Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Pengertian, Adat, dan Contoh Mustatsna

Pengertian Mustatsna
Mustatsna adalah isim yang terletak setelah salah satu perangkat istitsna untuk menyelisihi pernyataan sebelumnya. Isim sebelum istitsna disebut muntatsna minhu. Adat istitsna bisa diterjemahkan kecuali atau selain.
Contoh Mustatsna
Contoh:
حَضَرَ الطُّلَابُ إِلَّا زَيدًا
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
Artinya:
Para siswa telah hadir kecuali Zaid.
Tidak ada tuhan kecuali Allah.
Kata (زَيدًا) dan (اللهُ) disebut dengan mustatsna.
Dalam uslub isitsna, ada 4 rukun yang harus ada:
1. Hukum
Yaitu perkara yang dikecualikan baik berupa sifat, peristiwa, orang, dll.
2. Mustatsna minhu
Yaitu kata sebelum adat istitsna.
3. Adat istitsna
Yaitu kata yang menjadi perantara yang digunakan untuk istitsna.
4. Mustatsna
Yaitu kata setelah adat istitsna yang dikecualikan dalam hukum.
Kata yang digunakan dalam istitsna adalah:
إِلَّا - غَيرُ - سِوَى - خَلَا - عَدَا - حَاشَا
1. (إِلَّا)
Mustatsna dengan kata (إِلَّا) terdapat 3 hukum yang berlaku:
a. Manshub
Mustatsna harus manshub apabila kalimatnya positif (mutsbat) dan disebutkan mustatsna minhunya.
Contoh:
حَضَرَ الطُّلَابُ إِلَّا أَحْمَدَ
مَرَرْتُ بِالطُّلَابِ إِلَّا أَحْمَدَ
Artinya:
Semua siswa hadir kecuali Ahmad.
Aku melewati semua siswa kecuali Ahmad.
b. Boleh manshub atau menjadi badal
Apabila kalimatnya negatif (manfi) dan disebutkan mustatsna minhunya, maka mustatsna boleh dinashabkan atau mengikuti ‘irab mustatsna minhu sebagai badal.
Contoh yang dinashabkan:
مَا جَلَسَ أَحَدٌ إِلَّا أَحْمَدَ
Artinya:
Tidak ada yang duduk kecuali Ahmad.
‘Irab sama halnya dengan ketentuan pada poin “a”.
Contoh mustatsna yang menjadi badal:
مَا جَلَسَ أَحَدٌ إِلَّا أَحْمَدُ
مَا قَرَأْتُ الْقُرْآنَ إلَّا جُزْءَيْنِ
لَا أَنْظُرُ إِلَى أَحَدٍ إِلَّا زَيْدٍ
Artinya:
Tidak ada yang duduk kecuali Ahmad.
Aku tidak membaca Al-Qur’an kecuali dua juz.
Aku tidak memerhatikan seorang pun kecuali Zaid.
c. Dii'rab sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat
Apabila kalimatnya manfi (negatif) dan mustatsna minhu tidak disebutkan, maka irab mustatsna disesuaikan dengan kedudukan dalam kalimat. Artinya apabila kalimat tersebut belum ada fa’il, maka mustatsna berkedudukan sebagai fa’il. Begitu juga, apabila mubtada’ yang belum ada khabarnya, maka mustatsna berkedudukan sebagai khabar.
Contoh:
مَا جَلَسَ إِلَّا أَحْمَدُ
لَا تَعْبُدُوْا إلَّا اللهَ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
Artinya:
Tidak ada yang duduk kecuali Ahmad.
Janganlah kalian menyembah kecuali kepada Allah.
Tidak ada tuhan kecuali Allah.
Kata (أَحْمَدُ) dibaca marfu’ berkedudukan sebagai fa’il. Kata (اللهَ) dibaca manshub karena berkedudukan sebagai maf’ul bih. Sedangkan kata (اللهُ) dibaca marfu’ karena berkedudukan sebagai khabar.
2. (غَيرُ) dan (سِوَى)
Mustatsna setelah kedua kata di atas dibaca majrur karena berkedudukan sebagai mudhaf ilaih. Adapun kata (غَيرُ) dan (سِوَى) di’irab sesuai kedudukannya dalam kalimat.
Contoh:
حَضَرَ الطُّلَابُ غَيْرَ زَيْدٍ
مَا حَضَرَ غَيْرُ زَيْدٍ
كَلَامُكَ غَيْرُ مَفْهُوْمٍ
مَا جَلَسَ أَحَدٌ سِوَى زَيْدٍ
مَا جَلَسَ سِوَى زَيْدٍ
Artinya:
Semua siswa hadir kecuali Zaid.
Tidak ada yang hadir kecuali Zaid.
Perkataanmu tidak bisa difahami.
Tidak seorang pun duduk kecuali Zaid.
Tidak ada yang duduk kecuali Zaid.
3. (خَلَا), (عَدَا), dan (حَاشَا)
Mustatsna dengan ketiga kata di atas dibaca dengan dua ketentuan:
a. Manshub
Mustatsna dibaca manshub karena sebagai maf’ul bih dari (خَلَا), (عَدَا), dan (حَاشَا) yang merupakan fi’il madhi.
Contoh:
حَضَرَ الطُّلَابُ عَدَا زَيْدًا
Artinya:
Semua siswa hadir kecuali Zaid.
Terkadang kata (خَلَا) dan (عَدَا) didahului oleh (مَا) mashdariyah dan mustatsnanya harus dinashabkan sebagai maf’ul bih. Sedangkan kata (حَاشَا) tidak boleh didahului oleh (مَا) mashdariyah.
Contoh:
أَلَا كُلُّ شَيْءٍ مَا خَلَا اللهَ بَاطِلٌ
Artinya:
Ketahuilah bahwa semua yang selain Allah itu batil.
b. Majrur
Mustatsna dibaca majrur dimana kata (خَلَا), (عَدَا), dan (حَاشَا) sebagai huruf jar.
Contoh:
عَادَتِ الطَّائِرَةُ خَلَا طَائِرَةٍ
Artinya:
Semua pesawat telah kembali kecuali satu pesawat.
Mustatsna Yang Berupa Jumlah Atau Syibhul Jumlah
Apabila mustatsna berupa jumlah atau syibhul jumlah, maka i’rabnya sesuai mahal ‘irab dalam kalimat.
Contoh:
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
لَا تَجْلِسُوْا إِلَّا وَرَاءَ الْكَمْتَبِ
لَا تُغَادِرُوْا الْصَّفَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ فَاهِمُوْنَ
لَا تُغَادِرُوْا الْصَّفَّ إِلَّا إِذَا فَهِمْتُمْ
Catatan:
Jumlah setelah istitsna pada contoh ketiga dan keempat berkedudukan sebagai hal. Wau athaf setelah istitsna pada contoh ketiga merupakan penyambung karena jumlah pertama dan kedua bila tanpa athaf akan mengaburkan makna. Sedangkan pada contoh keempat sudah kata (إِذَا) yang menjadi penyambung makna.
Contoh Mustatsna Di Al-Qur’an
Al-Fatihah: 7
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Hud: 101
وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ
Adz-Dzariyat: 36
فَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Al-Baqarah: 34
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ
Ali Imran: 102
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Al-Muzjadalah: 7
مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا
Al-Muzjadalah: 10
وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ
Al-Hasyr: 14
لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى مُحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ
Al-Haqqah: 37
لَا يَأْكُلُهُ إِلَّا الْخَاطِئُونَ
Nuh: 28
وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا
Al-Muzzammil: 2
قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا
At-Takwir: 29
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Al-Bayyinah: 5
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
==========
Tambahan:
Dalam kajian balaghah, kalimat yang terdapat nafi dan ististna termasuk ke dalam uslub qashr. Qashr adalah mengkhususkan sesuatu dari yang lainnya dengan menggunakan cara tertentu. Maqshur alaihnya atau yang dikhususkannya adalah kata yang berada setelah istitsna.
Contoh:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
Artinya: Tidak ada tuhan kecuali Allah.
مَا زَيْدٌ اِلَّا عَالِـمٌ
Artinya: Tiada zaid kecuali pintar.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya: “Tiadalah kehidupan di dunia ini kecuali perhiasan yang menipu daya". (QS. Ali Imran : 185).
وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Artinya: “dan tidaklah mereka menipu kecuali kepada dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 9).
Kalimat yang menggunakan (لَا) dan (إِلَّا) berguna untuk menafikan kata sebelum istitsna dan mengisbatkan kata setelahnya bahkan menunjukkan makna khusus. Maka makna “Tidak ada tuhan kecuali Allah” sama dengan “hanya Allah yang menjadi Tuhan”.
Kalimat yang menggunakan (مَا) dan (إِلَّا) berguna untuk mengisbatkan (mengukuhkan) kata sebelum dan setelah istitsna. Makna “tidaklah mereka menipu kecuali kepada dirinya” semakna dengan “yang menipu diri mereka adalah mereka sendiri”. Karena kata sebelum istitsna juga diisbatkan maka berarti mereka melakukan penipuan selain kepada diri mereka sendiri.
=====
Semoga menambah pemahaman dalam Bahasa Arab khususnya dalam ilmu Nahwu.

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Pengertian, Adat, dan Contoh Mustatsna"

Post a Comment