Ilmu Nahwu dan Sharaf merupakan dua cabang penting dalam studi bahasa Arab. Kedua ilmu ini berfungsi untuk memahami struktur kalimat dan perubahan kata dalam bahasa Arab. Dalam sejarah perkembangan ilmu Nahwu dan Sharaf, terdapat dua mazhab utama yang dikenal, yaitu mazhab Kufah dan mazhab Bashrah. Keduanya berkembang di dua kota besar di Irak, yaitu Kufah dan Bashrah, pada masa awal Islam. Walaupun keduanya sama-sama mengkaji tata bahasa Arab, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara kedua mazhab ini.
1. Asal Usul dan Sejarah Perkembangan
Mazhab Bashrah: Mazhab Bashrah dipelopori oleh Abu al-Aswad al-Du'ali (w. 69 H/688 M) yang dianggap sebagai pendiri ilmu Nahwu. Di Bashrah, ilmu Nahwu berkembang pesat berkat tokoh-tokoh seperti Sibawaih (w. 180 H/796 M), al-Khalil ibn Ahmad (w. 175 H/791 M), dan al-Akhfash al-Akbar. Kitab "al-Kitab" karya Sibawaih menjadi salah satu rujukan utama dalam ilmu Nahwu dan dianggap sebagai puncak dari pengembangan ilmu Nahwu di Bashrah.
Mazhab Kufah: Mazhab Kufah dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti al-Kisā’ī (w. 189 H/805 M) dan al-Farra' (w. 207 H/822 M). Kufah menjadi pusat pengembangan ilmu bahasa yang berfokus pada aspek-aspek yang tidak terlalu diperhatikan oleh mazhab Bashrah. Mazhab Kufah cenderung lebih menerima variasi dialek dalam bahasa Arab dan menekankan aspek pragmatis dalam penggunaan bahasa.
2. Pendekatan dan Metodologi
Mazhab Bashrah: Mazhab Bashrah dikenal dengan pendekatan yang ketat dan logis. Mereka sangat selektif dalam menerima riwayat-riwayat bahasa dan lebih mengutamakan dialek Quraisy sebagai dialek standar. Pendekatan ini lebih teoritis dan sistematis, dengan perhatian khusus pada konsistensi aturan-aturan tata bahasa.
Mazhab Kufah: Sebaliknya, mazhab Kufah lebih fleksibel dan inklusif dalam menerima variasi dialek yang ada di dunia Arab. Mereka lebih terbuka terhadap perubahan bahasa dan cenderung mempertimbangkan aspek praktis dalam penggunaan bahasa. Mazhab Kufah juga lebih memperhatikan bahasa lisan dan bagaimana bahasa digunakan dalam percakapan sehari-hari.
3. Perbedaan dalam Nahwu
Mazhab Bashrah: Dalam ilmu Nahwu, mazhab Bashrah cenderung sangat teliti dalam menentukan aturan-aturan tata bahasa. Misalnya, dalam masalah I'rab (penentuan harakat akhir kata), Bashrah menerapkan aturan yang ketat dan sering kali menolak bentuk-bentuk yang dianggap tidak sesuai dengan standar mereka.
Mazhab Kufah: Mazhab Kufah, sebaliknya, lebih menerima variasi dalam I'rab dan lebih fleksibel dalam aturan tata bahasa. Mereka juga lebih terbuka dalam menerima bentuk-bentuk kata yang muncul dari berbagai dialek Arab selain Quraisy.
4. Perbedaan dalam Sharaf
Mazhab Bashrah: Dalam ilmu Sharaf (morfologi), Bashrah fokus pada aturan-aturan perubahan bentuk kata yang ketat dan teoritis. Mereka berusaha membangun sistem yang terstruktur untuk memformulasikan perubahan kata dari akar kata yang berbeda.
Mazhab Kufah: Mazhab Kufah lebih mempertimbangkan aspek praktis dalam perubahan kata dan lebih fleksibel dalam menerima bentuk-bentuk baru yang muncul dari variasi dialek. Mereka juga cenderung lebih memperhatikan penggunaan kata dalam konteks sehari-hari.
5. Contoh Perbedaan Pendapat
Salah satu contoh perbedaan pendapat antara Kufah dan Bashrah dapat dilihat dalam penggunaan bentuk kata kerja yang berbeda. Misalnya, dalam bentuk kata kerja "qa'ada" (قعد) yang berarti "duduk", mazhab Bashrah mungkin lebih ketat dalam penggunaannya sesuai aturan tata bahasa klasik, sementara Kufah mungkin lebih menerima bentuk-bentuk lain yang digunakan dalam dialek-dialek berbeda.
Kesimpulan
Perbedaan antara mazhab Kufah dan Bashrah dalam ilmu Nahwu dan Sharaf mencerminkan perbedaan pendekatan dalam memahami dan mengajarkan tata bahasa Arab. Bashrah dengan pendekatan yang lebih teoritis dan ketat, sementara Kufah lebih pragmatis dan inklusif terhadap variasi bahasa. Kedua mazhab ini telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan ilmu bahasa Arab, dan perbedaan mereka menciptakan keragaman yang memperkaya studi bahasa Arab hingga hari ini.