Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Maf'ul Bih: Pengertian, Pembagian, Contoh dan Kaidah

Pengertian Maf'ul Bih | Pembagian Maf'ul Bih | Contoh Maf'ul Bih | Kaidah Maf'ul Bih
A. Pengertian Maf’ul Bih
Maf’ul bisa diartikan objek dalam bahasa Indonesia. Adapun dalam istilah ilmu nahwu, maf’ul adalah:
اَلْمَفْعُوْلُ بِهِ إِسْمٌ مَنْصُوْبٌ يَدُلُّ عَلَى مَنْ وَقَعَ عَلَيْهِ الْفِعْلُ الْفَاعِلُ وَلَا تَتَغَيِّرُ مَعَهُ صُوْرَةُ الْفِعْلِ
Artinya :
Maf’ul bih adalah isim manshub yang menunjukkan kepada orang orang yang ditimpakan pekerjaan pelaku kepadanya dan bentuk pekerjaan tidak berubah karena adanya maf’ul.
Maf'ul Bih
Contoh:
كَتَبَ أَحْمَدَ الرِّسَالَةَ
يَفْتَحُ الأُسْتَاذُ بَابًا
شَرِبَتْ مَرْيَمُ اللَّبَنَ
Artinya:
Ahmad menulis surat
Ustadz membuka pintu
Maryam minum air susu
Dari contoh di atas kata (الرِّسَالَةَ), (بَابًا) dan (اللَّبَنَ) kedudukannya sebagai maf’ul atau objek dan irabnya nashab. Tanda nashab ketiga kata tersebut ditandai dengan fathah diakhirnya.
B. Pembagian Maf’ul Bih
Dilihat dari bentuk katanya, maf’ul bih dibagi menjadi isim mu’rab, isim mabni dan mashdar muawwal.
1. Isim mu’rab
Maf’ul bih berupa isim mu’rab apabila isim yang menjadi maf’ul berubah irabnya ketika dimaasuki amil yang berbeda. Contoh maf’ul bih berupa isim mu’rab:
ضَرَبَ عَلِيٌّ كَلْبًا
يَقْرَأُ مُحَمَّدُ الْقُرْآنًا
Kata (كَلْبًا) dan (الْقُرْآنًا) bisa berubah irabnya sesuai amil atau kedudukannya.
2. Isim Mabni
Maf’ul bih juga bisa berupa isim mabni seperti isim dhamir, isim isyarah dan isim maushul. Maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir (kata ganti) terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Dhamir Muttashil (bersambung)
Maf’ul bih dhamir muttashil ada dua belas,yaitu:
ضَرَبَنِيْ – ضَرَبَنَا – ضَرَبَكَ – ضَرَبَكِ – ضَرَبَكُمَا – ضَرَبَكُمْ – ضَرَبَكُنَّ – ضَرَبَهُ - ضَرَبَهَا – ضَرَبَهُمَا – ضَرَبَهُمْ - ضَرَبَهُنَّ
b. Dhamir Munfashil (terpisah)
Maf’ul bih dhamir Munfashil ada dua belas, yaitu :
إِيَّايَ – إِيَّانَا – إِيَّاكَ – إِيَّاكِ – إِيَّاكُمَا – إِيَّاكُمْ – إِيَّاكُنَّ – إِيَّاهُ – إِيَّاها – إِيَّاهما – إِيَّاهُمْ - إِيَّاهُنَّ
Contoh maf’ul bih dari isim mabni:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Kata (إِيَّاكَ) merupakan maf’ul bih yang berupa dhamir munfashil.
اِشْتَرَيْتُ هَذَا الْكِتَابَ
Kata (هَذَا) merupakan maf’ul bih yang berupa isim isyarah.
أَكْرِمْ مَنْ أَكْرَمَكَ
Kata (مَنْ) merupakan maf’ul bih yang berupa dhamir munfashil. Adapun dhamir kaf (كَ) merupakan maf’ul yang berupa dhamir muttashil.
3. Mashdar Muawwal
Maf’ul bih yang berupa mashdar muawaal bisa terdiri dari (أَنْ) dan fi’il atau (أَنَّ) dengan isim serta khabarnya. Contoh:
أَمَرَ اللهُ عَلَيْكَ أَنْ تَشْهَدَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Mashdar muawwal (أَنْ) dan (تَشْهَدَ) merupakan maf’ul bih dari fi’il (أَمَرَ). Sedangkan kata (أَنَّ) dengan isim serta khabarnya merupakan maf’ul dari fi’il (تَشْهَدَ).
C. Kaidah Penempatan Maf’ul Bih
1. Posisi standar dalam bahasa Arab adalah fi’il, fa’il dan maf’ul.
Contoh:
يَفْتَحُ أَحْمَدُ الْأَبْوَابَ
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ
2. Boleh mendahulukan maf’ul sebelum fa’il apabila maf’ul dan fa’ilnya berupa isim zhahir.
Contoh:
يَجْنِي القُطْنَ الفَلَّاحُ
3. Boleh mendahulukan maf’ul sebelum fi’il dan fa’il apabila maf’ulnya berupa isim zhahir.
Contoh:
فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ
4. Wajib mengakhirkan maf’ul apabila maf’ulnya berupa isim dhamir.
Contoh:
أَمَرْتُكَ
أَكْرَمَنِيْ أَحْمَدُ
5. Wajib mengakhirkan maf’ul apabila ditakutkan ada kesalahan faham apabila di dahulukan.
Contoh:
أَكْرَمَتْ عَائِشَة فَاطِمَة
Kalau maf’ulnya didahulukan maka akan ada yang menyangka bahwa maf’ulnya adalah yang terakhir.
6. Wajib mendahulukan maf’ul sebelum fi’il dan fa’il apabila maf’ulnya berupa isim dhamir munfashil.
Contoh:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
7. Boleh menghilangkan fi’il dan fa’il dan menyisakan maf’ulnya saja apabila bisa dipahami dari susunan kalimat.
Contoh:
Apabila ada yang bertanya “kamu bertemu siapa kemarin?” dijawab (عَلِيًّا). Yang dimaksud adalah:
قَابَلْتُ عَلِيًّا
D. Tanda I’rab Maf’ul Bih
Sebagai mana telah dijelaskan di atas, bahwa maf’ul adalah isim manshub. Artinya irab dari maf’ul adalah nashab. Tanda nashab pada maf’ul adalah fathah, alif, kasrah dan ya’. Tanda irab ini hanya berlaku pada isim mu’rab saja.
1. Fathah
Fathah menjadi tanda nashab pada maf’ul apabila berbentuk isim mufrad atau jama’ taksir.
Isim mufrad
ضَرَبَ خَلِيْلٌ كَلْبًا
Jama’ taksir
كَتَبَ الْمُدَرِّسُ النُّصُوْصَ
2. Alif
Alif menjadi tanda nashab pada maf’ul apabila maf’ulnya berbentuk isim lima.
رَأَيْتُ أَبَاكَ
3. Kasrah
Kasrah menjadi tanda nashab pada maf’ul apabila berbentuknya jama’ muanats salim.
رَاَيْتُ الطَّالِبَاتِ
4. Ya’
Ya’ menjadi tanda nashab pada maf’ul apabila berbentuk isim tatsniyah atau jama’ mudzakkar salim.
Isim tatsniyah
ضَرَبَتْ سَلْمَى قِطَّيْنِ
Jama’ mudzakar salim
رَأَيْتُ الْمُسْلِمِيْنَ
Apabila maf’ul berupa isim mabni, tanda i’rabnya tidak berubah. Akan tetapi i’rabnya sesuai dengan mahalnya pada kalimat.

Contoh:
اِشْتَرَيْتُ هَذَا الْكِتَابَ
Kata (هَذَا) merupakan maf’ul bih yang berupa isim isyarah. Irabnya fi mahal marfu’.
أَكْرِمْ مَنْ أَكْرَمَكَ
Kata (مَنْ) merupakan maf’ul bih yang berupa dhamir munfashil. Adapun dhamir kaf (كَ) merupakan maf’ul yang berupa dhamir muttashil. Irabnya fi mahal marfu’.
Sekian dan demikian. Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.

Artikel keren lainnya:

6 Tanggapan untuk "Maf'ul Bih: Pengertian, Pembagian, Contoh dan Kaidah"

  1. it's so perfect

    ReplyDelete
  2. Bismillah
    Maaf mau tanya untuk contoh yang يَقْرَأُ مُحَمَّدٌ القُرْآنًا.
    Kenapa harokat akhir maf'ul bih ditanwin? Padahal maf'ul bihnya diawali alif lam.
    Mohon penjelasannya ya, saya masih bingung.
    Terimakasih

    ReplyDelete
  3. thanks for answer :]

    ReplyDelete