Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Kumpulan Do'a Mohon Umur Panjang Dan Berkah

Doa umur panjang | Doa mohon kesehatan | Doa mohon kesehatan
Semua orang pasti ingin diberikan umur yang panjang dan tentunya dalam keadaan sehat wal afiyat. Selain itu, umur panjang juga ingin diiringi dengan banyak ibadah kepada Allah swt. Berikut ada beberapa do'a memohon umur panjang, keluasan rezeki, menjadi shaleh dan dalam keaadaan sehat.
Umur Panjang
Do’a minta panjang umur, kesehatan, luas rezeki dan menjadi pribadi yang shaleh
للّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُوْرَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَوَسِّعْ أَرْزَقَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا وَاقْضِ حَوَائِجَنَا فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ
Latin:
Allāhumma thawwil umūrana wa shahhih ajsādana wa nawwir qulūbana wa sabbit iimānanā wa ahsin amālanā wa wassi’ arzaqanā wa ilal khairi qarribnā wa ‘anisy-syarri ab’idnā. Wa dhikhawāijana fiddiini waddunyā wal ākhirati innaka ‘alā kulli syai-in qadiir.
Artinya:
Ya Allah panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad (badan) kami, terangilah hati kami, tetapkanlah (kuatkan) iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkan kami daripada keburukan. Kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam agama, dunia, dan akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Do’a minta panjang umur dalam ketaatan kepada Allah
اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي، وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي.
Latin:
Allahumma aktsir mali wa waladi, wa barik li fima a’thoitani, wa athil hayati ‘ala thoatik, wa ahsin ‘amali waghfir li.
Artinya:
Ya Allah, perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau berikan padaku. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku.
Do’a mohon kesehatan
اللَّهُمَّ عَافِنِي فِى بَدَنِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
Latin:
Allahumma ‘afini fi badani, allahumma ‘afini fi sam’i, allahumma ‘afini fi bashari, la ilaha illa anta.
Artinya:
Ya Allah, sehatkanlah aku pada badanku. Ya Allah, sehatkanlah aku pada pendengaranku. Ya Allah, sehatkanlah aku pada penglihatanku. Tidak ada tuhan kecuali Engkau.
Do’a minta kesehatan dan keselamatan
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي.
Latin:
Allahumma inni as’alukal ‘afiyata fid dunya wal akhirah, allahumma inni as’alukal ‘afwa wal‘afiyata fi dini wadunyaya waahli wamali, Allahummastur ‘aurati waamin ra’auti, Allahummahfidzni min baini yadayya wamin khalfi wa’an yamini wa’an syimali wamin fauqi waa’udzu bi’izhamatika an ughtala min tahti.
Artinya:
Ya Allah, Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah Tuhanku, Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam urusan agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah Tuhanku, Tutupilah kekuranganku dan hilangkanlah ketakutanku. Ya Allah Tuhanku, Jagalah aku dari depanku, belakangku, kanan dan kiriku, dan dari atasku, dan aku berlindung hanya dengan keagungan-Mu serangan dari bawahku.
Do’a mohon keberkahan untuk orang lain
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ
Latin:
Allahumma aktsir malahu wa waladahu wa barik lahu fima ‘athaituhu.
Artinya:
Ya Allah, perbanyaklah harta Anas dan anaknya dan berkahilah karunia yang Engkau berikan padanya.
Do’a mohon panjang umur untuk orang lain
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَأَطِلْ عُمْرَهُ وَاغْفِرْ ذَنْبَهُ
Latin:
Allahumma aktsir malahu wa waladahu wa athil ‘umrahu waghfir dzanbahu.
Artinya:
Ya Allah, perbanyakah harta dan keturunannya, panjangkanlah umurnya dan ampunilah dosanya.
Do’a mohon panjang umur, banyak rezeki dan diampuni dosa
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ ، وَأَطِلْ حَيَاتَهُ – وفي رواية: وَأَطِلْ عُمُرَهُ -، وَاغْفِرْ لَهُ
Allahumma aktsir malahu wa waladahu wa athil hayatahu – dalam riwayat lain wa athil ‘umrahu - waghfir lahu.
Artinya:
Ya Allah, perbanyakah harta dan keturunannya, panjangkanlah hidupnya – dalam riwayat lain: panjangkanlah umurnya - dan ampunilah (dosanya).


Artikel keren lainnya:

Khabar Kana (كَانَ) dan Saudaranya: Pengertian dan Contohnya

Pengertian Khabar Kana dan Saudaranya | Contoh Khabar Kana di Al-Qur'an
Pengertian Khabar Kana dan Saudaranya
Khabar kana (كَانَ) dan saudaranya adalah khabar yang telah dimasuki kana dan saudarnya serta ber’irab nashab karena kedudukannya hampir sama dengan maf’ul. Khabar kana dan saudaranya terbagi ke dalam 3 macam: isim mufrad, syibhul jumlah dan jumlah.
a. Mufrad
Maksud mufrad di sini adalah khabar kana berupa satu kata atau berupa idhafah.
Contoh:
لَيْسَ أَحْمَدُ مُهَنْدِسًا
كَانَ أَحْمَدُ مُدَرِّسِيْ
b. Syibhul Jumlah
Syibhul jumlah adalah berupa jar majrur atau idhafah yang mudhafnya berupa zharaf.
Contoh:
كَانَ الْمُدِيْرُ فِيْ الْمَكْتَبَةِ
كَانَ الْمُدِيْرُ أَمَامَ الْمَكْتَبَةِ
c. Jumlah (ismiyyah atau fi’liyah)
Jumlah artinya kalimat. Kalimat dalam bahasa arab harus terdiri dari mubtada’ dan khabar atau fi’il dan fa’ilnya. Kalimat terdiri dari mubtada’ dan khabar disebut dengan jumlah ismiyyah. Adapun kalimat yang terdiri dari fi’il dan fa’ilnya disebut dengan jumlah fi’liyah.
Contoh khabar kana berupa jumlah:
كَانَ الْمُهَنْدِسَ يَكْتُبُ التَقْرِيْرَ
كَانَ أَحْمَدُ أَبُوْهُ مُدَرِّسٌ
Posisi Khabar Kana
Pada dasarnya posisi khabar kana dan saudaranya adalah terletak setelah isim kana. Namun, bisa bertukar posisi dengan ketentuan berikut:
a. Harus didahulukan
Harus mendahulukan khabar kana apabila isim kana berupa nakirah dan khabar kana berupa syibhul jumlah atau pada isim kana terdapat dhamir yang kembali ke khabar.
Contoh:
كَانَ فِيْ الْمَكْتَبَةِ كُتُبٌ
لَيْسَ فِي الْمَكْتَبَةِ حَارِسُهَا
Kata (فِيْ الْمَكْتَبَةِ) merupakan khabar kana yang diawalkan.
b. Boleh didahulukan
Boleh mendahulukan khabar kana apabila isim kana berupa ma’rifah atau nakirah yang disifati dan khabar kana berupa syibhul jumlah.
Contoh:
كَانَ فِيْ الْمَكْتَبَةِ الْمُدِيْرُ
كَانَ فِيْ الْمَكْتَبَةِ كِتَابٌ جَدِيْدٌ
c. Harus diakhirkan
Harus mengakhirkan khabar kana apabila khabarnya berupa jumlah, baik jumlah ismiyah atau fi’liyah.
Contoh:
كَانَ أَحْمَدُ يَنَامُ
Kana dan Saudaranya
Yang dimaksud kana dan saudaranya adalah fi’il-fi’il yang masuk ke mubtada’ khabar dan memengaruhi irab keduanya. Kana dan saudaranya terbagi ke dalam 3 macam:
Kana dan saudaranya
1. Fi’il mutasharrif tam
Yang dimaksud mutasharrif tam adalah fi’il yang mendatangkan fi’il mudhari’ dan fi’il amarnya. Adapun amalnya sama seperti fi’il madhinya dan boleh juga didahului huruf nafi. Yang termasuk fi’il mutasharrif tam adalah:
كَانَ – أَصْبَحَ – أَضْحَى – ظَلَّ – أَمْسَى – بَاتَ - صَارَ
Contoh:
يَظِلُّ العَامِلُ مُكِبّاً عَلَى عَمَلهِ
كُنْ عَلِيْمًا وَلَا تَكُنْ جَهِيْلًا
ما كَانَ زَيدٌ قَائِمًا
لَمْ تُصْبِحِ الشَجَرَةُ مُثْمِرَةً
2. Fi’il mutasharrif naqish
Yang dimaksud dengan fi’il mutasharrif naqish adalah fi’il yang tashrifannya hanya mempunyai dua bentuk saja, yakni fi’il madhi dan mudhari’ saja atau fi’il mudhari’ dan fi’il amar saja.
Adapun amil kana dan saudara-saudaranya yang termasuk mutasharrif naqish adalah fi’il yang hanya berbentuk fi’il madhi dan muhdari’ saja tanpa ada bentuk amarnya. Yang termasuk fi’il mutasharrif naqish adalah:
مَا زَالَ - مَابَرِحَ - مَا انْفَكَّ - مَا فَتِئَ
Fi’il-fi’il di atas selalu didahului oleh nafi.
Contoh:
لَا يَزَالُ السَّلاَمُ أَمَلاً مُحَبِّبًا
لَمْ يَنْفَكَّ الطِّفْلُ يَبْكِي
3. Fi’il jamid
Fi’il jamid adalah fi’il yang hanya mempunyai satu bentuk saja, baik madhi, mudhari atau amar saja. Sedangkan kana dan saudaranya yang jamid hanya mempunyai bentuk madhi saja, yaitu kata:
لَيْسَ - مَا دَامَ
Contoh:
لَيْسَ أَحْمَدُ مُهَنْدِسًا
لَا تَعْبُرِ الشَّارِعَ مَا دَامَتِ الإِشَارَةُ حَمْرَاءَ
لَنْ يَنتَصِرَ العَدُوُّ مَا دامَ التَّعَوُّنُ قَائِمًا
Contoh Khabar Kana di Al-Qur’an
Al-Maidah: 96
وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا
Al-Maidah: 112
قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Al-Baqarah: 113
وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ وَقَالَتِ النَّصَارَى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ
Al-Baqarah: 134
وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Hud: 118
 وَلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَ
Al-Mulk: 30
 قُـلْ أرَأيْـتُـمْ إنْ أصْـبـحَ مَـاؤكُـمْ غَـوْرًا فـمَـنْ يَـأتـيـكُـمْ بِـمَآءٍ مَـعِـيـنٍ
An-Nahl: 58
 وإذا بُـشِّـرَ أحـدُهـم بالأنثى ظـلَّ وجهُهُ مُسْوَدًّا وَهُـَو كَـظـيم
Kalau kesalahan mohon koreksinya. Terima kasih.

Artikel keren lainnya:

Kaidah Penulisan Hamzah (Kaidah Imla dan Rasm)

Cara menulis hamzah di awal, di tengah, dan di akhir
Berbeda dengan huruf hijaiyah lainnya, hamzah mempunyai kaidah tersediri dalam penulisannya. Hamzah bisa ditulis dalam bentuk alif, ya’, wau, atau mandiri (seperti kepala ain). Di bawah ini akan dijelaskan cara penulisan hamzah dalam kaidah imla’ dan juga rasm utsmani.
Penulisan Hamzah
1. Hamzah di awal kata
Ketika hamzah berada di awal kata, maka di tulis dalam bentuk alif, baik hamzah qatha maupun hamzah washal. Perbedaanya kalau menulis hamzah qatha harus ada kepala hamzahnya (ء) di atas alif ketika berharakat fathah dan dhammah serta berada di bawah alif ketika berharakat kasrah. Sedangkan menulis hamzah washal berbentuk alif saja tanpa ada kepada hamzah.
Contoh hamzah qatha:
أَنْعَمْتَ – أُنَاسٌ - إِكْرَامٌ
Contoh hamzah washal:
اَلْأَنْهَارُ - اِبْنٌ - اُنْصُرْ
=== Perbedaan hamzah qatha dan hamzah washal ===
2. Hamzah di tengah
Hamzah ketika berada di tengah kata ditulis menyesuaikan dengan harakat pada hamzah dan huruf sebelumnya. Urutan harakat terkuat antara hamzah dan huruf sebelumnya adalah kasrah, dhammah, fathah dan sukun. Ditulis dalam bentuk ya’ apabila mengacu pada harakat kasrah; ditulis dalam bentuk wau apabila mengacu pada harakat dhammah; ditulis dalam bentuk alif apabila mengacu pada harakat fathah. Adapula ditulis hamzah mandiri dalam keadaan tertentu. Artinya kemungkinan penulisannya hamzah di tengan berbentuk:
ئ – ؤ – أ - ء
Berdasarkan kekuatan urutan harakat, maka bisa diuraikan:
a. Hamzah di atas ya’ (ئ)
Hamzah ditulis berbentuk ya’ apabila:
Berharakat kasrah
Hamzah ditulis di atas kursi huruf ya’ apabila berharakat kasrah dan huruf sebelumnya bisa berharakat apapun. Contoh:
سُئِلَ –– تُنْشِئِيْنَ – تَطْمَئِنُّ - إِسْرَائِيْلُ
Huruf sebelumnya berharakat kasrah
Huruf sebelum hamzah berharakat kasrah dan hamzahnya berharakat apapun. Contoh:
سَيِّئَةٌ –يُنَبِّئُكُمْ - فِئْرَانٌ
Hamzah setelah ya’ mad atau ya’ layin
Contoh:
بِيْئَةٌ - هَيْئَةٌ
b. Hamzah di atas wau (ؤ)
Hamzah di tengah ditulis di atas kepala wau apabila:
Hamzah berharakat dhammah sebelumnya dhammah
رُؤُوْسٌ - كُؤُوْسٌ
Hamzah berharakat dhammah sebelumnya fathah
يَبْدَؤُهَا - مَؤُوْنَةٌ
Hamzah berharakat dhammah sebelumnya sukun
نِسَاؤُكُمْ - تَفَاؤُلٌ
Hamzah berharakat fathah sebelumnya dhammah
مُؤَنَّثٌ - سُؤَالٌ
Hamzah sukun sebelumnya dhammah
مُؤْمِنٌ – رُؤْيَةٌ
c. Hamzah di atas alif (أ)
Hamzah berharakat fathah sebelumnya fathah
سَأَلَ - مُكَفَأَةٌ
Hamzah berharakat fathah sebelumnya sukun
فَجْأَةٌ - مَرْأَةٌ
Hamzah sukun sebelumnya fathah
يَأْخُذُ - بَأْسٌ
Hamzah yang dibaca mad
Meskipun sebelumnya dhammah atau kasrah, hamzah yang dibaca panjang (ada madnya) ditulis dalam bentuk alif.
الْقُرْآنُ - مَبْدَآنِ
d. Hamzah mandiri (ء)
Hamzah ditulis mufradah atau mandiri ketika berharakat fathah dan sebelum ada alif atau wau mad. Contoh:
تَسَاءَلُ - مَمْلُوْءَةٌ
3. Hamzah di akhir
Penulisan hamzah di ujung kata adalah disesuaikan dengan harakat huruf sebelumnya.
a. Ditulis dalam bentuk alif apabila sebelumnya fathah
قَرَأَ - مُبْتَدَأٌ
b. Ditulis dalam bentuk wau apabila sebelumnya dhammah
لُؤْلُؤٌ - يَجْرُؤُ
c. Ditulis dalam bentuk ya’ apabila sebelumnya kasrah
قَارِئٌ - بُدِئَ
d. Ditulis dalam bentuk mandiri apabila sebelumnya sukun
مِلْءٌ – مَاءٌ – سُوْءٌ – بَرِيْءٌ - شَيْءٌ
4. Tambahan
Apabila hamzah berharakat tanwin fathah atau disambungkan dengan alif tatsniyah, maka ditulis di atas ya’ apabila huruf sebelumnya bisa disambung. Contoh:
شَيْءٌ - شَيْئًا - شَيْئَانِ
دِفْءٌ - دِفْئًا – دِفْئَانِ
Apabila huruf sebelumnya tidak bisa disambungkan, maka hamzah ditulis mandiri. Contoh:
ضَوْءٌ - ضَوْءًا - ضَوْءَانِ
جُزْءٌ - جُزْءًا - جُزْءَانِ
Hamzah yang berharakat fathatain dan sebelumnya adalah alif, maka tidak memakai alif. Contoh:

مَاءً - بِنَاءً
5. Hamzah dalam rasm utsmani
Penulisan hamzah di Al-Qur’an ada beberapa yang keluar dari ketentuan di atas diantaranya:
Maryam: 74
أَحْسَنُ أَثثًا وَرِءْيًا (رِئْيًا)
Al-Ma’arij: 13
وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُئْوِيْهِ (تُؤْوِيْهِ)
Al-Isra: 60
.... وَمَا جَعَلْنَا الرُّءْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلاَّ فِتْنَةً لِّلنَّاسِ ... (الرُّؤْيَا)
Sekian dan demikian. Semoga bermnafaat.


Artikel keren lainnya:

Isim Kana (كَانَ) dan Saudaranya & Khabarnya

Isim Kana dan Khabar Kana
1. Pengertian Isim Kana dan Saudaranya
Isim kana (كَانَ) dan saudaranya adalah mubtada’ yang telah dimasuki kana dan saudaranya serta beri’rab rafa’ karena kedudukannya sama halnya dengan fa’il. Isim kana bisa berupa isim mabni atau isim mu’rab.
Kana dan saudaranya
a. Isim Mu’rab
Isim mu’rab adalah isim yang dapat berubah harakat akhirnya tergantung posisinya dalam kalimat. Contoh isim kana yang berupa isim mu’rab:
كَانَ أَبُوْكَ مَرِيْضًا
أَصْبَحَتِ الشَّجَرَةُ مُثْمِرَةً
b. Isim Mabni
Isim mabni adalah isim yang tidak berubah harakat akhirnya meskipun beda kedudukan dalam kalimat. Yang termasuk isim mabni di  antaranya: isim dhamir, isim isyarah, isim maushul, isim syarat, isim istifham, dll.
Contoh:
كُنْتُ مُدَرِّسًا
كَانَ هَذَا الْبَيْتُ كَبِيْرًا
2. Pengertian Khabar Kana dan Saudaranya
Khabar kana dan kawan-kawannya adalah khabar yang telah dimasuki kana dan saudarnya serta ber’irab nashab karena kedudukannya hampir sama dengan maf’ul. Khabar kana dan saudaranya terbentuk dari tiga pola yaitu:
a. Mufrad
Maksud mufrad di sini adalah berupa satu kata atau berupa idhafah.
Contoh:
لَيْسَ أَحْمَدُ مُهَنْدِسًا
كَانَ أَحْمَدُ مُدَرِّسِيْ
b. Syibhul Jumlah
Syibhul jumlah adalah berupa jar majrur atau idhafah yang mudhafnya berupa zharaf.
Contoh:
كَانَ الْمُدِيْرُ فِيْ الْمَكْتَبَةِ
كَانَ الْمُدِيْرُ أَمَامَ الْمَكْتَبَةِ
c. Jumlah (ismiyyah atau fi’liyah)
Jumlah artinya kalimat. Kalimat dalam bahasa arab harus terdiri dari mubtada’ dan khabar atau fi’il dan fa’ilnya. Kalimat terdiri dari mubtada’ dan khabar disebut dengan jumlah ismiyyah. Adapun kalimat yang terdiri dari fi’il dan fa’ilnya disebut dengan jumlah fi’liyah.
Contoh khabar kana berupa jumlah:
كَانَ الْمُهَنْدِسَ يَكْتُبُ التَقْرِيْرَ
كَانَ أَحْمَدُ أَبُوْهُ مُدَرِّسٌ
3. Posisi Isim Kana dan Khabarnya
Pada dasarnya urutan posisi isim kana dan khabarnya adalah isim dulu kemudia khabar. Namun bisa bertukar posisi dengan ketentuan berikut:
a. Harus mengakhir isim kana apabila isim kana berupa nakirah dan khabar kana berupa syibhul jumlah atau pada isim kana terdapat dhamir yang kembali ke khabar.
Contoh:
كَانَ فِيْ الْمَكْتَبَةِ كُتُبٌ
لَيْسَ فِي الْمَكْتَبِ حَارِسُهَا
Kata (كُتُبٌ) dan (حَارِسُهَا) merupakan isim kana yang diakhirkan.
b. Boleh mengakhir isim kana apabila isim kana berupa ma’rifah atau nakirah yang disifati dan khabar kana berupa syibhul jumlah.
Contoh:
كَانَ فِيْ الْمَكْتَبَةِ الْمُدِيْرُ
كَانَ فِيْ الْمَكْتَبَةِ كِتَابٌ جَدِيْدٌ
Kata (الْمُدِيْرُ) adalah isim kana dan boleh diakhirkan.
c. Harus mendahulukan isim kana apabila khabarnya berupa jumlah.
Contoh:
كَانَ أَحْمَدُ يَنَامُ
4. Kana dan Saudarnya
Berikut akan dijelaskan yang dimakasud amil kana dan sauranya yang dilengkapi dengan arti dan contohnya.
1. (أَصْبَحَ)
Artinya menjadi atau pada pagi hari. Contoh:
أَصْبَحَتِ الشَّجَرَةُ مُثْمِرَةً
2. (أَضْحَى)
Artinya menjadi atau pada waktu dhuha. Contoh:
أَضْحَى المُهَنْدِسُونَ مُهْتَمِّينَ بِعَمَلِهِمْ
3. (ظَلَّ)
Artinya menjadi atau pada siang hari. Contoh:
ظَلَّ العَامِلُ مُكِبًّا عَلَى عَمَلهِ
4. (أَمْسَى)
Artinya menjadi atau pada waktu sore. Contoh:
أَمسَتِ السَّمَاءُ مُمْتِرَةً
5. (بَاتَ)
Artinya menjadi atau pada malam hari. Contoh:
بَاتَ النَّجْمُ لامِعًا
6. (صارَ)
Artinya menjadi dan menunjukkan perubahan. Contoh:
صارَ القُطْنُ نَسِيْجًا
7. (لَيسَ)
Artinya bukan atau tidak. Contoh:
لَيسَ النَّجَاحُ سَهْلًا
8. (مَا زَالَ)
Artinya masih. Contoh:
مَا زَالَ الطِّفْلُ نَائِمًا
9. (مَا بَرِحَ)
Artinya masih. Contoh:
مَا بَرِحَ الطِّفْلُ نَائِمًا
10. (مَا انْفَكَّ)
Artinya masih. Contoh:
مَا انْفَكَّ الطِّفْلُ نَائِمًا
11. (مَا فَتِئَ)
Artinya masih. Contoh:
مَا فَتِئَ الطِّفْلُ نَائِمًا
11. (مَا دامَ)
Artinya selama dan harus diawali dengan jumlah. Contoh:
لَنْ يَنتَصِرَ العَدُوُّ مَا دامَ التَّعَاوُنُ قَائِمًا

5. Contoh Kana dan Saudaranya di Al-Qur’an
Al-Maidah: 96
وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا
Al-Maidah: 112
قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Al-Baqarah: 113
وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ وَقَالَتِ النَّصَارَى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ
Al-baqarah: 134
وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Hud: 118
 وَلَا يَزَالُوْنَ مختلفين
Al-Mulk: 30
 قُـلْ أرَأيْـتُـمْ إنْ أصْـبـحَ مَـاؤكُـمْ غَـوْرًا فـمَـنْ يَـأتـيـكُـمْ بِـمَآءٍ مَـعِـيـنٍ
An-Nahl: 58
 وإذا بُـشِّـرَ أحـدُهـم بالأنثى ظـلَّ وجهُهُ مُسْوَدًّا وَهُـَو كَـظـيم
Kalau ada kesalahan mohon koreksinya. Terima kasih.

Artikel keren lainnya:

Isim Laa (لَا) Dan Khabarnya: Pengertian dan Contohnya

Pengertian Isim Laa dan Khabarnya
Isim laa (لَا) adalah mubtada’ yang dimasuki huruf laa nafi liljinsi. Sedangkan khabar dari mubtada menjadi khabar laa. Laa’ (لَا) dalam bahasa Arab ada dua macam, ada laa’ nahyi dan laa’ nafi.
1. Laa nahyi
Laa nahyi adalah kata yang digunakan untuk menujukkan larangan dan diterjemahkan “jangan”. Laa nahyi berada sebelum fi’il mudhari dengan fa’il dhamir mukhathab. Laa nahyi juga termasuk amil jazim, sehingga fi’il mudhari yang didahului laa nahyi ber’irab jazm. Contoh:
لَا تَقُلْ – لَا تَقُوْلُوْا – لَا تَدْخُلِيْ – لَا تَدْخُلَا – لَا تَدْخُلْنَ
2. Laa nafi
Laa nafi adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan makna tiada. Laa nafi bisa masuk ke isim dan juga fi’il. Contoh:
لَا رَجُلَ – لَا جُنَاحَ - لَا تَقُوْلُوْنَ – لَا أَعْلَمُ
Nah laa yang masuk ke isim nakirah disebut dengan “laa nafi liljinsi” yakni laa yang menafikan jenis. Yang dimaksud menafikan jenis adalah menyangkal keberadaan dari seluruh bagian jenis isimnya.
Laa yang masuk ke mubtada’ khabar akan mengubah i’rabnya. Mubtada’ menjadi isim laa dan khabarnya menjadi khabar laa.
Isim laa
Berikut ketentuan isim laa dan khabarnya:
Laa yang menafikan jenis bisa ber`amal seperti inna jika terpenuhi syarat berikut:
1. Isim la harus nakirah
2. Isim la harus bersambung secara langsung
3. La tidak disertai harf  jar
4. La nya tidak berulang-ulang
Contoh:
لَا رَجُلَ فِى الدَّارِ
Artinya: Tidak ada seorang pun di rumah.
لَا رَيْبَ فِيْهِ
Artinya: Tidak ada keraguan di dalamnya.
Kata (رَجُلَ) dan (رَيْبَ) merupakan isim laa yang dinashabkan karena terpenuhi syarat di atas. Harus diingat bahwa isim yang nashab tidak bertanwin.
Jika laa diulang-ulang, maka laa boleh beramal atau tidak.
Contoh:
لَا ضِدَّ لِرَبِّنَا وَلَا نِدَّ
Atau
لَا ضِدٌّ لِرَبِّنَا وَلَا نِدٌّ 
Jika laa terpisah dengan isimnya maka laa tidak beramal.
Contoh:
لَا فِي الْبَيْتِ رَجُلٌ
Jika laa didahului oleh huru jar, maka laa tidak beramal dan huruf jar yang beramal.
Contoh:
 لَا تُسَافِرْ بِـلَا زَادٍ
Jika isim berupa ma’rifah, laa tidak beramal.
Contoh:
لاَ الرَّجُلُ فِيْ الدَّارِ
Jika isim laa’ diathafkan, maka laa harus diulang.
Contoh:
لاَ حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
لَا فِي الْبَيْتِ رَجُلٌ وَلَا امْرَأَةٌ
Isim laa juga dinashabkan apabila berbentuk dari mufhaf atau sibhu mudlaf.
Contoh:
لاَ فَاعِلَ خَيْرٍ مَكْرُوْهٌ
لَا عَامِلاً شَرًا مَحْمُوْدٌ
Boleh membuang khabar laa apabila telah mafhum.
Contoh:
أَنْتَ نَاجِحٌ لَا مُحَالَةَ
Pada contoh di atas ada khabar laa yang dibuang. Sehingga seharusnya:
لَا مُحَالَةَ فِيْ ذَلِكَ
Contoh Isim Laa dan Khabarnya
Berikut ada 10 contoh isim laa dan juga khabarnya yang terdapat di Al-Qur’an.
Al-Baqarah: 2
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ
Al-Baqarah: 62
وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Al-Baqarah: 286
وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ
Ali Imran: 9
لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ
Ali Imran: 18
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
Hud: 43
قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ
Al-Furqan: 25
لَا بُشْرَىٰ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُجْرِمِينَ
Asy-Syura: 15
لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ
Al-Mu’mmnun: 101
فَلَا أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ
Ghafir: 17
 لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ
* Penulisan lebih tepatnya silakan lihat mushaf Al-Qur’an
Terima kasih telah berkunjung. Semoga bermanfaat.

Artikel keren lainnya: