Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Hakikat Manusia! Agar Diri Tidak Sombong

HAKEKAT MANUSIA

Suatu ketika al-Muhallab, salah satu penguasa daerah Khurasan, yang berjalan congkak melewati Malik bin Dinar. 

Malik bin Dinar menegur:
"Tidakkah kau tahu bahwa berjalan dengan congkak adalah gaya berjalan yang Allah benci kecuali sesaat sebelum pertempuran dengan orang kafir dimulai".

Respon al-Muhallab:
"Tidakkah kau kenal siapa aku? ".
Jawaban berkesan disampaikan oleh Malik bin Dinar
بَلَى، أَوَّلُكَ نُطْفَةٌ مَذِرَةٌ وَآخِرُكَ جِيْفَةٌ قَذِرَةٌ وَأَنْتَ فِيْمَا بَيْنَ ذَلِكَ تَحْمِلُ عَذِرَةٌ
Aku kenal siapa dirimu. Awalnya engkau adalah air mani yang baunya tidak sedap. Pada akhirnya engkau akan jadi bangkai yang busuk. Selama engkau hidup kemana mana engkau membawa kotoran di perutmu.

Al-Muhallab tersentuh dengan nasehat ini. 
Beliau lantas berkomentar:
"Pada saat ini aku benar-benar mengenal diriku sendiri".
(Siyar A'lam an-Nubala' 5/362)

Sombong itu terlarang dalam semua hal baik sombong dalam cara berbicara, cara berjalan, cara berkendara dll. Meski seseorang itu hebat dan terkenal tidak selayaknya berkata kepada orang lain "Tidakkah kau tahu siapa diriku" karena ini adalah ucapan penuh nuansa kesombongan.

Hakekat manusia adalah berawal dari air mani yang berbau tidak sedap dan menjijikkan. Kehidupan manusia diakhiri dengan menjadi bangkai yang busuk. Semua yang mencintai sepenuh hati pun tidak lagi mau membersamai bangkai busuk ini. Selama hidup meski dia wanita cantik rupawan atau lelaki gagah ganteng ke mana-mana membawa kotoran di perut. 

Bahkan wajah yang merupakan pusat kecantikan atau kegantengan adalah produsen berbagai kotoran. Mata memproduksi kotoran. Hidung juga memproduksi materi menjijikkan. Kotoran telinga pun tidak kalah menjijikkan. Ketika lelap tidur mulut pun mengeluarkan cairan menjijikkan. 

Jika demikian hakekat manusia layakkah manusia menyombongkan diri kepada sesama manusia karena harta, pangkat dll. Manusia yang mengerti betul hakekat dirinya akan tawadhu kepada Allah dan kepala sesama manusia. 

Tawadhu kepada Allah dengan menerima sepenuh hati semua yang berasal dari Allah dan rasul Nya. Tawadhu kepada manusia dengan tidak merasa lebih unggul dan lebih baik dari pada orang lain.

(Dikutip dari tulisan Ustadz Aris Munandar). Wallahu A'lam bish Shawwab.

Artikel keren lainnya:

Kultum: Akad Bathil, Ini Yang Biasa Pembeli Lakukan

Perhatian Buat Para Yang Sering Belanja
Jangan Beri Makan Keluarga dengan Belanja Berakad Bathil


Jangan sampai kita bertransaksi jual beli seperti ini..... ya
Ini adab jual beli.. Pembeli : "Bang Ayam sekilo brp..?"
Abang : "28ribu bu..!"
Pembeli : "27 ribu deh..!"
Abang : "iya deh"
Pembeli : "hati ampela" sepasangnya brp..?"
Abang : "2 ribu.."
Pembeli : minta 3 pasang, "Sama ceker sekilo ya.."
Abang : "ceker sekilo nya 16.000 ."
Pembeli : "Udah lempengin jadi 15 aja..!"
Abang : "iya udah.."
Pembeli : "Jadi total brp bang semua..?"
Abang : "Ayam + hati ampela + ceker jadi 48 ribu”
Pembeli : "Alah udah 45 ribu aja.. Nih 50 ribu, kembaliin goceng sini..!"
Abang : Hmmmmm..
Pembeli : kasih bonus sayap satu ini yaa (sambil masukin sayap ke kantong kresek)
Abang: Grrrrrrr

Wahai pembeli shalih/ah  dalam jual beli ada 3 rukun yg harus terpenuhi, yaitu:
1. Al Aqidan (penjual & pembeli)
2. Al Ma'qud alaih (uang & barang)
3. Shigat Akad. Shigat Akad adalah bentuk isyarat dari penjual dan pembeli yg melakukan transaksi tanpa paksaan.

Nah kira² sudahkah kita perhatikan sikap kita yg biasa berbelanja dalam bertransaksi..? Sudah ikhlaskah penjual melepas barang dagangan nya..? Jangan sampai tidak ikhlas nya penjual melepas barang dagangan nya menjadikan barang yg kita beli menjadi tidak diridhai karena dilakukan dengan bathil atau memaksa penjual.
“Hai orang-orang yg beriman, janganlah kamu memakan harta sesama mu dgn cara yg Bathil, kecuali dgn jalan perniagaan yg berlaku dengan suka sama suka di antara kamu" (QS.An-Nisaa:29)

Uang yg kita dapat halal.
Untuk beli barang yg halal juga.
Jangan sampai rusak karena transaksi nya yg tak diridhai Allah.. Selamat berbelanja
#selfreminder

Artikel keren lainnya:

PERBAGUSLAH AKHLAK SELAMA RAMADHAN ("Selama kita mau")

PERBAGUSLAH AKHLAK SELAMA RAMADHAN ("Selama kita mau")

#KULTUM RAMADHAN#


"Guru, mengapa aku tidak bisa bersemangat padahal ini adalah bulan Ramadhan?" Tanya seorang murid.

Gurunya lalu tersenyum dan bertanya balik, "Apakah engkau bersemangat di bulan Sya'ban?"

"Tidak,"

"Apakah engkau bersemangat di bulan Rajab?"

"Juga tidak,"

"Kalau begitu, engkau juga tidak akan bersemangat di bulan Ramadhan. Ketahuilah kesalahan bukan pada bulan ini, namun pada dirimu. Jika akhlakmu masih seperti ini, maka bulan apapun sama saja bagimu."

Si murid tertunduk sedih. Memang betul apa yang dikatakan gurunya tersebut. Banyak orang menunggu bulan Ramadhan untuk perbanyak amal, ternyata setelah mereka bertemu, amalannya sama saja.

Persis seperti seorang karyawan yang berpindah-pindah kantor karena tidak cocok dengan iklim kerja di tempat-tempat sebelumnya. Namun sudah beberapa kantor pun tetap saja tak ada yang cocok dengan dirinya.

Belakangan ia mengetahui bahwa kesalahan bukan pada kantornya, namun pada dirinya sendiri. Jika pribadinya masih seperti itu, maka kantor manapun sama saja baginya.

"Tapi kau tak perlu khawatir, karena akhlak manusia bisa berubah." Sang guru lantas mengejutkan murid yang sedang termenung itu. 

"Dahulu Al-Imam Ghazali pernah berkata bahwa seandainya akhlak itu tak bisa diubah, maka seluruh nasihat dan pelajaran selama ini adalah hal yang tidak ada gunanya!" 

Tepatlah kiranya apa yang disampaikan Hujjatul Islam tersebut, bahwa selama belasan abad ini, untuk apakah nasihat dan pelajaran disampaikan kalau bukan untuk mengubah akhlak manusia menjadi semakin baik? Ini artinya, akhlak memang bisa berubah. 

Hal itulah yang dimaksud oleh hadist Rasulullah dalam kitab Ihya Ulumuddin, 

حسنوا اخلاقكم 

“Perbaguslah akhlak kalian."

Adanya perintah dari Rasulullah, menunjukkan bahwa akhlak memang bisa berubah menjadi lebih bagus. Seandainya tidak, lalu buat apa Rasulullah memerintahkan hal yang tidak mungkin terjadi. 

Maka tidak perlu bersedih wahai diri yang tidak mendapati kenikmatan bulan Ramadhan. Karena kita bisa mengubahnya selama kita mau. Mulailah akrab dengan Al-Quran. Mulailah melawan ajakan nafsu untuk bersantai-santai. Mulailah kalahkan kantuk di sepertiga malam untuk tahajud. 

Jadikan Ramadhan sebagai momentum kita berubah! Karena akhlak manusia memang bisa diubah. Selama kita mau. 

Salam Ramadhan.
Waktunya menjamu dia yang dinanti kedatangannya selama sebelas bulan! Wallahu A'lam bish Shawwab.

Artikel keren lainnya:

Teks Tausyih Semua Maqam (Bayyati, Shaba, Hijaz, Rast, Sika, Jiharkah, Nahawand)

Belajar Tausyih Bersama KH Muammar ZA
Bagi para qori atau qoriah yang membaca Al-Qur’an dengan irama yang sangat merdu, maka wajib baginya berlatih tarannum atau irama tilawah. Yang masyhur ada 7 maqam tilawah atau irama dalam seni baca Al-Qur’an, yaitu: Bayyati, Shaba, Hijaz, Rast, Sika, Jiharkah, dan Nahwand. Pada setiap maqam ada beberapa vareasi lagi.
Berikut adalah tausyih yang berupa kumpulan bait-bait syair untuk belajar dan mengenal maqam tarannum:
1. Bayati
a. Qarar (Dasar)
b. Nawa (Menengah)
c. Jawab (Tinggi)
d. Jawabul Jawab (Tertinggi)
Selain variasi diatas, terdapat variasi khusus pada Bayyati, yaitu Husaini dan Syuri.
نُوْرُالنَّبِىِّ عَلَى اْلعَوَالِمِ اَسْفَارَا فَاَبَانَ اَسْبَابَ الرَّشَادِ وَاَظْهَارَا
وَشَرِيْعَةُ اْلاِسْلاَمِ رَاقَ رُوَاعُهَا وَاْلكُفْرُ اَصْبَحَ جَيْشُهُ مُتَقَهْقِرَا
لَمَّا اَتَى خَيْرُ اْلاَنَامِ بِدِيْنِهِ وَاْنَحَلَّ مَاعَقَدَ اْلغُوَاةَ مِنَ اْلعُرَى
هَامُوْا جَمِيْعًا بِالنَّىِّ وَدِيْنِهِ وَاْلكُفْرُ بَعْدَ اْلعُرْفِ صَارَ مُنَكَّرَا
وَاسْتَبْشَرُوْا بِاْلمُصْطَفَى وَبِنُوْرِهِ وَاْلكُلُّ صَاحَ مُهَلِّلًا وَّمُكَبِّرَا

Video tutorial tausyih Bayyati oleh KH Muammar ZA


2. Shaba
a. Shaba ashli
b. Jawab shaba
c. Jawab shaba ajami
d. Jawab shaba bastanjar
اَرَى طَيْرًاعَلىَ اْلغُصْنِ يُنَادِى اَتَتْ بُشْرَى لِمَجْرُوْحِ اْلفُؤَادِى
بَدَتْ لَيْلاً فَاَضْحَى عَاشِقُوْهَا رُكُوْعًا سُجُوْدًا فِى كُلِّ وَادِى

Video tutorial tausyih Shaba oleh KH Muammar ZA


3. Hijaz
a. Hijaz ashli
b. Hijaz kar
c. Hijaz kur
d. Hijaz kar kur
َاوَرْدَةً وَسْطَ الرِّيَاضِ مُطِلَّةً تُزْرِيْ بِوَجْهِ ذَاتِ خَضْرٍ عَاطِرًا
اَللهُ زَادَ مُحَمَّدًا تَعْظِيْمًا وَهَبَاهُ فَضْلًا مِّنْ لَدُنْهُ عَمِيْمًا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
يَا مَنْ سَمَا السَّبْعَ الطِّبَاقَ مِنَ الْعُلَا   وَدَنَا وَكَلَّمَ رَبَّهُ وَتَشَرَّفَ
أَنْتَ الَّذِيْ وَطِئَ الْبِسَاطَ بِنَعْلِهِ وَبِخَلْعِهِ فِي الطُّوْرِ مُوْسَى كُلِّفَا

Video tutorial tausyih maqam Hijaz oleh KH Muammar ZA


4. Rast
a. Sika ashli
b. Sika ‘ala nawa
يَا سَيِّدَ الْكَوْنَيْنِ يَا عَلَمَ الْهُدَى يَا بَدْرَ تِمٍّ فِي الْوُجُوْدِ عَلَى الْمَدَى
يَا كَوْكَبًا فَوْقَ الْبُدُوْرِ بِحُسْنِهِ يَا مُرْسَلًا بِالْحَقِّ دَوْمًا سَرْمَدَا

Video tutorial tausyih maqam Rast oleh KH Muammar ZA


5. Sika
a. Sika ashli
b. Sika turki
c. Sika mishri
يَا مَنْ يُرَجَّى فِي الْقِيَامَةِ حَيْثُ لَا أُمٌّ تُرَجَّى فِي النَّجَاةِ وَلَا أَبُ

Video tutorial tausyih maqam Sika oleh KH Muammar ZA


6. Jiharkah
a. Jiharkah ashli
b. Jawab jiharkah
اَللهُ زَادَ مُحَمَّدًا تَعْظِيْمًا وَهَبَاهُ فَضْلًا مِّنْ لَّدُنْهُ عَمِيْمًا
وَاخْتَصَّهُ فِي الْمُرْسَلِيْنَ كَلِيْمًا ذَارَأْفَةٍ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَحِيْمًا

Video tutorial tausyih maqam Jiharkah oleh KH Muammar ZA


7. Nahawand
a. Nahawand ashli
b. Jawab ashli
إِلَى كَمْ ذَا التَّجَالِّى وِذَا التَّجَانِّى إِمَّا يَكْفِيْكَ يَا غُصْنَ التَّسَانِّى

Video tutorial tausyih maqam Nahawand oleh KH Muammar ZA


Sekian dan demikian. Semoga bermanfaat.

Artikel keren lainnya:

Tamyiz dalam Nahwu (Pengertian, Pembagian, dan Contoh)

Pembahasan Materi Tamyiz dalam Nahwu (Pengertian, Pembagian dan Contoh)
Pengertian Tamyiz
Tamyiz adalah isim nakirah yang dibaca manshub sebagai penjelas kata yang samar atau untuk memerinci kata yang masih umum.
Tamyiz
Contoh tamyiz:
اشْتَرَيْتُ رِطْلًا عَسَلًا
أَحْمَدُ أَكْثَرُ مِنْ زَيْدٍ عِلْمًا
Artinya:
Aku membeli satu rithl madu.
Ahmad lebih banyak daripada Zaid yakni ilmunya.
Kata (عَسَلًا) merupakan penjelas bagi kata (رِطْلًا) yang tentunya masih samar dan bisa difahami bila ada tamyiznya. Adapun kata (عِلْمًا) merupakan tamyiz dari (أَحْمَدُ) dan (زَيْدٍ) yang masih umum, sehingga ada tamyiz yang membuat kita faham maksudnya. Kata yang ditamyiz disebut dengan mumayyaz. Perbedaan tamyiz pada contoh di atas adalah pada contoh pertama bermakna “dari”, sedangkan yang keduan bermakna “milik” dari musnadnya. Maka contoh di atas semakna dengan:
اشْتَرَيْتُ رِطْلًا مِنْ عَسَلٍ
عِلْمُ أَحْمَدَ أَكْثَرُ مِنْ عِلْمِ زَيْدٍ
Pembagian Tamyiz
Tamyiz ada dua macam:
Pembagian tamyiz ada yang yang mengistilahkan dengan tamyiz dzat dan nisbat. Ada juga yang membagi dengan istilah malfudz dan malhudz.
1. Tamyiz Dzat atau Malfudz
Digunakan sebagai tamyiz bagi lafazh-lafazh yang menunjukkan :
a. Adad/bilangan (11-99)
Berlaku bagi jumlah antara 11 sampai 99. Adapun selain itu diidhafahkan.
اشْتَرَيْتُ سِتَّةَ عَشَرَ كِتَابًا
فِي الْمَدْرَسَةِ ثَلَاثُوْنَ قَاعَةً
b. Ukuran Jarak
اشْتَرَيْتُ ذِرَاعًا صُوْفًا
عِنْدِيْ هِكْتَارٌ أَرْضًا
c. Ukuran Takaran
اشْتَرَيْتُ صَاعًا قَمْحًا
عِنْدِيْ لِيْتِرٌ حَلِيْبًا
d. Ukuran Berat
عِنْدِيْ رِطْلٌ تُفَّاحًا
اشْتَرَيْتُ كِيْلُوْ جِرَامًا لَحْمًا
2. Tamyiz Nisbat atau Malhudz
Yaitu tamyiz untuk menghilangkan kesamaran makna umum dari penisbatan dua lafazh di dalam tarkib jumlah. Tamyiz nisbat/malhudz merupakan peralihan dari mubtada’, fa’il, atau maf’ul. Artinya tamyiz tersebut bisa diidgafahkan dengan mumayyaznya dan berkedudukan sebagai mubtada’, fa’il, atau maf’ul.
a. Tamyiz peralihan dari mubtada’
الْمُدَرِّسُ أَكْثَرُ مِنَ الطَّالِبِ عِلْمًا
Asalnya:
عِلْمُ الْمُدَرِّسِ أَكْثَرُ مِنَ عِلْمِ الطَّالِبِ
b. Tamyiz peralihan dari fa’il
حَسُنَ الشَّابُّ خُلُقًا
Asalnya:
حَسُنَ خُلُقُ الشَّابِّ
c. Tamyiz peralihan dari maf’ul
غَرَسَ أَحْمَدُ الْأَرْضَ شَجَرًا
Asalnya:
غَرَسَ أَحْمَدُ شَجَرَ الْأَرْضِ
Contoh Tamyiz Dalam Al-Qur’an
Berikut ada beberapa contoh tamyiz yang terdapat di Al-Qur’an disertai dengan keterangan ayat dan surat:
Maryam: 4
وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا
Al-Qomar: 12
وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا
Ali Imron: 91
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ
Az-Zalzalah: 7-8
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
• Yusuf: 4
إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا
• Al-Baqarah: 138
صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً
• Al-Baqarah: 165
وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
• Ali Imran: 90
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ تَوْبَتُهُمْ
• Thaha: 98
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا
• Hud: 24
مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ كَالْأَعْمَى وَالْأَصَمِّ وَالْبَصِيرِ وَالسَّمِيعِ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا
• Al-Isra: 37
إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
• Al-Kahfi: 19
فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا
• Al-Kahfi: 81
فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا
*****
Sekian pembahasan tentang tamyiz mulai dari pengertian, pembagian dan contohnya dalam Al-Qur’an. Semoga bermanfaat.
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya. Blog ini banyak membahas tentang ilmu bahasa Arab (sharaf, nahwu, balaghah, dll) dan Al-Qur’an (tajwid, qiraat, tafsir, dl).

Artikel keren lainnya:

Tips Agar ‎Tidak ‎Bosan ‎Baca Membaca Al-Qur'an


AGAR TIDAK BOSAN BACA AL-QURAN


Utsman bin al-Affan mengatakan:
لَوْ طَهُرَتْ قُلُوبُكُمْ مَا شَبِعْتُمْ مِنْ كَلَامِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Andai hatimu benar-benar bersih niscaya engkau tidak akan pernah bosan untuk membaca firman-firman Allah”
(az-Zuhd karya Imam Ahmad no 686).

Mungkin kita merasa jenuh dan bosan untuk membaca atau mendengarkan al-Qur'an.  Terkadang merasa lebih nikmat dan asyik mendengarkan obrolan yang tidak bermanfaat. 

Ini semua sebabnya adalah karena kurang bersihnya hati. Hati yang benar-benar bersih sedikitpun tidak akan merasa bosan untuk membaca dan mendengarkan bacaan Al-Quran. 

Rasa nikmat dan asyik membaca atau mendengarkan Al-Quran itu berbanding lurus dengan kualitas kebersihan hati. Ketika hati makin bersih bacaan Al-Quran terasa makin nikmat.  Sebaliknya semakin hati itu kotor bacaan Al-Quran semakin kurang menarik. 

Yang membuat kotornya hati itu maksiat dan sifat-sifat buruk hati semisal sombong, tamak dengan dunia dengan berbagai bentuknya. 

Hal yang membersihkan hati adalah berbagai amal ibadah dan sifat-sifat hati yang baik semisal merasa diawasi oleh Allah, sadar bahwa mati itu mudah dan dekat, berorientasi kepada akhirat dll.

(Dikutip dari tulisanUstadz Aris Munandar). Wallahu A'lam bish shawwab.

Artikel keren lainnya:

Pengertian, Pembagian, dan Contoh Hal dalam Nahwu

Pembahasan Hal dalam Ilmu Nahwu (Pengertian, Macam, dan Contoh di Al-Qur'an)
Pengertian Hal
Hal adalah isim nakirah manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau maf’ul ketika terjadinya suatu peristiwa. Fa’il atau maf’ul yang dijelaskan oleh hal disebut dengan shahibul hal dan shahibul hal harus berupa ma’rifah.
Contoh:
ذَهَبْتُ إِلَى الْمَدْرَسَةِ رَاكِبًا
شَرِبْتُ الْمَاءَ صَافِيًا
Kata (رَاكِبًا) merupakan hal yang menjelaskan keadaan fa’il. Adapun kata (صَافِيًا) merupakan hal yang menjelaskan keadaan maf’ul.
Pembagian Hal
Hal bisa terbagi menjadi 3 macam, yaitu mufrad, syubhul jumlah, dan jumlah.
Pembagian Hal
Berikut penjelasan dari setiap poinnya:
1. Mufrad
Beberapa ketentuan hal yang berupa mufrad:
a. Harus ada kesesuaian dengan shahibul hal.
Maksudnya ada muthabaqah antara hal dan shahibul hal dalam hal ‘adad (mufrad, mutsanna, dan jama’) serta nau’nya (mudzakkar dan muannats).
عَادَتِ الطَّائِرَةُ سَالِمَةً
عَادَتِ الطَّائِرَتَانِ سَالِمَتَانِ
عَادَتِ الطَّائِرَاتُ سَالِمَةً
لَا تَأْكُلْ مُسْرِفًا
لَا تَأْكُلَا مُسْرِفَيْنِ
لَا تَأْكُلُوْا مُسْرِفِيْنَ
b. Biasanya hal yang berupa mufrad terbentuk dari isim mustaq.
رَأَيْتُ الطَّالِبَ مَسْئُوْلًا
c. Ada juga hal yang berupa isim jamid (isim mashdar atau isim jinis).
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
اشْتَرَيْتُ الْكِتَابَ يَدًا بِيَدٍ
d. Ada juga yang berupa mudhaf ilaih
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
2. Syibhul jumlah
Hal yang berupa syibhul jumlah bisa terdir dari zharaf atau jar majrur.
أَقْبَلَ الْعِيْدُ بالْخَيْرَاتِ
رَأَيْتُ الطَّائِرَةَ بَيْنَ السَّحَابِ
3. Jumlah
Hal yang berupa jumlah bisa berbentuk jumlah ismiyyah atau fi’liyyah. Tentunya pada jumlah tersebut harus ada dhamir yang kembali ke shahibul halnya. Sebelum jumlah ismiyyah yang menjadi hal harus ada wau athaf.
جَاءَ الطِّفْلُ وَهُوَ يَبْكِى
جَاءَ الطِّفْلُ يَبْكِى
Ketentuan Posisi Hal
Pada dasarnya posisi hal adalah terletak setelah jumlah. Namun, ada beberapa ketentuan lain terkait posisi hal dalam jumlah.
Wajib mendahulukan hal daripada shahibul hal apabila:
1. Shahibul halnya nakirah yang tidak
أَقْبَلَ مُسْرِعًا قِطَارٌ
2. Shahibul hal ditakhshish dengan qashr
مَا حَضَرَ مُتَأَخِّرًا إِلَّا زَيْدٌ
Wajib mengakhirkan hal setelah shahibul hal apabila:
1. Hal ditakhshish dengan qashr
مَا جَاءَ النَّاجِحُ إِلَّا فَرِحًا
2. Shahibul hal berupa idhafah
أَعْجَبَنِيْ قَوْلُكَ صَادِقًا
3. hal berupa jumlah yang disertai wau
انْطَلَقَ الْقِطَارُ وَقَدْ حَلَّ اللَّيْلُ
>>> Baca juga: Uslub qashr (takhshish)
Contoh Hal Di Al-Qur’an
Berikut contoh hal dalam Al-Qur’an dilengkapi keterangan surat dan ayat:
Nuh: 14
وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا
Al-Baqarah: 60
كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
An-Nisa’: 79
وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا
Al-Ahqaf: 7
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آَيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ
Ali Imran: 17
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ
Al-‘An’am: 126
وَهَذَا صِرَاطُ رَبِّكَ مُسْتَقِيمًا قَدْ فَصَّلْنَا الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ
Ash-Shaff: 4
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
• Al-Hasyr: 17
فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا
Al-Fajr: 28
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
Ibrahim: 43
مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ
Al-Hijr: 67
وَجَاءَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ يَسْتَبْشِرُونَ
Al-Qashash: 79
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ
Al-Hadid: 29
وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ
• Ghafir: 28
وَقَالَ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ
Maryam: 39
وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Ash-Shaffat: 41-42
أُولَئِكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَعْلُومٌ. فَوَاكِهُ وَهُمْ مُكْرَمُونَ
• Al-Baqarah: 187
وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
*****
Semoga tulisan di atas bermanfaat dan semakin faham tentang ilmu nahwu dan bahasa Arab.

Artikel keren lainnya:

Hukum Idgham: Pengertian, Pembagian, dan Contoh

Pembahasan Idgham dalam Ilmu Tajwid
Pengertian Idgham (Tajwid)
Idgham adalah memasukkan satu huruf kepada huruf lainnya seakan-akan melafalkan huruf yang sama. Idgham dalam ilmu tajwid berlaku apabila ada dua huruf yang sama atau berdekatan dalam makhraj dan sifat saling bertemu.
Pembagian Idgham
Ada banyak istilah idgham disesuaikan dengan cara pandang dalam pembagiannya. Berikut ini macam-macam idgham yang terdapat dalam ilmu tajwid.
1. Mutamatsilain, Mutajanisain, dan Mutaqaribain
Bila dilihat dari segi jarak makhraj dan shifat kedua huruf yang diidghamkan, maka idgham terbagi menjadi idgham mutamatsilain, idgham mutajanisain, dan idgham mutaqaribain.
a. Idgham Mutamatsilain
Idgham mutamatsilain adalah apabila dua huruf yang sama makhraj dan shifatnya bertemu dan yang pertama sukun. Contohnya dal sukun bertemu dal, kaf sukun bertemu kaf, lam sukun bertemu lam, dll.
Contoh:
• Al-Baqarah: 16 (ta’ bertemu ta’)
فَمَا رَبِحَتْ تِّـجَارَتُهُمْ
• Al-Maidah: 61 (dal bertemu dal)
وَقَـدْ دَّخَلُواْ
• Al-Anbiya’: 87 (dzal bertemu dzal)
إِذْ ذَّهَبَ
b. Idgham Mutajanisain
Idgham mutajanisain adalah apabila ada dua huruf yang sama makhrajnya tapi beda sifatnya bertemu dan huruf yang pertama sukun. Akan tetapi, kaidah tersebut tidak berlaku pada semua huruf. Idgham mutajanisain berlaku pada:
• Ta’ (ت) sukun bertemu Tha’ (ط)
• Tha’ (ط) sukun bertemu Ta (ت)
• Ta’ (ت) sukun bertemu Dal (د)
• Dal (د) sukun bertemu Ta (ت)
• Tsa’ (ث) sukun bertemu Dzal (ذ)
• Dzal (ذ) sukun bertemu Zha’ (ظ)
• Ba’ (ب) sukun bertemu Mim (م)
Contoh:
• Ali Imran: 69
وَدَّتْ طَّـآئِفَةٌ
• Ali Imran: 122
إِذْ هَمَّتْ طَّـآئِفَتَانِ
• Al-Maidah: 28
لَئِن بَسَطْتَّ
c. Idgham Mutaqaribain
Idgham mutaqaribain adalah apabila dua huruf yang berdekatan makhrajnya dan berbeda sifatnya bertemu dan huruf yang pertama sukun. Kaidah di atas tidak berlaku secara umum.  Dalam bacaan riwayat Imam Hafsh dari Imam Ashim, Idgham mutaqaribain hanya berlaku pada huruf-huruf berikut:
• Qaf (ق) sukun bertemu kaf (ك).
• Lam (ل) sukun bertemu ra' (ر).
• Lam ta'rif (ال) bertemu huruf berikut:
ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ن
• Nun (ن) sukun bertemu ya' (ي), mim (م), wau (و), lam (ل) dan ra' (ر).
Contoh:
• Al Mukminun: 97
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ
• Al Qoshosh: 85
قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ
• Al Mursalat: 20
أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ
2. Idgham Kabir dan Idgham Shagir
a. Idgham Kabir
Idgham kabir adalah idgham dua huruf dimana keduanya berharakat.
Contoh idgham kabir:
سَلَكَكُمْ سَلَكْكُّمْ
فِيْهِ هُدًى فِيْهْ هُّدًى
Dalam qiraah Imam ‘Ashim tidak berlaku idgham kabir. Namun ada beberapa kata yang diidghamkan dimana keduanya berharakat namun secara tulisan pun sudah diidghamkan. Berikut diantaranya:
> Kata (مَكَّنِّيْ)
Kata (مَكَّنِّيْ) asalnya (مَكَّنَنِيْ) sebagaimana terdapat pada Al-Kahfi ayat 95.
> Kata (تَأْمَنَّا)
Kata (تَأْمَنَّا) asalnya (تَأْمَنُنَا) sebagaimana terdapat pada Yusuf ayat 11.
hanya saja dalam kata di atas ada dua cara membacanya, yakni dengan isymam atau raum.
> Kata (تُحَاجُّونِّي)
Kata (تُحَاجُّونِّي) asalnya (تُحَاجُّونَنِي) sebagaimana terdapat pada Al-An’am ayat 80.
> Kata (تَأْمُرُونِّي)
Kata (تَأْمُرُونِّي) asalnya (تَأْمُرُونِّي) sebagaimana terdapat pada Az-Zumar ayat 64.
b. Idgham Shagir
Idgham shagir adalah idgham dua huruf dimana yang pertama sukun dan yang kedua berharakat.
Contoh idgham shagir:
نْ ي = مَنْ يَعْمَلْ
دْ ت = عَبَدْتُّمْ
لْ ن = وَالنَّاسُ
3. Idgham Kamil dan Idgham Naqish
a. Idgham Kamil
Idgham kamil artinya adalah idgham yang sempurna. Adapun dalam istilah ilmu tajwid idgham kamil adalah memasukkan huruf ke huruf yang lainnya secara sempurna baik makhraj maupun sifatnya. Contohnya:
عَبَدْتُّمْ – مِنْ نِّعْمَةٍ – عَصَوْا وَّكَانُوْا - اَلدَّهْرِ
Contoh diatas merupakan bacaan idgham kamil karena huruf yang pertama melebur ke huruf yang kedua sehingga lafal huruf yang pertama tidak tersisa sama sekali.
b. Idgham Naqish                   
Idgham naqish adalah memasukkan huruf ke huruf yang lainnya namun ada beberapa sifat yang masih muncul pada huruf yang pertama. Contoh:
مَنْ يَعْمَلْ – مِنْ وَّالٍ – بَسَطْتَ – اَلَمْ نَخْلُقْكُّمْ
Mengapa contoh-contoh di atas dikategorikan idgham naqish:
> Idgham pada kata pertama dan kedua disertai dengan ghunnah. Ghunnah adalah sifat yang terdapat pada huruf nun. Sedangkan ya’ dan wau tidak memiliki sifat ghunnah. Ketika nun diidghamkan ke huruf ya’ dan wau masih menyisakan sifat yang terdapat pada nun yaitu ghunnah sehingga termasuk idgham naqish.
> Idgham pada kata (بَسَطتَّ) masih menyisakan sifat ithbaq yang terdapat pada huruf tha’ sehingga idghamnya tidak sempurna. Adapun kata (نَخْلُقْكُمْ) ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan masih terdapat sifat isti’la pada huruf qaf ada juga yang mengatakan qaf didghamkan secara sempurna ke huruf kaf.
Kesimpulan
Idgham kamil terdapat pada:
> Idgham syamsiyah
> Idgham bila ghunnah
> Idgham bighunnah (selain wau dan ya’)
> Idgham mutamatsilain
> Idgham mutajanisain (selain tha’ ke ta’)
> Idgham mutaqaribain
Idgham naqish terdapat pada:
> Idgham bighunnah (selain mim dan nun)
> idgham tha’ ke ta.
4. Idgham Bighunnah dan Idgham Bilaghunnah
a. Idgham Bighunnah
Idgham bighunnah adalah apabila nun mati atau tanwin menghadapi huruf ya (ي), nun (ن), mim (م) dan wau (و) yang dikumpulkan pada kata (يَنْمُوْ). Cara membacanya adalah nun mati dan tanwin dileburkan kepada huruf idgham bighunnah disertai dengung dua harakat.
Contoh:
مَنْ يَّقُوْلُ - خَيْرٌ وَّأَبْقَى - مِنْ مَّسَدٍ - عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ
Selain pada hukum nun sukun dan tanwin, ada lagi idgham yang disertai dengan ghunnah, yaitu:
> Mim sukun bertemu mim.
> Lam ta’rif bertemu nun.
b. Idgham Bilaghunnah
Idgham bilaghunnah ialah apabila nun sukun atau tanwin menghadapi huruf lam (ل) dan ra’ (ر). Cara bacanya nun sukun atau tanwin dileburkan pada huruf berikutnya tanpa mendengung. Nun sukun diidghamkan ketika bertemu Lam dan Ro’ karena dekatnya makhraj antara Nun, Lam dan Ra’.
Contoh:
أَنْ لَّـمْ يَرَهُ - غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
5. Idgham Syamsiyyah
Idgham syamsiyyah adalah apabila lam ta'rif bertemu dengan 14 huruf idgham syamsiyah. Huruf idgham syamsiyah terkumpul pada bait berikut:
طِبْ ثُمَّ صِـلْ رَحْمًا تَـفُـزْ ضِفْ ذَا نِعَمْ * دَعْ سُوْءَ ظَنٍّ زُرْ شَرِيْفًا لِلْكَرَمْ
Apabila diambil huruf inisial dari bait di atas, maka didapati:
ط ث ص ر ت ض ذ ن د س ظ ز ش ل
dan apabila diurutkan sesuai urutan hijaiyah menjadi:
ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن
Contoh:
وَالشَّمْسِ – وَالضُّحَى - مِنَ الذَّهَبِ - وَمِنَ النَّاسِ - وَإِذَا الرُّسُلُ
*****
Itulah istilah-istilah idgham yang terdapat dalam pembahasan ilmu tajwid. Untuk praktik yang lebih tepatnya harus talaqqi kepada guru yang sudah ahli. Semoga bacaan Al-Qur’an kita fasih dan sesuai dengan ilmu tajwid. Amin,

Artikel keren lainnya: