Tua yang Mendapat Kertas Warna-warni dari Anaknya

Ada wanita tua yang setiap hari duduk mengemis di depan pintu masjid didatangi sang imam.
Imam Masjid  bertanya:
"Ibu, engkau adalah wanita mulia, anakmu rajin ke Masjid dulu saat masih didesa, lalu kenapa mengemis?"
Wanita itu menjawab : "suamiku sudah wafat beberapa tahun yang lalu, satu-satunya anakku sejak 8 bulan yang lalu pergi merantau.
Anakku meninggalkan uang untukku, tapi setelah uang itu habis, saya terpaksa mengemis".
Imam masjid bertanya :"apakah anakmu tidak mengirimkan uang untukmu?"
Wanitu itu menjawab: "setiap bulan anakku mengirimkan aku  "gambar warna-warni", yang aku tempelkan di dinding sebagai kenangan".
Imam masjid kemudian datang ke rumah wanita pengemis itu, dan Subhaanallaaaah.....
Ternyata lembaran warna-warni yang dia tempelkan itu adalah uang dollar, wanita tua itu TIDAK MENGERTI kalau itu adalah uang.
Ada 8.000 dollar, karena anaknya mengirimkan 1.000 dollar setiap bulannya. Imam Masjid mengambil uang itu dan menukarkannya, lalu menyerahkannya kepada wanita itu. Sejak saat itu, wanita tua tersebut tidak pernah lagi duduk di pintu Masjid mengemis.
Kisah wanita ini, hampir sama dengan sebahagian kita. Kita memiliki Al-Qur'an, Kitabullah, pedoman hidup, sesuatu yang sangat berharga, pelindung kita, penyembuh kita,  tetapi kita tidak tahu membacanya, tidak mengerti isinya, tidak faham bahwa ia adalah segalanya.
Al-Qur'an, hanya menjadi penghias lemari, atau kaligrafi yang ditempelkan di dinding, lalu kita mengemis ke timur dan ke barat, mencari pedoman hidup, padahal di tengah-tengah kita ada sesuatu yang sangat berharga, ada Al-Qur'an, Peroteksi kita.
Maka, mulai saat ini, tiada hari tanpa baca Al-Quran. Minimal, setelah shalat, janganlah langsung berdiri dan pergi. Duduklah sejenak kira kira 5 hingga 10 menit atau lebih, karena saat saat inilah Malaikat duduk mendoakan perlindungan dari segala musibah, memohonkan kebahagian dan keselamatan, dan Malaikat juga mengaminkan doa doa kita.
Semoga Allah
Menyinari hidup kita dengan Al-Quran.
Merahmati kita dengan Al-Quran.
Memberkati kita dengan Al-Quran.
Semoga bermanfa'at, Aamiin

Artikel keren lainnya:

Kisah Masuk Islamnya Ummar Bin Khattab

UMAR BIN KHATTAB MASUK ISLAM

1. Amarah Umar

Umar bin Khattab duduk termenung sendiri di rumahnya, di seluruh Mekah tidak ada seorang pun yang mampu melunakkan hati Umar karena ia begitu cepat naik pitam dan garang.

Hatinya tidak pernah bisa luluh oleh rayuan gadis-gadis penghibur setiap kali ia mendatangi para penjual khamr (tuak arak/miras).

Ia tidak pula pernah terbujuk untuk ikut bergabung dengan para pegadang yang suka bergerombol di pelataran rumah sambil mendengarkan para penabuh rebana, sehingga segalanya tidak mampu melembutkan kekerasan hatinya yang suka bertindak garang dan menakutkan.

Namun kini, ia tengah duduk termenung sendiri,

"Hamzah, apa yang terjadi padamu? Engkau menaklukkan dan mempermalukan Abu Jahal, temanmu sendiri! Apa yang membuatmu sehingga terjadi seperti ini? Bahkan, engkau berani meninggalkan agama nenek moyang kita dan bergabung dengan Muhammad!

Ini jelas akan membuat pengikut agama baru ini bisa menjadi sombong dan besar kepala!

Hamzah, bukankah engkau, Abu Jahal, Khalid bin Walid dan aku telah bersama membuat Quraisy sehingga menjadi suku yang paling disegani? Semua itu berkat kerja keras dan keuletan kita berempat. Suku-suku yang lain iri kepada Quraisy karena Quraisy memiliki kita. Ini semua gara-gara Muhammad! Hamzah tidak lagi mau minum-minum bersamaku, betapa sepinya malam-malam tanpa Hamzah!"

"Muhammad, engkau membuat pusing kepala orang-orang miskin, para budak, buruh kasar, dan para perempuan lemah! Engkau membuat mereka berani menentang para majikan! Apa yang engkau sampaikan pasti sebuah sihir!

Muhammad, tegakah engkau melihat para pengikutmu pergi meninggalkan tanah air nya ke Habasyah yang begitu jauh?

Ini benar-benar keterlaluan! Terrlaaluu! Aku harus membunuh Muhammad sekarang juga! Meski aku harus berhadapan dengan Hamzah, aku akan membunuhmu dan membuat mekah kembali seperti dulu!"

Setelah berpikir begitu, Umar bin Khattab mencabut pedangnya, amarahnya dengan cepat naik ke ubun-ubun. Dengan langkah-langkah yang tidak bisa dirintangi, Umar kemudian berjalan cepat menuju Darul Arqam. Matanya mengandung api dan pedangnya membara! Tidak seorang pun bisa menghalangi Umar jika ia sudah bertekat dengan sunguh-sunguh!

2. Duka Umar

Ummu Abdillah adalah seorang perempuan tua, dan ia juga tetangga Umar bin Khattab. Setelah ia sekeluarga memeluk Islam, Umar suka mengganggunya padahal sebelum itu, Umar cukup hormat dan bahkan menyayanginya.

Saat itu, Ummu Abdillah tengah membereskan barang-barang untuk dibawa akan berhijrah ke Habasyah. Tiba-tiba, hatinya berdebar karena ia melihat Umar bin Khattab melangkah dengan pedang terhunus! Karena tidak ada waktu lagi untuk lari ke dalam rumah, Ummu Abdillah kemudian bersembunyi di balik barang-barangnya. Hatinya berdebar tidak karuan, dan tanpa sadar ia kemudian menahan napas ketika Umar semakin mendekat.

Akan tetapi setelah Umar melihatnya kemudian berhenti,

"Jadi engkau benar-benar akan berangkat ke Habasyah hai Ummu Abdillah?"

Ummu Abdillah pun keluar dari tempat persembunyiannya dan ia heran karena suara Umar tidak terdengar marah seperti biasanya.

"Ya, demi Allah, Engkau telah menyakitiku dan menindasku maka aku akan benar-benar pergi ke bumi Allah hingga Allah memberikan jalan keluar bagiku," sahut Ummu Abdillah.

Sesaat, Umar tampak merenung, "Ini dia tetanggaku, mereka akan pergi juga meninggalkan Mekah ke Habasyah."

Umar kemudian berpaling sambil menatap wajah tua Ummu Abdillah dan ia berkata di dalam hati, "Begitu jauh jalan yang akan ditempuh oleh orang tua ini sehingga hanya begitu sedikit barang yang bisa dibawanya."

Akhirnya Umar melangkah pergi sambil berkata parau, "Semoga Allah senantiasa menyertaimu."

Ummu Abdillahpun terpana karena belum pernah Umar berlaku selembut ini sejak mereka memeluk Islam,

"Tidakkah engkau melihat kelemahlembutan dan kedukaan Umar terhadap kita?" tanya Ummu Abdillah kepada putranya.

"Apakah Ibu berharap supaya ia akan memeluk Islam?" tanya sang putra. "Dia tidak akan pernah memeluk Islam sebelum keledai bapaknya juga masuk Islam!"

3. Berita untuk Umar

Umar kemudian melanjutkan langkahnya menuju Darul Arqam,

"Sudah jelas, Muhammad-lah yang menyebabkan semua kesengsaraan ini!

Aku harus membunuhnya agar Mekah kembali damai dan tenang seperti dulu. Mengenai Hamzah, aku akan bertarung dengannya, aku yang mati atau Hamzah yang mati, itu tidak terlalu membuatku risau."

Tiba-tiba, lamunannya buyar ketika Nu'aim bin Abdullah menegurnya, "Hendak kemana, hai putra Khattab?"

"Aku akan menemui Muhammad! Dia yang menukar agama nenek moyang kita, dia yang memecah belah masyarakat Quraisy, dia memiliki banyak angan-angan yang bodoh, dan dia yang mencaci tuhan-tuhan kita.

Untuk semua kesalahannya itu, aku akan menebas lehernya!"

"Demi Allah, engkau telah tertipu oleh dirimu sendiri hai Umar!

Apakah tindakanmu untuk membunuh Muhammad akan dibiarkan begitu saja oleh Bani Abdi Manaf? Tidakkah lebih baik engkau pulang dan mengurusi keluargamu sendiri?"

Umar kemudian berhenti melangkah dan bertanya tajam,

"Keluargaku yang mana?"

"Saudara sepupumu sendiri, Sa'id bin Zaid bin Ammar dan istrinya yang tak lain adalah adik perempuanmu, Fathimah binti Khattab, mereka telah mengikuti ajaran Muhammad, urusi saja mereka dulu!"

Umar pun segera membalikkan badan dan melangkah cepat menuju ke rumah adiknya.

"Kalau itu benar, aku akan bertindak pada Sa'id bin Zaid seperti yang pernah dilakukan oleh ayahku yang garang. Al Khattab, kepada ayah Sa'id, Zaid bin Ammar! Berani-beraninya dia memeluk Islam, sedangkan dia tahu aku membenci agama itu!" pikirnya.

Dengan keras maka Umar bin Khattab kemudian menggedor pintu rumah Sa'id bin Zaid dan Fatimah. Suaranya berdentum-dentum keras sehingga mengejutkan siapa saja yang ada di dalam rumah. Sudah bisa diduga, kali ini akan jatuh lagi korban dalam penganiayaan yang menimpa kaum Muslimin oleh Umar.

4. Amuk Umar bin Khattab

Di dalam rumah, Sa'id dan Fathimah binti Khattab sedang mengikuti ayat Al Qur'an yang dibacakan oleh Khabbab bin Al Arat. Begitu pintu berguncang diketuk Umar, Sa'id dan Fathimah kemudian segera menyembunyikan Khabbab, dan Fathimah segera menyembunyikan lembaran-lembaran yang tadi mereka baca di bawah pahanya.

Sa'id kemudian membuka pintu dan Umar pun bergegas masuk.

"Suara apa yang baru kudengar itu?" bentak Umar.

" Tidak.... kami tidak mendengar suara apa pun tadi "

Seketika amarah Umar bin Khattab meledak, "Kudengar kalian telah mengikuti ajaran Muhammad!"

Belum sepatah kata pun keluar dari mulut kedua suami istri itu, pedang Umar sudah terayun dan gagangnya mengenai Sa'id hingga ia jatuh terjerembab di lantai dan luka. Melihat suaminya berdarah, Fathimahpun kemudian bangkit berusaha untuk melerai, tetapi tangan Umar cepat sekali menampar wajahnya.

Fathimahpun jatuh di samping suaminya dengan darah mengucur dari wajahnya.

Meski garang, Umar terkenal lembut dan penyayang kepada keluarganya sendiri. Setelah melihat darah Fathimah, Umarpun kemudian tertegun.

"Fathimah berdarah," pikirnya, "Mengapa aku bisa sampai begitu? Aku menyayangi adikku ini sepenuh hati, bahkan lebih mirip rasa sayang antara ayah kepada putrinya!"

Fathimah yang lembut dan biasanya selalu patuh kepada Umar, kali ini langsung mengangkat wajahnya dan menentang langsung paras kakaknya itu.

"Baiklah," seru Fathimah

"lakukanlah apa saja yang engkau kehendaki!"

Fathimah sudah siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi maka ia siap disiksa oleh kakaknya sendiri yang dari kecil begitu menyayanginya, dan ia bahkan siap untuk mati sehingga kedua tangannya terentang, seolah siap menerima tikaman pedang Umar ke dadanya.

5. Al Qur'an bukan Mantra Syair

Suatu malam, Umar bin Khattab secara diam-diam pernah mendengar Rasulullah membaca Al Qur'an pada malam hari kemudian Umar terpesona. Namun, ia berkata dalam hati, "Ah, ini pasti ucapan seorang penyair". Bisik hati Umar.

Saat itu Rasulullah membaca surah Al Haqqah ayat 41,

وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ

"Dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya."

Kembali, Umar bin Khattabpun secara diam-diam pernah datang lagi ke rumah Rasulullah pada tengah malam dan mendengar Rasulullah membaca Al Qur'an lagi. Umar kemudian berkata di dalam hati,

"Kalau ini bukan ucapan tukang tenung, ini pasti ucapan Muhammad, bukan Firman Tuhan."

Namun, sesegera itu juga, Rasulullah kemudian membaca Surah Al Haqqah ayat 43:

تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

"Ia (Al Qur'an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam."

6. Surat Thahaa

Akan tetapi Umar tidak bisa melawan rasa sayang kepada adiknya maka marahnya bisa menjadi padam seperti api terguyur hujan. Ia lalu duduk dan diam dalam penyesalan maja ditatapnya wajah adiknya dalam-dalam dan disesalinya luka akibat tamparannya tadi.

"Perlihatkan lembaran-lembaran tadi yang kalian baca agar aku tahu apa yang Muhammad bawa," pinta Umar.

"Kami khawatir engkau merampas lembaran-lembaran itu." jawab Fathimah.

"Tidak perlu takut, perlihatkanlah. Aku bersumpah akan mengembalikannya" kata Umar.

Pada saat itu, timbul harapan di hati Fatimah agar kakaknya bisa memeluk Islam.

"Kakak engkau adalah penyembah berhala, karena itu engkau kotor, sesungguhnya lembaran ini tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang suci, maka mandilah terlebih dahulu!"

Tanpa berkata lagi, Umar kemudian berdiri lalu mandi, dan setelah itu ia jenydian kembali dan membaca lembaran-lembaran yang berisi surat Thohaa,

طه

Thaahaa.

مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ

Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;

إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَىٰ

tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),

تَنْزِيلًا مِمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلَى

yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ´Arsy.

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَىٰ

Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.

وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى

Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ

Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik),

dst.

Umarpun kemudian terus membaca sebagian besar lembaran-lembaran tadi, lalu berhenti maka tangannya menjadi terkulai dan matanya menjadi sayu.

Setelah itu kemudian dikembalikannya lembaran-lembaran tadi ke tangan Fatimah.

Dengan rasa heran dan penuh harap, Fatimah kemudian memperhatikan wajah kakaknya, kemudian di dengarnya Umar mendesah,

"Alangkah bagus dan agung kata-kata ini."

Seolah mendadak matahari yang terang benderang muncul dari balik awan menutupinya maka Khattab bin Al Arat segera keluar dari persembunyiannya.

"Wahai Umar!" serunya meluap-luap, "aku sungguh berharap mudah-mudahan Allah mengistimewakan dirimu. Kemarin kudengar Rasulullah berdoa, "Ya Allah! kuatkanlah Islam dari dua Umar, Abu Jahal bin 'Amr bin Hisyam atau Umar bin Khattab!"

Mendengar itu, Umar pun segera bangkit dan bergegas menuju Darul Arqam untuk menemui Rasulullah , namun tangannya masih menghunus pedang dan wajahnya seperti singa padang pasir yang siap bertarung.

7. Keislaman Umar bin Khattab

Berdentum-dentum pintu Darul Arqam diketuk oleh Umar, dan sebelum membuka pintu seorang sahabat ada yang mengintip keluar dan menjadi terkejut seperti baru mengalami mimpi buruk.

"Pengetuk pintu adalah Umar bin Khattab!" desisnya panik kepada Rasulullah dan orang-orang yang ada di dalam, "Dia datang dengan pedang terhunus!"

Hamzah bin Abdul Muthalib kemudian berdiri dan berkata tenang. "Biarkan saja dia masuk, jika dia datang dengan maksud baik kita sambut dengan baik. Namun jika dia datang dengan maksud jahat, kita bunuh saja dia dengan pedangnya"

Setelah berkata begitu, tangan Hamzah bergerak meraba gagang pedangnya maka suasana bertambah semakin mencekam ketika pintu dibuka. Namun Umar tidak juga masuk, dan ia tetap berdiri dengan sikap garang di depan pintu.

Melihat itu, Rasulullah pun berdiri dan berjalan cepat menghampiri Umar maka dengan kecepatan yang bahkan tidak terduga oleh Umar sendiri, tangan Rasulullah yang mulia kemudian bergerak dan mencengkeram leher baju Umar dengan kuat.

Dengan suara tegas yang tidak bisa dibantah maka Rasulullah pun berkata,

"Wahai Umar! Dengan maksud apa engkau datang? Demi Allah, aku tidak akan melihat engkau berhenti dengan sikap dan tindakanmu terhadap kami hingga Allah menurunkan bencana untukmu"

Kerongkongan Umar tersekat karena begitu terkejut dan kesombongannya menjadi runtuh, bahkan rasa takutnya menguasai dirinya. Dengan suara lirih ia berkata "Wahai Rasulullah....... "

Semua orang di Darul Arqam kemudian tercengang, dan mereka lebih tercengang lagi setelah mendengar Umar bin Khattab, sang Singa Quraisy, melanjutkan kata-katanya,

"Aku datang kepadamu untuk beriman kepada Allah dan Utusan-Nya"

Rasulullah kemudian melepaskan cengkeramannya dan berkata penuh rasa syukur, "Subhanallah ....."

Takbir Hamzah membahana.

Pada bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian itu, Umar bin Khattab, Sahabat berperang dan teman minumnya, menjadi saudara seiman. Hati mereka terikat di dalam tali yang tidak bisa putus lagi sampai ke akhirat. Dengan kegembiraan yang tiada tara, Rasulullah kemudian mengusap dada Umar agar sahabat barunya itu tetap dalam keimanan.

Artikel keren lainnya:

Tatacara Shalat Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan Disertai Dalilnya

Seorang muslim harus meyakini bahwa terjadinya gerhana merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah SWT. Allah Taala berfirman:

 وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Jangan kalian bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan, tetapi bersujudlah kalian kepada Allah yang menciptakan semua itu, jika kamu hanya menyembah-Nya.” (QS Fushilat [41]: 37).

Shalat Gerhana

Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada kita bila terjadi gerhana untuk berdo’a kepada Allah, mendirikan salat sunnah gerhana, bertakbir dan bersedekah, Sebagaimana sabda beliau:

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah."

Ada keunikan dalam shalat gerhana, yakni dalam satu rakaat terdapat dua kali ruku’. Berikut dalil yang menerangkan tentang sifat shalat gerhana dalam hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ، فَكَبَّرَ، فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً، ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا، ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. فَقَامَ وَلَمْ يَسْجُدْ، وَقَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً، هِيَ أَدْنَى مِنْ الْقِرَاءَةِ الْأُولَى. ثُمَّ كَبَّرَ وَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ، وَهُوَ أَدْنَى مِنْ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ. ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. ثُمَّ سَجَدَ، ثُمَّ قَالَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِثْلَ ذَلِكَ. فَاسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، فِي أَرْبَعِ سَجَدَاتٍ

“Terjadi gerhana matahari pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, kemudian Beliau keluar menuju masjid untuk melaksanakan sholat, dan para sahabat berdiri dibelakang Beliau membuat barisan shof sholat, lalu Beliau bertakbir dan membaca surat yang panjang, kemudian bertakbir dan ruku’ dengan ruku’ yang lama, lalu bangun dan mengucapkan : ‘sami’allahu liman hamidah’. Kemudian bangkit dari ruku’ dan tidak dilanjutkan dengan sujud, lalu membaca lagi dengan surat yang panjang yang bacaannya lebih singkat dari bacaan yang pertama tadi. Kemudian bertakbir, lantas ruku’ sambil memanjangkannya, yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ yang pertama. Lalu mengucapkan : ‘sami’allahu liman hamidah, rabbanaa wa lakal hamd’, kemudian sujud. Beliau melakukan pada raka’at yang terakhir seperti itu pula maka sempurnalah empat kali ruku’ pada empat kali sujud” (HR. Bukhori no. 1046, Muslim no. 2129).

Shalat gerhana dilakukan sebanyak 2 rakaat dan dilanjutkan khutbah dua kali. Di setiap rakaat membaca Al-Fatihah 2 kali, membaca surat 2 kali, dan ruku’ 2 kali. Berikut detailnya:

[1] Niat

Niat shalat gerhana matahari:

اُصَلِّى سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ (اِمَامًا|مَأْمُوْمًا) للهِ تَعَالَى

Latin: Ushalli sunnatal likusufilsy syamsi rak’ataini (imaman/ma’muman) lillahi ta’ala.

Niat shalat gerhana bulan:

اُصَلِّى سُنَّةً لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ (اِمَامًا|مَأْمُوْمًا) للهِ تَعَالَى

Latin: Ushalli sunnatal likhusyufil qamai rak’ataini (imaman/ma’muman) lillahi ta’ala.

[2] Takbiratul ihram diiringi membaca Allahu akbar dan mengangkat tangan.

[3] Membaca surat al-Fatihah

[4] Membaca ayat atau surat al-Qur’an

Mebaca surat Al-Fatihan dan surat lainnya dikeraskan sebagaimana dalam hadits dari Aisyah:

جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)

[5] Ruku’

[6] Berdiri dari ruku’ sambil mengucap ’sami’allahu liman hamidah,

[7] Membaca surah al-Fatihah lagi

[8] Membaca ayat/surah dalam al-Qur’an

[9] Ruku’ kedua

[10] I’tidal

[11] Sujud dua kali

[12] Berdiri untuk rakaat kedua dengan tatacara yang sama pada rakaat pertama.

[13] Tasyahud dan diakhiri dengan salam

[14] Setelah shalat selesai, disunnahkan adanya seorang khatib yang membaca khutbah terkait gerhana. Khutbah yang disampaikan berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1: 438)

Artikel keren lainnya:

Contoh Khutbah Gerhana Bahasa Sunda

Contoh khutbah gerhana (samagaha) baik untuk gerhana matahari atau gerhana bulan.

Contoh Khutbah Samagaha

Khutbah ka 1

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ سَـخَّرَ لَكُمُ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَـخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُنْجِيْنَا مِنْ عَذَابِ النَّارِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ صَاحِبُ الْكَرَامَةِ وَالنُّوْرِ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ حَبِيْبِ الْمُخْتَارِ، وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى دَارِ الْبَوَارِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَأَيُّهَا اْلإِخْوَانُ الْكِرَامُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ،

قَالَ اللهُ تَعاَلَى فِي اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ: وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ، لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ.

Hadirin, Kaum Muslimin nu dimulyakeun ku Alloh SWT.

Samagaha atawa gerhana, ieu kajadian biasa, unggal taun sok aya. Dina 5 taun sakali gerhana total, hartina ieu kajadian teu aneh, lantaran bumi, bulan, panonpoe maluter, laleumpang. Maka samagaha bulan nyaeta buleudan bulan kahalangan ku bumi waktu peuting, hingga cacaang bulan kahalangan, poek sakeudeung, sabot leumpangna bumi. Ari samagaha panonpoe nyaeta cahaya panonpoe kahalangan ku bulan waktu beurang, maka bumi poek sakeudeung salila leumpangna bulan.

Utamana pikeun urang sadaya, ieu kajadian samagaha janten sarana ibadah, nambihan amal kahadean, ku berjamaah sholat sareng khutbah. Tiasa silaturahmi ngumpul bari dzikir, ngumpul bari munajat ka Alloh SWT. sasarengan babacaan, wiridan, nambihan pepelakan kanggo alaeun jaga di Surga.

Sajabi ti eta, kajadian samagaha sing janten pepeling, peringatan, yen bumi, bulan, Panonpoe, jeung sadaya planet katut bintang-bintang teu aya nu cicing, kabeh maluter, sadayana bergerak, laleumpang dina garis edarna. Ieu mangrupi tanda kebesaran Alloh, tanda kakawasaan Alloh, tanda yen Alloh Maha Besar, Allohu Akbar, teu aya batasna.
Nandakeun urang teh leutik, manusa aya di dunya mang juta-juta, malah aya 7 milyar jumlah manusa ayeuna dina buleudan bumi nu ieu, sadayana dina aturan Alloh, sadayana ditungtung takdir Alloh, teu aya nu milu ngatur, teu aya nu interfensi kana aturan Alloh.

Allohu Akbar, Allohu Akbar, Allohu Akbar Walillahil Hamdu.

Alloh ngadawuhdina surat Ali Imron ayat 190-191:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ. الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Hartosna; “Saestuna diciptakeun langit jeung bumi, oge gunta-gantina beurang jeung peuting eta jadi tanda kana kakawasaan Alloh pikeun jalma-jalma nu boga akal. Nyaeta jalma nu areling ka Alloh, bari nangtung, bari diuk, bari ngagoler, tafakkur mikiran diciptakeunanana langit jg bumi, Nun Ya Robbana; Gusti Pangeran abdi sadaya, Gusti ngadamel ieu sanes heuheureuyan, maha suci Gusti, mugi abdi sadaya diraksa tina siksa naraka”

Ieu dawuh Alloh jelas pisan kanggo urang sadaya, yen langit bumi di damel ku Alloh, aya beurang aya peuting, kudu jadi pikiran, kudu di tafakuran, kudu dikaji secara ilmiyah, da Alloh ngadamelna sanes heureuy, Alloh ngadamelna pikeun kahirupan manusa, manusa dibere akal, maka kudu digunakeun pikeun mikir ieu ciptaan Alloh. Supaya sadar, yen manusa dijieun pikeun ibadah, manusa diciptakeun pikeun bakti kanu Maha Suci, ieu langit bumi katut eusina siap ngawulaan manusa, siap jadi fasilitas jeung sarana pikeun manusa nu ibadah, manusa nu nyembah ka Alloh.

Tafakkur sanes ngalamun, Tafakkur mah, saperti ningali Laut, kumaha legana laut?, timana caina?, kumaha manfaatna pikeun manusa?, nepika diri sadar, eling, yen Laut teh ciptaan Alloh nu loba manfaatna pikeun manusa, sadar jeung eling yen urang teh diparaban ku Laut, di fasilitasi pikeun transportasi, pikeun rekreasi, tuluy sadar yen ieu fasilitas ti Alloh lain guguyon, tapi karunia nu wajib di syukuran, urang wajib ngahaturkeun nuhun ka Alloh ku ayana laut, bersyukur ku jalan ibadah ka Anjeuna.

Lamun ningali laut kalahka ngalamun, lamun urang bisa ngojay, lamun bisa teuleum, lamun bisa newakan lauk tijero laut, meureun untung gede, tah eta mah ngalamun, sanes tafakkur.

أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ، وَإِلَى السَّمَاء كَيْفَ رُفِعَتْ، وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ، وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ، فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ،

Tina kajadian samagaha ayeuna, ditafakuran, kumaha akbarna Alloh? Kumaha Gagahna Alloh, majukeun Bulan jeung Panonpoe jeung kabeh bentang2 teu tabrakan, angger dina Burujna masing-masing. Maha di atas Maha, Kawasa di atas kawasa, hingga yakin dina hate yen wungkul Alloh nu Maha Perkasa nu wajib di sembah, wungkul Alloh nyalira nu sakti Maha Digjaya, Maha ngersakeun, sagala rupa aya dina katangtuan Alloh.

Najan manusa pinter, bisa mikir, gede tanaga, kawasa di hiji daerah, di hiji nagara, tapi di bere pilek, batuk, asup angin, nyeri awak, tetep neangan dokter, tetep teu walakaya, taya tangan pangawasa, ngajoprak, ngajengjehe, ngagoler dina pangsarean bari menta tulung ka kulawarga ka dulur jeung tatangga.

Mun geus ngarasa gering, ngarasa loba kasakit, ngarasa loba katugenah, ngarasa loba papait, kakara eling ka Alloh, kakara sadar yen diri teh boga Pangeran nu kudu dipuntangan.
Geuwat geura mangpang meungpeung.

اغتنمْ خمسًا قبل خمسٍ شبابَك قبل هرمكَ وصحتَك قبل سَقمِكَ وغناكَ قبل فقرِك وفراغَك قبل شغلِك وحياتَكَ قبل موتِكَ

meungpeung sehat memeh gering, meungpeung hirup memeh maot, meungpeung beunghar memeh fakir, meungpeung ngora memeh rarempo, meungpeung kuat memeh namru teu walakaya.

Mugi-mugi urang sadaya dipasihan jiwa nu salawasna eling ka Mantena, dipasihan Taufik sareng Hidayah, tiasa ngalaksanakeun sagala parentahna, tiasa nebihan sagala nu dilarang ku Anjeuna, tiasa ngelehkeun nafsu nu ngaberung, tiasa mengkek kahayang, tiasa ngajaga awak tina dosa, tiasa ngajaga soca tina maksiat, tiasa ngajaga biiwir tina ngupat, tiasa ngajaga farji tina zina, tiasa ngajaga sadaya anggota tubuh tina laku nu dilarang ku Alloh.

Ya Alloh, mugi solehkeun abdi sadaya, turunan abdi sadaya, teu aya nu di rindukeun ku abdi sadaya kajabi rohmat sareng maghfiroh Gusti, pasihkeun pangampura Gusti, pasihkeun kanyaah Gusti ka badi sadaya, hingga abdi sadaya tiasa istiqomah di deuheus ka Gusti, tiasa istiqomah dina ibadah, tiasa istiqomah nyepeng agama dugika Husnul Khotimah, Amin Ya Robbal Alamin.

بارك الله لى ولكم بالقرآن العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وأنت أرحم الراحمين

Khutbah ka 2

أَلْحَمْدُ للهِ، نَحْمَدُه ونستعينُه ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ فَلا هَادِي لَهُ، أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه، اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ الهُدَى الى يوم القيامة. أمَّا بَعْدُ.

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَاكم وزجر. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وقال تعالى : قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَداً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ أَفَلا تَسْمَعُونَ . قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَداً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ أَفَلا تُبْصِرُونَ .  وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.

وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُّنَادِى لِلْإِيْمَانِ أَنْ آمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا. رَبَّنَا فَغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا شَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ. رَبَّنَا لَاتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَناَ مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّناَ إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيُوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيْهِ إِنَّكَ لَاتُخْلِفُ الْمِيْعَاد. رَبَّنَا لَاتُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأنَا. رَبَّنَاوَلَاتَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا. رَبَّنَاوَلَاتُحَمِّلْنَا مَالَاطَاقَةَ لَناَ بِهِ. وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَناَ وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Khutbah Gerhana Bahasa Sunda

Khutbah ka 1

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

أما بعد: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاثُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Jamaah shalat samagaha rohimakumulloh

Allah SWT anu nyiptakeun panon poe jeung bulan jeung anjeunna anu ngatur duanana pikeun kamaslahatan manusa. Alloh midawuh;

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاء وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Anjeuna anu ngajadikeun panon poe nyorot jeung bulan cahayaan jeung ditetepkeun manzilah-manzilah (daerah-daerah) pikeun perjalanan bulan, agar anjeun nyaraho bilangan taun jeung perhitungan (waktu). Allah henteu nyiptakeun ieu sadaya anging kalawan hak. Anjeunna  ngajelaskeun gejala (kakuasaan-Na) ka jalma-jalma anu nyaraho.” (QS. Yunus: 5)

Panon poe jeung bulan diparentah ku Allah SWT jeung ditaqdirkeun. Anjeunna anu ngajadikeun kaduana jadi sabab terjadina peuting jeung beurang sarta poek jeung caang. Allah ‘Azza wa Jalla ngadawuh; “Jeung Anjeunna anu ngajadikeun peuting jeung beurang silih genti, pikeun jalma anu karep ngajadikeun pelajaran atawa jalma anu hayang bersyukur. (. QS. Al Furqan: 62)

Aya sababaraha pesan tersirat anu mampu di petik tina peristiwa samagaha ieu:

1). Mangrupakeun salah sahiji tanda tina tanda-tanda kakuasaan Allah ‘Azza wa Jalla. Lamun anu kieu gampil kanggo Allah, maka langkung gampil deui kanggo AnjeunNa ngahirupkeun manusa anu tos maot pikeun di paparin balesan.

2). Pikeun nyingsieunan manusa agar maranehna baralik ka Alloh jeung ngeureunan tina migawe maksiat sarta ngeusian hirupna di dunya ku amal soleh. Allah SWT ngadawuh; ”Jeung Kaula henteu nurunkeun tanda-tanda anging pikeun nyingsieunan.” (QS. Al Israa’: 59)

3). Jadi bukti yen Panon poe, Bulan katut Alam semesta ieu dikontrol ku Alloh SWT. Jeung sadayana henteu boga hak pikeun di sembah. Allah SWT ngadawuh, “Jeung di antara tanda-tanda kakuasaan Alloh nyaeta peuting, beurang, panon poe jeung bulan. Ulah nyarembah panon poe atawa bulan tapi sarembah Alloh anu nyiptakeunana,.” (QS. Fushshilat: 37)

4). Mangrupakeun gambaran kana hal anu bakal kajadian dina poe kiamat, jeung jadi bukti yen eta teh gampil kanggo Allah Azza wa Jalla.

5). Nunjukeun kawasana Alloh nimpakeun hukuman ka jalma-jalma anu kalufur tur doraka ka Alloh.

6).  Jeung rea-rea deui pesan yang tersirat anu bisa dipetik atas kejadian samagaha ieu.

Jamaah shalat samagaha anu baragja

Rasulullah Saw ngadawuh;

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا.

“Saestuna, henteu terjadi samagaha panon poe jeung bulan di kaitkeun kana maotna atawa lahirna hiji jalma, tetapi, duanana ngarupakeun gejala kaagungan Alloh. Lamun aranjeun maranggihan samagaha, mangka laksanakeun shalat.” (HR. Bukhari)

Samagaha ngarupakan tanda kakuasaan Allah saperti halna kajadian alam lain, saperti : gempa bumi, angin puyuh, geledeg, hujan gede jeung lianna. Eta sadayana ngarupakeun pepeling pikeun manusa agar maranehna baralik ka Alloh Swt.

Kusabab kitu, nalika kajadian samagaha Rasulullah Saw marentahkeun jalma-jalma waktu eta pikeun ngalaksanakeun shalat, ngado’a, dzikr, istighfar, sedekah, jeung ngalakukeun amal saleh laina.

Jamaah shalat samagaha anu bahagia Nalika kajadian samagaha aya sababaraha sikep anu perlu di lakukeun, di antarana:

1). Ngabogaan rasa sieun ku Allah Ta’ala.

2). Mikir-mikir siksaan Allah ka jalma-jalma anu marigawe ma’siat.

Tina hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha dicarioskeun yenNabi Saw dina khutbahna sarengse shalat samagaha ngadawuh;

 مَا مِنْ شَىْءٍ كُنْتُ لَمْ أَرَهُ إِلاَّ قَدْ رَأَيْتُهُ فِى مَقَامِى هَذَا حَتَّى الْجَنَّةَ وَالنَّارَ ، وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِى الْقُبُورِ ….”

“Teu aya sahiji masalah oge anu pernah katingali ku kaula kecuali dina waktu ieu kaula ningalina, dina kawasan kaula ieu, sampaikeun nirwana jeung neraka. Tos diwahyukeun ka kaula yen aranjeun bakal di uji nalika di kubur…..jst.” (HR. Bukhari)

Dina waktu eta di tingalikeun ka Anjeunna surga jeung naraka. Anjeunna oge di tingalikeun kana siksaan anu nimpa ka pangeusi naraka, ditingalikeun ka anjeunna hiji istri disiksa ku sabab ngerem ucing bari teu di paraban, di tingalikeun deui ‘Amr bin Malik bin Luhay ngagugusur peujitna dina naraka, ku sabab manehna anu pangheulana ngarobah agama Nabi Ibrahim as, manehna anu mawa berhala ka urang-urang Arab sehingga di sarembah ku maranehna. Anjeunna oge ngadawuh:

وَاللهِ لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً، وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا

“Demi Allah, lamun sakirana aranjeun arapal perkara anu katempo ku kaula, tangtu aranjeun bakal saeutik seuri jeung loba ceurik.”

3). Ngalaksanakeun shalat Samagaha.

4). Gagancangan kana dzikir, ngadoa, istighfar, takbir, ngalakukeun rupa-rupa amal soleh, ngalakukan shalat, jeung menta sumbangan ka Alloh tina siksa kubur jeung siksa neraka.

Rasulullah Saw ngadawuh;

فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ، فَاذْكُرُوا اللهَ، وَكَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا، وَتَصَدَّقُوْا

“Mangka dimana-mana anjeun ningali samagaha, gagancangan dzikrullah, takbir, shalat jeung sedekah.” (HR. Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud jeung Nasa’i)

Kitu budbahasa-budpekerti anu di ajarkeun ku Nabi Muhammad Saw nalika aya samagaha. Mudah-mudahan urang sadayana kalebet kana golongan jalma-jalma anu di paparin pituduh sareng di paparin  derma ku Allah Swt di dunia sareng di alam baka.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Khutbah ka 2

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُالنَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْلَنَافَإِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَإِنَّكَ خَيْرُالرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَامِنَ الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ وَنَجِّنَامِنَ الْقَوْمِ الْجَاهِلِيْنَ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الْمُنَافِقِيْنَ وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الْكَفِرِيْنَ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَاوَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Artikel keren lainnya:

Hikmah: Rencana Allah SWT Pasti yang Terbaik

RENCANA ALLAH SWT PASTI YANG TERBAIK

Assalamualaikum..
Selamat pagi...
Saya mendapat kiriman tulisan inspiratif di bawah ini dari sahabat saya. Entah siapa yang menulisnya, saya hanya mengedit beberapa kata. Menyentuh dan menyadarkan. 
Layak untuk dibaca, selamat menikmati...
Ada seorang tukang tahu, setiap hari ia menjual dagangannya ke pasar. Untuk sampai ke pasar, ia harus naik kendaraan umum (angkot) langganannya. Untuk sampai ke jalan raya, ia harus melewati pematang sawah.
Setiap pagi ia selalu berdoa kepada Allah SWT agar dagangannya laris. Begitulah setiap hari, sebelum berangkat, ia selalu berdoa terlebih dahulu dan pulang sore hari. Dagangannya selalu laris manis.
Suatu hari, ketika ia melewati sawah menuju jalan raya untuk naik angkot langganannya, entah kenapa tiba-tiba ia terpeleset tercebur ke sawah. Semua dagangannya jatuh ke sawah, rusak dan hancur berantakan! Jangankan untung, modal pun buntung!
Mengeluh ia kepada Allah, bahkan “menyalahkan” Allah, mengapa ia diberi cobaan seperti ini? Padahal ia selalu berdo'a setiap pagi.
Akhirnya ia pun pulang tidak jadi berdagang, tapi dua jam kemudian ia mendengar kabar, bahwa angkot langganannya yang setiap hari ia naiki, pagi itu jatuh ke dalam jurang. Semua penumpangnya tewas! Hanya ia satu-satunya calon penumpang yang selamat, “gara- gara” tahunya jatuh ke sawah, sehingga ia tidak jadi berdagang dan membawa pulang tahu-tahunya yang sudah rusak tadi.
Sore harinya, ada seorang peternak bebek mencari dia dan hendak membeli tahu untuk makanan bebek, namun anehnya peternak bebek itu mencari tahu yang rusak/hancur karena hanya untuk campuran makanan bebek saja. Spontan bapak itu menangis bahagia karena tahunya yang rusak dibeli semua oleh peternak bebek itu.
Ternyata, do'a tidak harus dikabulkan sesuai permintaan, tapi terkadang diganti oleh Allah SWT dengan sesuatu yang jauh lebih baik daripada yang diminta.
Allah Maha Tahu kebutuhan kita, dibandingkan diri kita sendiri. Karena itu, janganlah jemu berdoa, juga jangan menggerutu, apalagi mengutuk! 
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang manusia tidak mengetahui” 
(Q.S Al Baqarah: 216)
Jika Allah menjawab doamu, Ia sedang menambahkan imanmu. Jika Ia menundanya, Ia sedang menambahkan kesabaranmu. Jika Ia tidak menjawab doamu,Ia sedang mempersiapkan yang terbaik untukmu.

Artikel keren lainnya: