Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Jumlah Yang Memiliki Dan Yang Tidak Memiliki Mahal Irab

 Jumlah yang memiliki i’rab dan jumlah yang tidak memiliki i’rab

Yang dimaksud jumlah disini adalah kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khabar yang disebut dengan jumlah ismiyyah atau kalimat yang terdiri dari fi’il dan fa’il yang disebut dengan jumlah fi’liyyah.

Jumlah atau kalimat dalam kaidah bahasa Arab ada yang mempunyai kedudukan i’rab dan ada pula yang tidak memiliki i’rab.

Jumlah

A. Jumlah yang Mempunyai Kedudukan I’rab

Jumlah yang mempunyai kedudukan i’rab ada 8 macam:

1. Khabar

Jumlah yang menempati posisi khabar maka mahal irabnya adalah rafa’. Contoh:

أَحْمَدُ يَقْرُأٌ الْقُرْأَنَ

أَحْمَدُ أَبُوْهُ مُدَرِّسٌ

Jumlah fi’liyyah pada contoh pertama dan jumlah ismiyyah pada contoh kedua berkedudukan sebagai khabar dari mubtada’ yakni kata “Ahmad”.

2. Khabar Kana dan Saudaranya

Karena menduduki posisi khabar kana, maka i’rabnya pada tempat nashab. Contoh:

كَانَ الْمُهَنْدِسُ يَكْتُبُ التَقْرِيْرَ

كَانَ أَحْمَدُ أَبُوْهُ مُدَرِّسٌ

3. Khabar Inna dan Saudaranya

I’rab khabar inna adalah rafa’ maka jumlah yang berposisi sebagai khabar inna mahal irabnya rafa’

 

إِنَّ الْمُهَنْدِسَ يَكْتُبُ التَقْرِيْرَ

إِنَّ أَحْمَدَ أَبُوْهُ مُدَرِّسٌ

4. Hal

Jumlah berkedudukan sebagai hal dan mahal irabnya nashab dengan dua syarat:

Shahibul hal berupa ma’rifah

Pada jumlah yang menjadi hal ada dhamir yang kembali ke shahibul hal

Contoh:

جَاءَنِيْ أَحْمَدُ يَضْحَكُ

جَاءَ أَحْمَدُ وَيَدَاهُ عَلَى رَأْسِهِ

5. Sifat

Mahal i’rab jumlah yang menjadi sifat atau na’at mengikuti maushufnya dan jumlah bisa menempati posisi sifat atau naat dengan ketentuan:

Maushuf berupa nakirah

Pada jumlah yang menjadi sifat terdapat dhamir yang kembali ke maushuf

Contoh:

رَأَيْتُ طِفْلًا وَجْهُهُ جَمِيْلٌ

إنَّهُ طَالِبٌ يُكْرِمُ مُدَرِّسَهُ

6. Maf’ul

Menempati mahal irab nashab dan biasanya menjadi maf’ul bagi fi’il yang membutuhkan maf’ul satu seperti setelah “qaul” atau yang semakna dan menjadi maf’ul bagi fi’il yang membutuhkan dua maf’ul. Contoh:

قَالَ الرَّجُل الْحِلْمُ سَيِّدُ الْأَخْلَاقِ 

عَلِمْتُ أنَّ الدَّرسَ تَأَجَّلَ

7. Idhafah

Jumlah yang menempati posisi i’rab mudhaf ilaih (majrur), baik dari pola ismiyyah atau fi’liyyah bisa diidentifikasi ketika jumlah tersebut berada setelah dzahaf-dzharaf berikut:

 حِيْنَ - يَوْمَ - إذْ - إذا - مذْ - مُنْذُ - حَيْثُ - لَمَّا

Contoh:

زُرْتُ خَالدًا إِذْ هُوَ في الْمُسْتَشْفَى

نَادَيْتُ خَالدًا فَإِذَا هُوَ وَاقِفٌ أَمَامَ الْبَابِ

أَحْتَرِمُكَ حِيْنَ تَحْتَرِمُنِي

كُنْتُ مَعَكَ يَوْمَ سَافَرْتَ

Tulisan dengan cetak biru merupakan jumlah yang menempati mudhaf ilaih dan mudhafnya adalah dzaraf.

8. Jawab Syarat (Jazm)

Jumlah yang berposisi sebagai jawab syarat bisa menempati mahal jazm dengan ketentuan:

Ada ‘amil jazim di jumlah syarat

Dibarengi dengan “fa” rabithah atau “idza” fajaiyah

Contoh:

مَنْ يَجْتَهِدْ فَالنَّجَاحُ حَلِيْفَهُ

إِنْ لَمْ تُحَافِظْ عَلى صِحَّتِكَ إِذَا أَنْتَ مَرِيْضٌ

Jumlah yang dicetak biru menempati ‘irab jazm karena menjadi jawab dari syarat yang ada jazimnya.

9. Jumlah yang Mengikuti Kedudukan Jumlah Sebelumnya

Jumlah juga bisa menjadi tabi’ atau mengikuti mahal ‘irab jumlah sebelumnya. Hal ini bisa kerena menjadi ma’thuf ataupun menjadi badal dari jumlah sebelumnya. Adapun mahal ‘rabnya tergantung untuk mathbuahnya atau jumlah yang diikuti.

Contoh:

اَلْمَالُ يَرُوْحُ وَ يَأْتِى
كُنْتُ أدرسُ وَ أشربُ الْقَهْوَةَ

وَجَدْتُ الْعِلْمَ يَرْفَعُ صَاحِبَهُ وَ يَسْعَدُهُ

أَحْتَرِمُكَ حِيْنَ تَحْتَرِمُنِي وَ تَحْتَرِمُ أَبِيْ

Mahal ‘irab jumlah yang berwarna biru mengikuti mahal ‘irab jumlah sebelumnya. Pada contoh pertama menempati mahal i’rab rafa’ karena jumlah sebelumnya berkedudukan khabar. Adapun jumlah pada contoh yang kedua bermahal ‘irab nashab karena mengikuti jumlah sebelumnya yang berposisi sebagai khabar kana. Begitu pun jumlah pada contoh yang ketiga bermahal ‘irab nashab karena mengikuti jumlah sebelumnya yang berposisi sebagai khabar maf’ul. Sedangkan jumlah pada contoh yang keempat bermahal ‘irab khafadh karena mengikuti jumlah sebelumnya yang berposisi sebagai khabar mudhaf ilaih.

B. Jumlah yang Tidak Mempunyai Kedudukan I’rab

Jumlah atau kalimat yang tidak memiliki i’rab ada 8 macam, yaitu:
1. Jumlah Ibtidaiyyah

Adalah jumlah yang menjadi pembuka suatu wacana atau paragraf.

Contoh:

أَحْمَدُ طَالِبٌ

ذَهَبْتُ إلى الْمَدرسةِ

2. Jumlah Istinafiyyah

Adalah jumlah yang terputus pengertianya dengaan jumlah sebelumnya.

Contoh:

لَا تَكْذِبْ، إنَّ الكذْبَ مكروه - هَطَلَ المطرُ، عَصَفَتِ الرِّيْحُ

3. Jumlah I’tiradhiyyah

Adalah jumlah yang disisipkan di antara 2 hal yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk menguatkan/ memperjelas/ memperbaiki kalimat.ada hubungan ma’na pada kalimat antara bagiannya. Jumlah i’tiradhiyyah ada 9 tempat:
a. Antara fi’il dan fa’il

جاء - أعتقدُ - زيدٌ

b. Antara mubtada’ dan khabar

مصر - حماها الله - جنة الله على الأرض

c. Antara fi’il dan maf’ul

و بُدِلَتْ - وَالدهْرُ ذُوْ تَبْدِلْ - هيفاً دبوراً بالصَباَ والشَمألِ

d. Antara syarat dan jawab

فَإِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا - وَلَنْ تَفْعَلُوْا - فَاتَّقُوا اللهَ

e. Antara qasam dan jawabnya

لعمري – وماعمري علي بهين - ** لقد نطقت بطلا علي الأقارع

f. Antara maushuf dan shifat

وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ - لَوْ تَعْلَمُونَ - عَظِيمٌ (الواقعة: 76)

g. Antara isim maushul dan shilah

جاء الذِّيْ – أَظُنُّ – نَجَحَ

h. Antara hal dan shahibul hal

سَعَيْتُ – ورب الكعبة – مُجْتَهِدًا

4. Jumlah Tafsiriyyah

Adalah yang menjelaskan jumlah sebelumnya.

Contoh:

نَظَرْتُ إِلَيْهَ شزرًا أَيْ احْتَقَرْتُهُ

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آَدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (أل عمران: 59)

5. Jumlah Shilah Maushul

Adalah jumlah yang menjadi shilah dan posisinya setelah isim maushul.

Contoh:

هذا الذي فازَ بالمسابقة

الحمد لله الذي أنزل على عبده الكتب (الكهف: 1)

6. Jumlah Jawab dari Qasam

Adalah jumlah yang menjadi jawab dari huruf qasam (sumpah).

Contoh:

والله لأصدقنَّ

والله إنَّ الموتَ لحقٌ

7. Jumlah yang Menjadi Jawab Bagi Syarat Selain Jazem

Adalah jumlah yang jatuh sebagai jawab bagi syarat yang bukan jazim (tidak beramal menjazmkan). Di antara syarat ghair jazim:

لَوْ – لَوْلَا – لَمَّا -  كُلَّمَا – إِذَا - أمَّا

Contoh:

لَوْلَا الْهَوَاءُ مَا عَاشَ كَائِنٌ حَيّ

8. Jumlah yang Menjadi Jawab Syarat Jazm tapi Dibarengi Dengan “fa” atau “idza”

Contoh:

إِنْ تَجْتَهِدْ فِي مذاكرتك تَجِدُ التّفوق بانْتِظَارك

9. Jumlah yang Ikut Kepada Jumlah Sebelumnya yang Tidak Memiliki Mahal ‘Irab

Contoh:

العلم نور والجهل ظلام

دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَيْتُ

Sekian dan demikian. Terima kasih.

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Jumlah Yang Memiliki Dan Yang Tidak Memiliki Mahal Irab"

Post a Comment