Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Mad Ashli: Pengertian, Pembagian dan Contoh

Pengertian Mad Ashli | Pembagian Mad Ashli | Contoh Mad Ashli
Contoh Mad
Mad ashli adalah mad yang tidak membutuhkan sebab berupa hamzah atau sukun. Hal ini disebutkan dalam bait Tuhfatul Athfal:
وَالْمَـدُّ أَصْلِـيٌّ وَ فَرْعِـيٌّ لَهُ • وَسَــمِّ أَوَّلًا طَبِيعِـيًّـا وَهُو
مَا لاَ تَوَقُّـفٌ لَـهُ عَلَـى سَبَـبْ • وَلا بِدُونِـهِ الحُـرُوفُ تُجْتَـلَـبْ
بلْ أَيُّ حَرْفٍ غَيْرُ هَمْزٍ أَوْ سُكُـونْ • جَـا بَعْـدَ مَـدٍّ فَالطَّبِيعِـيَّ يَكُونْ
Artinya:
Mad itu ada ashli dan far’i. Mad ashli disebut juga mad thabi’i.
Mad ashli adalah mad yang tidak tergantung terhadap sebab, dan tidak akan ada dzat huruf mad jika tanpa ada mad ashli.
Bahkan setiap huruf selain hamzah dan sukun yang datang setelah huruf mad maka disebut mad thabii.
Sebagaimana kita bahwa mad adalah apabila:
• Alif yang sebelumnya fathah. Contoh (كَانَ)
• Ya’ sukun yang sebelumnya kasrah. Contoh (قِيْلَ)
• Wawu sukun yang sebelumnya dhammah. Contoh (أَعُوْذُ)
Apabila setelah ketiga keadaan di atas tidak ada huruf yang sukun atau hamzah, maka dikategorikan mad ashli. Seluruh ulama qiraat sepakat bahwa ukuran mad ashli adalah dua harakat atau satu alif.
Mad ashli bisa disebut juga mad thabii. Namun, jika melihat definisi, tak selamanya mad ashli adalah mad thabii. Intinya ada perbedaan antara mad ashli dan mad thabii. Mad thabii merupakan bagian dari mad ashli.
Pembagian Mad Ashli
Pada bagian ini saya akan menjelaskan macam-macam mad ashli. Penjelasan saya berbeda dengan materi di buku tajwid yang beredar selama ini. Saya tidak bermaksud menyalahkan atau menganggap saya yang paling benar. Semua kembali kepada teori dan ilmu yang saya terima dari guru-guru saya.
Mad ashli dibagi 4 macam, yaitu mad thabii, mad iwadh, mad shilah shugra, dan mad tamkin. Berikut penjelasannya:
1. Mad Thabii
Mad thabii adalah aapabila ada huruf mad dan tidak ada hamzah atau sukun setelahnya. Mad thabii ada dua:
a. Mad Thabii Kilmi
Yaitu mad thabii yang terdapat pada kata. Contoh:
قَالَ – يَقُوْلُ – قِيْلَ - نُوْحِيْهَا
b. Mad Thabii Harfi
Yaitu mad thabii yang terdapat pada huruf (ح ي ط ه ر) pada fawatihus suwar. Dalam kitab Tuhfatul Athfal dijelaskan:
وَمَا سِوَى الحَرْفِ الثُّلاَثِي لَا أَلِـفْ • فَـمَـدُّهُ مَــدًّا طَبِيعِـيًّـا أُلِــفْ
وَذَاكَ أَيْضًا فِـي فَوَاتِـحِ السُّـوَرْ • فِي لَفْظِ (حَيٍّ طَاهِرٍ) قَـدِ انْحَصَـرْ
Artinya:
Dan (huruf muqathaah) yang tidak terdiri dari tiga huruf selain alif, maka madnya disebut mad thabii.
Begitu juga mad tersebut terdapat di fawatihus suwar, yang terkumpul pada (حَيٍّ طَاهِرٍ).
Contoh mad thabii harfi terdapat pad huruf ha dan ya’ pada kata (كهعص), huruf tha dan Ha pada kata (طه), dan huruf ra’ pada kata (المر). Apabila dituliskan, kelima huruf fawatihus suwar tersebut terdiri dari dua huruf dimana huruf yang kedua merupakan huruf mad.
ح (حَا) - ي (يَا) – ط (طَا) - ه (هَا) – ر (رَا)
2. Mad Iwadh
Mad iwadh adalah mad yang terdapat pada tanwin fathah yang diwaqafkan. Apabila ada fathatain diwaqafkan, tanwin berubah menjadi harakat fathah tunggal. Mad iwadh tidak berlaku pada tanwin fathah yang terdapat pada  ta’ marbuthah. Ta’ marbuthah berharakat apapun ketika waqaf diibdalkan menjadi Ha’ (ه). Contoh mad iwadh:
وَكِيْلًا ← وَكِيْلَا، مَفْعُوْلًا ← مَفْعُوْلَا، عَجُوْلًا ← عَجُوْلَا
3. Mad Shilah Shugra/Qashirah
Mad shilah shugra adalah mad yang terdapat pada Ha’ dhamir yang yang sebelumnya bukan sukun dan setelahnya tidak ada sukun dan hamzah. Mad pada mad shilah berupa mad muqaddarah, yakni dalam tulisannya tidak ada huruf mad, tapi dalam pelafalannya terdapat mad. Contoh mad shilah shugra:
إِنَّهُ كَانَ - لَهُ مَا
Ada ha’ dhamir yang keluar dari ketentuan sebelumnya, yaitu:
• Ha’ dhamir pada surat az-Zumar 7
Ha’ dhamir pada Az-Zumar ayat tujuh dibaca pendek walaupun memenuhi syarat sebagai mad shilah yaitu pada ayat (يَرْضَهُ لَكُمْ). Sebenarnya sebelum Ha’ dhamir ada huruf sukun namun dibuang karena menjadi jawab syarat.
• Ha’ dhamir pada surat Al-Furqan 69
Ha’ dhamir pada kata (فِيْهِ مُهَاناً) dibaca panjang dua harakat meskipun huruf sebelumnya sukun.
4. Mad Tamkin
Ada 3 keadaan yang termasuk mad tamkin:
• Ya’ bertasydid dan berharakat kasrah bertemu ya’ sukun. Contohnya:
حُيِّيْتُمْ – عِلِيِّيْنَ - مِنَ النَّبِيِّيْنَ
 Ada huruf wau sukun sebelumnya dhammah dan setelahnya ada wau berharakat atau ya’ sukun sebelumnya kasrah dan setelahnya ya’ berharakat. Contoh:
قَالُوْا وَهُمْ – آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتُ – فِيْ يَوْمٍ – الَّذِيْ يُوَسْوِسُ
 Apabila wau sukun sebelumnya wau berharakat dhammah atau ya’ sukun sebelumnya ya’ berharakat kasrah. Contoh:
يَلْوُوْنَ – يُحْيِيْ – لَا يَسْتَحْيِيْ
Di buku tajwid yang beredar di masyarakat, disebutkan bahwa mad iwadh, mad shilah shugra, dan mad tamkin dimasukan ke dalam mad far’i. Namun menurut saya hal ini kurang tepat bila melihat dari segi teori dan definisi di kitab-kitab turats.
Keempat mad di atas dibaca sama panjang dengan kadar dua harakat atau satu alif. Untuk praktik yang lebih tepat harus bertalaqi dengan guru. Guru mencontohkan kemudian kita menirukannya.
Apabila ada hal yang perlu ditanyakan, silakan bertanya di kolom komentar! Terima kasih.

Artikel keren lainnya:

Niat dan Do'a Setelah Shalat Dhuha

Niat Shalat Dhuha | Do'a Setelah Shalat Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan ketika waktu dhuha. Yang termasuk waktu dhuha adalah ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah rakaat shalat dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat.
Berdoa
Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
Artinya:
“Di pagi hari ada kewajiban bagi seluruh persendian kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Demikian juga amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah sedekah. Semua ini bisa dicukupi dengan melaksanakan shalat dhuha sebanyak dua raka’at” (HR. Muslim no. 720).
Niat Shalat Dhuha:
Sebenarnya niat shalat dhuha bisa dengan bahasa Indonesia. Namun, apabila ingin menggunakan bahasa Arab, berikut lafalnya:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
Latin:
Ushalli sunnatadh dhuhā rak‘ataini lillāhi ta‘ālā.
Artinya:
“Aku shalat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah SWT.”
Do’a Setelah Shalat Dhuha:
اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ، اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Latin:
Allahumma innadh-dhuha'a duha'uka wal baha'a baha'auka waljamala jamaluka walquwwata quwwatuka walqudrota qudratuka wal'ishmata 'ishmatuka. Allaahumma in kana rizqi fis sama'i faanzilhu, wain kana fil ardi faakhrijhu, wain kana mu'assiran fayassirhu, wain kana haraman fathahhirhu wain kana ba'idan faqarribhu bi haqqi duha'ika wabaha'ika wa jamalika wa quwwatika wa qudratika, atini ma ataita 'ibadakash shalihin.
Artinya:
"Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu DhuhaMu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahanMu, kekuatan adalah kekuatanMu, penjagaan adalah penjagaan-Mu". "Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuhaMu, kekuasaanMu (wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang sholeh."

Artikel keren lainnya:

Idgham Bighunnah dan Idgham Bila Ghunnah (Pengertian, Perbedaan dan Contoh)

Idgham Bighunnah dan Idgham Bila Ghunnah
Idgham adalah memasukkan huruf kepada huruf setelahnya. Idgham dalam ilmu tajwid berlaku apabila ada huruf yang sama atau berdekatan dalam makhraj dan sifat saling bertemu.
Idgham
Dalam hukum nun sakinah dan tanwin, Hukum idgham dibagi menjadi idgham bighunnah dan bila ghunnah.
1. Idgham Bighunnah
Idgham bighunnah adalah apabila nun mati atau tanwin menghadapi huruf ya (ي), nun (ن), mim (م) dan wau (و) yang dikumpulkan pada kata (يَنْمُوْ). Idgham bighunnah disebut juga idgham maal ghunnah. Cara membacanya adalah nun mati dan tanwin dileburkan kepada huruf idgham bighunnah disertai dengung dua harakat. Berikut idgham bighunnah:
No
Huruf
Nun Mati
Tanwin
1
ي
مَنْ يَّقُوْلُ
قَوْمٌ يُّؤْمِنُوْنَ
2
ن
مِنْ نِّعْمَةٍ
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ
3
م
مِنْ مَّسَدٍ
عَذَابٌ مُّقِيْمٌ
4
و
مِنْ وَّاقٍ
خَيْرٌ وَّأَبْقَى
Syarat berlakunya idgham adalah nun sukun dan huruf idgham bighunnah harus berbeda kalimat. Apabila nun sukun bertemu huruf idgham bighunnah pada satu kata maka hukumnya idzhar muthlaq.
Izhhar muthlaq atau izhhar wajib adalah apabila nun mati bertemu ya’ dan wawu pada satu kata. Disebut izhhar muthlaq karena seluruh ulama ahli qiraat sepakat tentang hukum idzhhar tersebut.
Izhhar muthlaq terdapat pada 4 kata, yaitu (الدُّنْيَا), (بُنْيَانٌ), (قِنْوَانٌ) dan (صِنْوَانٌ). Contoh ayat yang terdapat idzhar muthlaq:
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ (الملك:5)
كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوْصٌ (الصف:4)
وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ (الأنعام:99)
وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ (الرعد:4)
Cara membaca idzhar muthlaqa adalah melafalkan nun mati sesuai dengan makhraj dan sifatnya. Makhraj nu adalah ujung lidah di bawah makhraj lam bertemu dengan dari langit-langit atas. Sifat nun adalah tawasuth, jahr, istifal, infitah, dan idzlaq.
Salah satu faidah keempat kata tersebut tidak diidghamkan karena takut tertukar dengan kata  (الدُّيَّا), (بُيَّانٌ), (قِوَّانٌ) dan (صِوَّانٌ).
2. Idgham Bilaghunnah
Idgham bilaghunnah ialah apabila nun sukun atau tanwin menghadapi huruf lam (ل) dan ra’ (ر). Idgham bilaghunnah disebut juga idgham bighairi ghunnah. Cara bacanya nun sukun atau tanwin dileburkan pada huruf berikutnya tanpa mendengung. Nun sukun diidghamkan ketika bertemu Lam dan Ro’ karena dekatnya makhroj antara Nun, Lam dan Ra’. Berikut contohnya:
No
Huruf
Nun Mati
Tanwin
1
ل
يَوْمَئِذٍ لَّـخَبِيْرٌ
أَنْ لَّـمْ يَرَهُ
2
ر
غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
مِنْ رَبِّـهِمْ
Dikecualikan nun mati menghadapi ra’ pada Surat Al-Qiyamah ayat 27. Di sana berlaku hukum saktah. Berikut ayatnya:
وَقِيلَ مَنْ س رَاقٍ
=======
Kesimpulan:
• Idgham pada hukum nun sukun atau tanwin berlaku apabila nun sukun atau tanwin bertemu huruf idgham di lain kata.
• Huruf idgham bighunnah adalah ya’ (ي), nun (ن), mim (م) dan wau (و). Adapun huruf idgham bila ghunnah adalah lam (ل) dan ra’ (ر).
• Perbedaan idgham bighunnah dan bila ghunnah adalah pada cara meleburnya dengan huruf setelahnya. Idgham bighunnah melebur disertai dengung dua harakat. Sedangkan idgham bila ghunnah nun sukun atau tanwin melebur secara sempurna kepada huruf setelahnya.

Artikel keren lainnya:

18 Kaligrafi Paling Keren Dan Unik

Kaligrafi Arab Keren | Kaligrafi Arab Paling Unik
Kali ini saya akan berbagi kepada teman-teman beberapa kaligrafi yang sangat keren bahkan sangat keren. Mengapa demikian? Kerennya adalah kaligrafi ini dibentuk mewakili makna yang terkandung di dalamnya. Keren kan? Yuk silakan cek saja:
#1 Anjing laut = فُقْمَةٌ
#2 Badak = خُرَتَيْت 
#3 Beruang = دُبٌّ
  #4 Citah = فَهْدٌ
 #5 Gajah = فِيْلٌ
#6 Gurita = أَخْطُبُوْط
#7 Kera = قِرْدٌ
#8 Koala = كُوَالَا
#9 Kucing = قِطٌّ
#10 Anjing = كَلْبٌ
#11 Bebek = بَطٌّ
#12 Burung hantu = بُوْمَةٌ
#13 Elang = نَسْرٌ
#14 Hiu = قِرْشٌ
#15 Jerapah = زِرَافَةٌ
#16 Kambing = جَدْيٌ
#17 Kelinci = أَرْنَبٌ
#18 Kuda = حِصَانٌ
Sangat keren kan? Semoga menghibur dan bermanfaat.

Artikel keren lainnya:

Nama-nama Al-Qur’an dan Dalilnya

Nama-nama Al-Qur’an | Ayat yang merujuk Nama-nama Al-Qur'an
Al-Quran merupakan pedoman bagi ummat Islam. Di Al-Qur’an ada nama-nama lain selain “Al-Qur’an” yang merujuk kepada makna Al-Qur’an itu sendiri. Nama-nama tersebut bersumber dari ayat-ayat tertentu.
Mushaf Al-Qur'an
Nama-nama lain Al-Qur’an beserta ayat rujukannya:
• Al-Kitab artinya buku
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah :2)
• An-Nur artinya cahaya
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (Al-Quran).” (QS. An-Nisa’ : 174)
• Al-Furqan artinya pembeda (yang benar dan salah)
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Alquran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al Furqan: 1)
• Adz-Dzikr artinya pemberi peringatan
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Alquran), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr: 9)
• Al-Mau'idhah artinya pelajaran atau nasihat
• Asy-Syifa' artinya obat/penyembuh
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)
• Ar-Rahmat artinya karunia
وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. An-Naml : 77)
• Al-Hukm artinya hukum atau peraturan
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ حُكْمًا عَرَبِيًّا وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَمَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا وَاقٍ
“Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Alquran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.” (QS. Ar-Ra'd: 37)
• Al-Hikmah artinya kebijaksanaan
ذَلِكَ مِمَّا أَوْحَى إِلَيْكَ رَبُّكَ مِنَ الْحِكْمَةِ وَلَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ فَتُلْقَى فِي جَهَنَّمَ مَلُومًا مَدْحُورًا
“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Isra': 39)
• Al-Huda artinya petunjuk
وَأَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آَمَنَّا بِهِ فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَلَا رَهَقًا
“Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Alquran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.” (QS. Al-Jin: 13)
• At-Tanzil  artinya yang diturunkan
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam.” (QS. Asy-Syu’ara’ : 192)
• Al-Bayan artinya penjelas
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
“(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran : 138)
• Al-Kalam artinya perkataan atau firman
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS. At-Taubah : 6)
• Al-Busyra artinya kabar gembira
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Alquran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An-Nahl : 102)
• Al-Basha'ir artinya pedoman
هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
“Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (QS. Al Jaatsiyah : 20)
• Ar-Ruh artinya ruh
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Alquran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura : 52)
• Al-Balagh artinya penyampaian atau kabar
هَذَا بَلَاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“(Al-Quran) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS. Ibrahim : 52)
• Al-Qaul artinya perkataan atau ucapan
وَلَقَدْ وَصَّلْنَا لَهُمُ الْقَوْلَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Quran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.” (QS. Al-Qashash : 51)

Artikel keren lainnya: