Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Hukum Mim dan Nun Bertasydid

Hukum Nun dan Mim Bertasydid | Ghunnah Musyaddadah
Hukum mim dan nun bertasydid atau bersabdu adalah ghunnah. Karena bertasydid maka ada kalanya disebut dengan ghunnah musyaddadah. Ghunnah musyaddadah adalah suara nasal atau suara dengung yang terdapat pada nun dan mim yang bertasydid. Ghunnah merupakan sifat yang terdapat pada nun dan mim. Apabila kedua huruf tersebut bertasydid, maka semakin tampak jelas sifat ghunnahnya.
Ghunnah
Pada dasarnya huruf nun dan mim dalam keadaan apapun selalu berghunnah. Coba tekan hidung saat melafalakan nun dan mim! Pasti akan ada getaran yang menunjukkan ada aliran suara yang melewati hidung.
Dalam kitab Tuhfatuh Athfal dijelaskan:
وَغُنَّ مِيمًـا ثُـمَّ نُونًـا شُدِّدَا • وَسَمِّ كُلاً حَـرْفَ غُنَّـةٍ بَــدَا
Artinya:
Dan dengungkanlah mim dan nun yang bertasydid, dan kedua huruf tersebut dinamai dengan huruf ghunnah.
Ketika nun dan mim bertasydid, maka ghunnahnya semakin nampak dan jelas. Begitu pula dijelaskan dalam kitab Muqaddimah Al-Jazariyyah:
وَأَظْهِرِ الغُنَّةَ مِنْ نُـوْنٍ وَمِنْ مِيْمٍ • إِذَا مَا شُدِّدَا....
Artinya:
Dan tampakkanlah ghunnah pada nun dan mim apabila keduanya bertasydid.
Kata (أَظْهِرْ) yang artinya “tampakkanlah” diterjemahkan dengan (أَكْمِلْ) yang artinya “sempurnakanlah”. Ghunnah pada mim dan nun bertasydid harus disempurnakan dan ditahan selama dua harakat.
Sedikit penjelasan tentang makhraj dan sifat huruf mim dan nun.
- Makhraj dan sifat huruf mim (م)
• Makhraj mim adalah dua bibir dengan tanpa tekanan. Satu makhraj dengan ba’ dan wau.
• Sifat mim adalah jahr, tawasuth, istifal, infitah, idzlaq dan ghunnah.
- Makhraj dan sifat huruf nun (ن)
• Makhraj nun adalah ujung lidah dekat makhraj lam menempel ke gusi.
• Sifat nun adalah jahr, tawasuth, istifal, infitah, idzlaq dan ghunnah.
Contoh Ghunnah Musyaddadah:
Contoh nun bertasydid
إِنَّا – فِيْهِنَّ - مَلِكِ النَّاسِ - وَآمَنَهُمْ مِّنْ
Contoh mim bertasydid
ثُمَّ - مُحَمَّدٌ – تُحَمِّلْنَا - عَذَابٌ مُّقِيْمٌ
Contoh ayat yang terdapat ghunnah musyaddadah:
فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ

تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
Tambahan:
Perlu diketahui bahwa ada beberapa hal yang mengakibatkan huruf nun dan mim bertasydid. Yang intinya adanya tasydid menunjukkan ada idgham baik idgham bighunnah, idgham mitslian dan idgham syamsiyah.

Artikel keren lainnya:

Do'a Penutup Majelis (Kafaratul Majlis): Arab, Latin dan Terjemah

Do'a Akhir Majlis | Do'a setelah duduk
Ketika sebuah majelis bubar, maka alangkah baiknya kita berdo’a terlebih dahulu sebelum meninggalkan majelis terlebih dahulu. Majelisnya bisa berupa majelis ilmu, majelis diskusi, majelis musyawarah, dll. Kita harus sadar bahwa di dalam majelis itu ada sesuatu yang kita lakukan dan mungkin merupakan suatu dosa.
Majlis Ilmu
Berikut do’a kafarat majelis ini adalah sebagai berikut:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Latin:
“Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika”
Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu.”
Do’a akhir majelis terjemah per kalimat
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ
“Subhaanakallaahumma wa bihamdika”
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu”
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
“asyhadu alla ilaha illa anta”
“aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau”
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“astaghfiruka wa atubu ilaika”
“aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu.”
Doa di atas, juga berdasarkan atas keterangan Nabi Muhammad SAW., dalam sebuah hadits berikut ini:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ، فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِك "سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ" إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ.
Artinya:
Rasulullah SAW. bersabda: “”Siapapun yang berada pada suatu majelis, kemudian pada majelis tersebut terdapat banyak perkataan yang tidak berguna, lalu sebelum beranjak meninggalkan majelis, mengucapkan hal (doa) ini (Kafaraatul Majlis) ,
“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”

(Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampun pada-Mu, dan aku bertaubat pada-Mu.’ ), Kecuali telah diampuni bagi orang tersebut, sesuatu yang ada dalam majelis tersebut.” (HR. Tirmidzi)

Artikel keren lainnya:

Ijaz dalam Ilmu Balaghah: Pengertian dan Macam-macamnya

Pengertian Ijaz | Pembagian Ijaz
Ijaz adalah mengungkapkan kata-kata dengan lafaz yang sedikit (ringkas) tetapi memiliki makna yang luas, melebihi susunan kalimat.
Ijaz terbagi menjadi dua, yaitu Ijaz al-Qashr dan Ijaz al-Hadzf.
1. Ijaz Al-Qashr
Ijaz al-Qashr adalah mengungkapkan kata-kata dengan susunan lafaz yang sedikit dan ringkas tetapi memiliki makna yang luas dan padat (maknanya lebih luas dari susunan kalimat).
Contoh:
اَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ (اعراف: 54)
 “...Ketahuilah milik Allah segala urusan dan penciptaan....” (QS. Al-A’rāf [7]: 54)
Kata (الخلق) yang artinya penciptaan dan kata (الأمر) yang artinya urusan mengandung makna semua atau segala hal yang berkaitan dengan penciptaan makhluk dan urusannya seperti hidup, mati, senang, bahagia dan lain-lain itu sudah terkandung dalam makna ayat ini.
Contoh lain:
الضَّعِيْفُ أَمِيْرُ الرَّكْبِ
Orang yang lemah adalah kepala dalam rombongan.
Begitu juga kata (الضعيف) orang yang lemah adalah pemimpin/penguasa dalam suatu rombongan karena ketika kita berada dalam satu rombongan dengan orang yang lemah maka kita harus memberikan perhatian yang cukup untuknya karena ia tidak bisa bergerak dan berjalan sesuai dengan gerakan orang lain yang dalam keadaan sehat.
2. Ijaz Al-Hadzf
Ijaz al-Hadzf adalah meringkas pengungkapan kata-kata dengan tidak menyebutkan suatu lafaz atau kalimat. Jadi dalam Ijaz al-Hadzf ada lafaz atau kalimat yang tidak disebutkan (digugurkan).
Contoh:
وَاسْأَلِ الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا
“Bertanyalah kepada desa yang pernah kami diami….” (QS. Yūsuf: 82)
Pada contoh pertama tidak disebutkan lafazh (أهل), yang asalnya:
 واسئل أهل القرية
karena seseorang tidak mungkin bertanya kepada desa. Tetapi seseorang akan bertanya kepada penduduk (orang-orang yang berada) di desa tersebut.
Contoh lain:
أَكَلْتُ فَاكِهَةً وَمَاءً
Saya makan buah-buahan dan air
Contoh kedua tidak disebutkan lafaz (شربت), yang asalnya:
 أكلت فاكهة وشربت ماء
karena untuk air kata yang tepat dipergunakan adalah minum bukan makan.
Contoh lain:
وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا
Barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh (baik)
Contoh ketiga tidak disebutkan lafaz (عملا) asalnya:
 ومن تاب وعمل عملا صالحا
karena yang dikerjakan perbuatan yang salih bukan kesalihan itu sendiri. Adapun shalih adalah sifat dari suatu perbuatan.
Contoh lain:


فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰ إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ.

فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا...
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami…." (QS. al-Qashash:24-25)
Contoh keempat ada beberapa kalimat yang tidak disebutkan,
فَذَهَبَتَا إِلَى أَبِيْهِمَا وَقَصَّتَا عَلَيْهِ مَا كَانَ مِنْ أَمْرِ مُوْسَى فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ
Maka keduanya pergi kepada bapaknya dan menceritakan tentang perbuatan Nabi Musa.
Contoh lain:

وَقَالَ الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا أُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيلِهِ فَأَرْسِلُونِ.
 يُوسُفُ أَيُّهَا الصِّدِّيقُ أَفْتِنَا فِي سَبْعِ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعِ سُنْبُلَاتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ لَعَلِّي أَرْجِعُ إِلَى النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُونَ.
“Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: aku akan memberikan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena’birkan mimpi itu, maka utuslah aku kepadanya. Yusuf hai orang yang amat dipercaya”. (QS. Yūsuf: 45-46)
Pada contoh kelima ada beberapa kalimat yang tidak disebutkan,
فَأَرْسِلُوْنِيْ إِلَى يُوْسُفَ ِلأَطْلُبَ مِنْهُ تَأْوِيْلَ الرُّؤْيَا فَأَرْسَلُوْهُ فَأَتَاهُ وَقَالَ لَهُ: يُوْسُفُ أَيُّهَا الصِّدِّيْقُ
Orang yang selamat itu berkata kepada para pembesar kerajaan: utuslah aku kepada Yusuf untuk menanyakan kepadanya tentang ta’wil mimpi raja. Lalu mereka mengutusnya dan ia menemui Yusuf dan bertanya: Yusuf, hai orang yang amat dipercaya.
Pada jenis Ijaz al-Hadzf ini disyaratkan adanya dalil (bukti) yang menunjukkan pengguguran itu boleh (masuk akal). Kalau tidak demikian, maka pengguguran lafazh tersebut tidak diperbolehkan.

Artikel keren lainnya:

Adab Ke Guru Dulu dan Sekarang

Fakta yang AJAIB
Sungguh ajaib orang zaman sekarang,
ustadz nya sedang mengajarkan ilmu, jamaah taklimnya sibuk makan camilan
Padahal, salafus shalih terdahulu mau membuka kertas catatan belajarnya saja berusaha sepelan mungkin agar gurunya tak terganggu dengan suaranya
Sungguh ajaib orang zaman sekarang,
ustadznya disuruh belajar terus ilmu ikhlas, disuruh datang ke tempat muridnya, jauhnya berkilo-kilo. Ustadznya pun dikira sakti bisa terbang tak perlu lagi pulang pergi pakai bensin, kadang juga dikira pengangguran yang waktunya tiada berharga.
Padahal para salafus shalih dahulu bermil-mil naik unta atau jalan kaki demi menuju rumah gurunya. Dimuliakannya gurunya.
Berguru
Sungguh ajaib orang zaman sekarang,
bikin status yuk ke majlis ilmu mencari ilmu dan berkah,
eeh di majlis cuma numpang silaturahim ama temen, ustadz nya mengajar, muridnya ngobrol.
Padahal para salafus shalih terdahulu saat menyimak gurunya bagai ada burung yang hinggap di kepalanya, terdiam serius menyimaknya.
Sungguh ajaib orang zaman sekarang,
anaknya disuruh belajar sama ustadz, tapi ustadz nya diomongin pula di belakang, bahkan ada lagi yang suka suruh-suruh ustadz nya ini-ituin keperluan anaknya. Pas ngerasa ga cocok, bilang ke lembaga minta anaknya dikasih ganti ustadz yang lain.
Padahal salafush shalih terdahulu, orang tua menitip anaknya malah disuruh jadi khadim (berkhidmat) kepada gurunya. Orang tuanya ikhlas agar anaknya dididik gurunya.
Sungguh ajaib orang zaman sekarang, begitu senang saat menemukan aib gurunya dan diceritakannya dengan puas di grup-grup whatsapp.
Padahal, salafus shalih meyakini orang yang menyiarkan aib gurunya pertanda berkah sang murid sudah dicabut.
Sungguh ajaib orang akhir zaman.
Gurunya dijadiin pesuruh, muridnya pengen jadi bos.
Katanya, mencari berkah tholabul ilmi.
Masya Allah,
itulah bedanya para salafus shalih dengan kita,mereka belajar adab bertahun-tahun sebelum belajar ilmu lainnya.
Imam Syafii rahimahullah dahulu turun dari tunggangannya dan memberi hormat pada seorang badui karena sang badui pernah mengajarinya satu ilmu. Diingatnya selalu, dan dimuliakannya seumur hidup.
Padahal kita, orang zaman sekarang...sudah berkali-kali manggil ustadz ke tempat kita, bertahun-tahun (katanya) belajar, tak juga berubah akhlak dan iman kita. Coba dilihat lagi, barangkali berkahnya sudah lama dicabut...akibat lupa adab pencari ilmu.
#copaz

Artikel keren lainnya:

Mengapa Kita Harus Dekat Dengan Al-Qur'an?

Ringkasan Taujih Ust. Adbul Aziz Abdur Ra’uf, Lc Al Hafizh (25 Qoute Penting)
Mengapa Setiap Kita Harus Memaksa Dirinya Selalu Dekat dengan Al-Quran.
Baca Quran
1.  Dari pandangan Tarbawi berta’amul dengan Al Qur an serta menghafalnya secara hakiki bertujuan agar kita lebih banyak membaca Al Qur an  dan sepanjang hidup kita bersama Al Qur an.
Niatkan yang benar terhadap interaksi Al Qur an adalah untuk Taqarrub Ilallah.
2. Imam Syahid Hasan Al Banna menuntut kadernya minimal memiliki wirid Al Qur an 1 Juz setiap harinya. Dan bahkan dalam Buku Majmuatur Rasail, Tulisan : Nahnu Qaumun Amaliyyun  beliau menegaskan bahwa Al Quran setidaknya dapat :
a.       Iktsar (Berbanyak-banyak dengan Al Quran)
b.      Ta’abbud ( Terwujud suasana Ibadah)
c.       Taqarrub (Terbentuk kedekatan sama Allah)
Dan salah satu yang diinginkan Al Quran adalah  Tamkinud Diin (Penguatan Agama) di masyarakat kita. Dan dimulai dengan dari Tamkin dalam diri dan keluarga kita.
4. Keengganan kita berbuat kebaikan (Qiyamulllail, Tilawah dll) selaras dengan keengganan hubungan dengan Al Quran. Ketika hubungan kita renggang dengan Al Quran maka perlu cepat diiobati, dekati Al Quran, bermujahadah dan Tasabbur.
5. Kalau kita lihat dan tadabburi Surah An Nuur ayat 55 maka dapat kita pahami bahwa Siyasah (politik) dan juga Istikhlaf (kepemimpinan) selaras dan terkait kuat dengan Iman dan juga amal shaleh.
*_6. Dalam konsep Tarbiyah sebenarnya (ideal) setiap kader minimal sepanjang hidupnya dapat menghafal 15 juz, atau paling tidak untuk masa sekarang 6-7 juz..*_
7. Kerja-kerja dakwah ini menuntut banyak peranan kekuasaan Allah, tidak akan bisa  bertumpu pada sekedar usaha manusiawi kita, dan perolongan dan kekuasaan Allah akan mudah datang, ketika kita lagi dekat dengannya dan Al Quran adalah salah satu sarana yang tepat untuk mendekat kepada Allah swt
8.   Kelelahan kita lahir ketika kita  memahami bahwa dakwah ini adalah “proyek’ kita semata. Namun kelelahan itu tak akan ada dan tak akan pernah terlahir ketika kita memahami bahwa agenda dakwah ini adalah “proyek Allah” dalam penegakkan dinul Islam.
9. Ketika tahfiz menjadi amal tarbawi maka ia akan menjadi doa yang selalu kit a baca setiap harinya. Otak kita akan menuntun doa-doa dan harapan kita terhadap kebutuhan penting hidup kita seperti rezki, jodoh, anak, surga dn terbebas dari api neraka, semua ini menjadi kebutuhan kita . dan seperti itulah seharusnya ta’amul (interaksi) serta tahfiz menjadi doa harian kita.
*_10. Selayaknyalah sesama saudara seiman, khususnya aktifis dakwah dan penghafal al Quran untuk saling mendoakan kepada yang lain untuk bisa terus sepanjang hidupnya bersama Al Quran dan dimudahkan menghafal. Saling mendoakan ini akan membuat keterlibatan malaikat dalam pengabulan doa ini, karena ada mahabbah, ketulusan hati, kelapangan dada didalamnya._*
11. Menghafal akan terasa mudah ketika ta’amul kita dengan Al Quran sudah kuat, tilawah harian kita lancer dan kontinyu. Ketika kita sudah bisa menikmati dan meresapi interaksi hubungan kita dengan Al Quran maka InsyaAllah menghafal akan mudah.
12. Takizah (Pembersihan) terhadap diri kita akan sangat membantu  proses tahfiz. Inti dari Tazkiyah ini adalah semangat permohonan ampun kepada Allah
13.  Finish Menghafal / Tujuan akhir menghafal Al Quran adalah :
a.    Insyighal (Sibuk bersama Al Quran)
b.   Huwa Khairum mimma Yajma’un (QS. Yunus : 58) Terbaik
c.    Rabi’ul Qulub (Al Quran menjadi ketenangan dan kebahagian untuk Qalbu)
d.   Tasyabuh bish Shalihin (Mendekati/Mirip dengan orang-orang Shalih)
14.   Tahfiz  akan dimulai dengan aksi/ tindakan sebagai berikut :
a.    Doa (memohon dengan rada memaksa dan benar-benar menjadi kebutuhan)
b.   Bertawashul dengan Amal Andalan (Amal Spesialis yang jarang orang lakukan, seperti tawashul dalam kisah “Ahlul Gharr”
c.    Waktu Wajib (Tetapkan waktu khusus dan wajib untuk Al Quran)
d.   Kasratut Tikrar (Perbanyak mengulang-ngulang) Dosis pengakraban tilawah sekitar 350 kali menulang-ulang. Dan melekat kuat dalam waktu sekitar 10.000 jam dan sekitar 30.000 kali.
"Apakah dalam hidup ini kita lebih sibuk daripada Rasulullah dan para sahabat sehingga tidak mempunyai waktu untuk Al-Qur'an?
15. Menghafal Al Qur an bukan masalah bakat atau tidak, atau masalah muda atau tua, atau juga bukan masalah masih bujang atau sudah menikah. Inilah subuhat-subuhat dalam menghafal, karena sesungguhnya semuanya hanyalah membutuhkan sebuah “Mujahadah”.
16. Banyak dari kita belum memahami bahwa kedekatan kita dengan Al Qur an adalah sebuah rezki dan kebutuhan yang sangat patut dan seharusnya selalu kita minta dalam do’a-do’a harian kita.
17. Menghafal dan ta’amul (interaksi) kita dengan Al Qur an merupakan wujud kecintaan kita kepada Allah, karena Al Qur an adalah Kalamullah.
18. Kalau kita pikir-pikir mungkin surah-surah yang lain ada yang ngiri dengan surah al ikhlas, al ma’un, al ashr dll yang sering kit abaca dalam shalat kita. Padahal semuanya adalah sama yaitu Kalamullah dan berhak untuk memiliki penyikapan yang sama, untuk dibaca, dihafal dan ditadabburi.
19.. Sungguh berat untuk menjadi seperti sahabat, ataupun tabi’in, ataupun pula seperti ulama’ulama besar dalam sejarah Islam, namun peluang yang ada untuk kita adalah menjadi pengikutnya (selaras dengan Surah At Taubah ayat 100)
20. Hadits Huzaifah bin Yaman …….......
Inilah hakikat Tarbiyah : Bagaimana mengeluarkan seluruh potensi yang ada, sehingga akan mencapai potensi yang diluar pikiran. Kalau kita lihat cerita Huzaifah, maka kita lihat dimana akhirnya Huzaifah bisa bertahan dari Tarbiyah Rasulullah (Tahajjud dengan membaca sekita 5 juz dalam satu rakaat). Padahal Huzaifah beberapakali berharap agar Rasulullah untuk ruku, dan inilah proses “Tasabbur” menguatkan dirinya dan menghilangkan keengganannya.
21.   Umar bin Khattab pernah berkata : Lau Thuhuratul Qalbu latasaba’atil Quran (Jikalau hati ini Suci maka pastilah tidak akan keyang dengan Al Quran / Ketagihan dengan Al Quran)
22.   Ada sebuah Riwayat Hadits dari Hakim yang menceritakan  tentang orang tua yang berada di surga, tercengang dengan pahala yang ia terima padahal ia tidak merasa beramal sebanyak itu. Ternyata pahala itu lahir karena adanya arahan-arahan orang tua tersebut, sehingga anak-anaknya kuat berinteraksi dengan Al Quran.
23. Logika mendekati Al Quran berbeda dengan seperti kita mendekati sebuah benda. Ketika kita mendekat kepada Al Quran maka diwaktu yang sama Al Quran mendekat ke kita. Begitulah logika kita berjalan. Dan begitupula sebaliknya ketika kita menjauh dari Al Quran.
Maka jangan heran ketika dulu dia sering membaca  lancar  dan menghafal kuat, namun seiring waktu mulai jarang berinteraksi dengan Alquran biasanya orang jarang baca lidahnya mulai susah membaca dan hafalannya pun mulai hilang
24.   Hal-hal yang berhubungan dengan al Quran dijanjikan dengan sesuatu yang spektakuler. Allah telah menjadikan Al Quran “Huda, Rahmah dan Ta’abbud bitilawatih
25.  Disuatu saat menghafal (Tahfiz) Al Quran bisa menjadi amal Tarbawi – dan begitulah sehausnya. Namun adakalanya menjadi amal Taklifi (Pembebanan) atau juga amal Ta’limi (keilmuan dan skill).  Ketika ia menjadi amal Taklifi maka akan sangat berat rasanya, bukan hanya berat bagi yang dapat beban tapi juga berat bagi yang membebankan.
Ketika kita dekat dengan Al Quran maka dapat dipastikan kita juga dekat dengan Allah, begitupula sebaliknya.
Di Akhir taujihnya beliau Al-Ustadz Abdul Aziz Abdul Rauf al-Hafiz   menggambarkan bahwa saat ini banyak sebagian kader ,terlebih umat Islam sudah sangat jauh meninggalkan Al-Quran. Jangankan mentadabburi, membacanya saja terkadang sudah tidak sempat lagi lantaran 'kesibukan' sehari-hari.
*_Padahal, Rasulullah dan para sahabat senantiasa berinteraksi secara intensif dengan kitab suci ini di sepanjang kehidupan mereka. Hal ini karena pada hakikatnya, kunci kesuksesan, kemenangan dan kebahagiaan hidup tersimpan di dalam kitab suci tersebut._*
 Wallahu'alam

Artikel keren lainnya:

Isim (Kata Benda dalam Bahasa Arab): Pengertian, Tanda-tanda dan Pembagiannya

Pengertian Isim

Isim adalah kata yang menunjukkan makna dengan dirinya sendiri tanpa diikuti waktu yang tiga, yakni masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Isim bisa diartikan dengan kata benda dalam bahasa Indonesia, walaupun konsep isim dalam bahasa Arab dengan kata benda dalam bahasa Indonesia tidak semuanya sama.
Isim

Tanda-tanda Isim

• Bisa menerima tanwin
• Bisa menerima huruf alif lam (ال)
• Bisa beri’rab jar (kasrah atau pengganti kasrah)
• Didahului huruf jar
 • Didahului huruf nida’ (panggilan)
• Bisa disandarkan dengan isim lain

Macam-macam Isim

A. Isim Jinis dan Isim ‘Alam

Isim jinis adalah isim yang meliputi nama sebuah jenis.
Contoh:
تِلْمِيْذٌ – مُدَرِّسٌ – تَمْرٌ
Isim ‘alam adalah isim yang menunjukkan nama, baik nama orang ataupun nama tempat. Isim ‘alam ada yang mufrad dan juga murakkab.
Contoh:
 مفرد: يُوْسُفُ - بَغْدَاد
مركَّب: عَبْدُ اللهِ – أَبُوْ بَكْرٍ

B. Shahih, Manqush, Maqshur, Mamdud

Isim shahih adalah isim yang diakhiri dengan huruf shahih.
Contoh:
كَرِيْمَةٌ – كِتابٌ - اَللهُ
Isim Manqush adalah isim mu’rab yang huruf terkahirnya berupa ya’ tetap (lazimah) dan berharakat kasrah huruf sebelum ya’.
Contoh:
القَاضِي - الرَّاعِي
Isim maqshur adalah isim mu’rab yang akhirnya berupa alif yang tetap, baik yang berbentuk alif ataupun yang berbentuk ya’.
Contoh:
عَصَا - مُوْسَى - الفَتَى
Isim mamdud adalah isim mu’rab yang akhirnya berupa hamzah dan sebelumnya didahului alif zaidah.
Contoh:
صَحْرَاءٌ - سَـمَاءٌ - قُرَّاءٌ

C. Isim Mufrad, Mutsanna dan Jama’

Isim mufrad adalah kata yang menunjukkan makna tunggal baik untuk mudzakkar atau muannats.
Contoh:
إِنْسَانٌ – مَرْأَةٌ – كِتَابٌ – مَدْرَسَةٌ
Isim mutsana atau isim tatsniyah adalah kata yang menunjukkan kepada makna dua. Adapun bentuk katanya yakni dengan menambahkan alif dan nun dalam keadaan marfu serta ya’ dan nun dalam keadaan manshub dan majrur. Huruf sebelum huruf tambahan menjadi fathah, ya’ tambahan harakatnya sukun serta nun harakatnya fathah.
Contoh:
(كِتَابٌ) كِتَابَانِ/ كِتَابَيْنِ
Isim jam’ adalah kata yang menunjukkan pada makna banyak (lebih dari dua). Dalam bahasa Arab kata jamak atau plural ada 3 macam, yaitu:
1. Jama’ Mudzakkar Salim
Jama’ mudzakkar salim adalah kata yang menunjukkan makna banyak lebih dari dua. Secara harfiah artinya kata jamak untuk maskulin/lelaki beraturan. Cara pembentukkan katanya dengan menambah wau dan nun dalam keadaan marfu’ serta ya’ dan nun dalam keadaan manshub dan majrur.
Contoh:
(مُسْلِمٌ) مُسْلِمُوْنَ/ مُسْلِمِيْنِ
2. Jama’ Muanats Salim
Jama’ muannats salim adalah kata yang menunjukkan makna banyak (lebih dari dua) serta diperuntukkan makna feminim/wanita. Cara pembentukkan katanya dengan ditambahkan alif dan ta’ di akhir dari bentuk mufrad mudzakkar.
Contoh:
(مُسْلِمٌ) مُسْلِمَاتٌ
3. Jama’ Taksir
Jama’ taksir adalah kata yang menunjukkan makna jamak dengan mengubah mufradnya, baik dengan mengurangi huruf, menambahkan huruf, mengubah harakat, atau campuran ketiganya.
(رَسُوْلٌ) رُسُلٌ
(مَـلَــكٌ) مَلَائِكَةٌ
(مَدْرَسَةٌ) مَدَارِسُ

D. Mudzakkar dan Muannats

Isim mudzakar/maskulin adalah kata yang menunjukkan kepada laki-laki/jantan berupa manusi atau hewan. Contoh:
Contoh:
أَحْـمَدُ – دِيْكٌ - رَجُـلٌ
Isim muannats adalah isim yang menunjukan kepada perempuan/betina berupa manusia atau hewan.
Contoh:
دَجَاجَةٌ – مَرْيَمُ - حَامِلٌ

E. Isim Mu’rab dan Mabni

Isim mu’rab adalah isim yang berubah keadaan akhirnya sesuai dengan keadaan i’rabnya. Tanda i’rab ada dua macam, yaitu harakat dan huruf.
• Harakat
Isim mu’rab yang perubahan irabnya ditandai oleh harakat diantaranya:
1. Isim Mufrad
Isim mufrad ditandai oleh dhammah pada rafa’, fathah pada nashab, dan kasrah pada khafadh. Contoh:
اَلْكِتَابُ جَدِيْدٌ
إِنَّ اَلْكِتَابَ جَدِيْدٌ
اَلْقَلَمُ فَوْقَ الْكِتَابِ
2. Jama’ Taksir
Jama’ taksir ditandai oleh dhammah pada rafa’, fathah pada nashab, dan kasrah pada khafadh. Contoh:
اَلْكُتُبُ جَدِيْدَةٌ
إِنَّ اَلْكُتُبَ جَدِيْدَةٌ
اَلْقَلَمُ فَوْقَ اَلْكُتُبِ
3. Jama’ Muanats Salim
Jama’ muanats salim ditandai oleh dhammah pada rafa’ dan oleh fathah pada nashab dan khafadh. Contoh:

اَلْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنَاتُ إِخْوَةٌ
إن َالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ إِخْوَةٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
4. Fi’il Mudhari Shahih Akhir
Fi’il mudhari shahih akhir adalah fi’il mudhari yang huruf terakhirnya tidak terdiri dari huruf ilat yaitu alif, wawu, dan ya’. Fi’il mudhari shahih akhir ditandai oleh dhammah pada rafa’, fathah pada nashab, dan sukun pada jazm. Contoh:
تَدْخُلُ – لَنْ تَدْخُلَ – لَا تَدْخُلْ
5. Isim Ghair Munsharif
Isim ghair munsharif adalah isim yang tidak menerima tanwin. Isim ghair munsharif ditandai oleh dhammah pada rafa’ dan oleh kasrah pada nashab dan khafadh. Contoh:
جَاءَ أَحْمَدُ
رَأَيْتُ أَحْمَدَ
هَذَا الْكِتَابُ لِأَحْمَدَ
6. Fi’il Mudhari’ Mu’tal Akhir
Adapun fi’il mudhari’ yang huruf akhirnya terdapat huruf ilat yaitu alif, wawu, atau ya’ ketika jazm ditandai dengan membuang huruf ilat.
يَخْشَى – لَنْ يَخْشَى – لَا يَخْشَ
• Huruf
1. Isim Tatsniyah
Isim tatsniyah adalah isim yang menunjukkan makna dua. Isim tatsniyah ditandai oleh alif pada rafa’ dan oleh ya’ pada nashab dan khafadh. Contoh:

اَلْكِتَابَانِ جَدِيْدَانِ
إِنَّ اَلْكِتَابَيْنِ جَدِيْدَانِ
اَلْقَلَمُ فَوْقَ الْكِتَابَيْنِ
2. Jama’ Mudzakar Salim
Jama’ mudzakar salim adalah isim yang menunjukkan makna banyak (lebih dari dua) dan dikhususkan untuk mudzakar. Jama’ mudzakar salim ditandai oleh wawu pada rafa’ dan oleh ya’ pada nashab dan khafadh. Contoh:
اَلْمُؤْمِنُوْنَ وَالْمُؤْمِنَاتُ إِخْوَةٌ
إن َالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ إِخْوَةٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
3. Isim Lima
Isim lima adalah
أَبُوْكَ – أَخُوْكَ – حَمُوْكَ – فُوْكَ – ذُوْ
Isim lima ditandai oleh wawu pada rafa’, alif pada nashab, dan ya’ pada khafadh. Contoh:

أَبُوْكَ مَرِيْضٌ
إِنَّ أَبَاكَ مَرِيْضٌ
هَذَا الْكِتَابُ لِأَبِيْكَ
4. Fi’il Lima
Fi’il lima adalah lima bentuk wazan fi’il mudhari yang diakhiri oleh alif tatsniyah, wawu jama’ atau ya’ muanatsah dan juga nun.
و+ن
يَذْهَبُوْنَ
يَجْلِسُوْنَ
هُمْ
و+ن
تَذْهَبُوْنَ
تَجْلِسُوْنَ
أَنْتُمْ
ا+ن
يَذْهَبَانِ
يَجْلِسَانِ
هُمَا
ا+ن
تَذْهَبَانِ
تَجْلِسَانِ
هُمَا، أَنْتُمَا
ي+ن
تَذْهَبِيْنَ
تَجْلِسِيْنَ
أَنْتِ
Fi’il lima ketika rafa’ ditandai oleh adanya nun dan ketika nashab dan jazm nunnya dibuang. Contoh:
تَدْخُلُوْنَ – لَنْ تَدْخُلوْا – لَا تَدْخُلُوْا
Adapun isim mabni adalah isim yang tidak berubah harakat akhirnya pada semua keadaan i’rab. Isim mabni ada 8 macam, yaitu:
1. Isim Dhamir
Isim dhamir adalah isim yang digunakan untuk mewakili mutakallim, mukhathab, dan ghaib atau disebut kata ganti.
Isim dhamir tidak memiliki bentuk yang tetap ketika berdiri sendiri dan ketika diidhafatkan. Contoh mabninya isim dhamir:
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ
2. Isim Isyarah
Isim isyarah adalah isim yang digunakan untuk menunjuk atau disebut kata tunjuk. semua isim isyarah hukumnya mabni kecuali (هَذَانِ) dan (هَتَانِ) yang hukumnya seperti isim mutsana. Diantara isim yang termasuk isim isyarah adalah (هَذَا), (هَذِهِ), (ذَلِكَ), (تِلْكَ), (هُنَاكَ), dll. Contoh:
هَذِهِ مَدْرَسَةٌ
إِنَّ هَذِهِ الْمَدْرَسَةَ وَسِيْعَةٌ
أَتَعَلَّمُ فِي هَذِهِ الْمَدْرَسَةِ
Pada contoh pertama kata (هَذِهِ) berkedudukan sebagai mubtada’ dan berada pada marfu. Pada contoh kedua (هَذِهِ) berkedudukan sebagai isim inna dan berada pada tempat manshub. Sedangkan pada contoh ketiga (هَذِهِ) berkedudukan sebagai majrur. Apabila kita perhatikan ketiga contoh di atas maka akan didapati kata (هَذِهِ) tidak berubah harakat akhirnya meskipun berada pada kedudukan i’rab yang berbeda.
3. Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang digunakan untuk menghubungkan dua kalimat. Diantara yang termasuk isim maushul adalah (مَنْ), (مَا), (الَّذِيْ), (الَّتِيْ), dll. Contoh:
قَامَ مَنْ جَلَسَ
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
4. Isim Syarat
Isim syarat adalah merupakan isim yang memerlukan “jawab”. Gunanya menggabungkan 2 kalimat dimana kalimat yang pertama menjadi syarat dan yang kedua adalah jawab. Diantara yang termasuk isim syarat adalah (مَنْ), (مَا), (مَتَى), (أَيَّانَ), (أَيْنَ), (أَيْنَمَا), (أَنىَّ), (حَيْثُمَا), (كَيْفَمَا), dan (أَيُّ). Semua isim syarath adalah mabni kecuali (أَيُّ). Contoh:
 مَنْ جَدَّ وَجَدَ
إِنَّ مَنْ جَدَّ وَجَدَ
5. Isim Istifham
Isim istifham adalah isim yang digunakan untuk bertanya atau bisa disebut kata tanya. Diantara yang termasuk isim istifham adalah (مَنْ), (مَا), (مَتَى), (أَيْنَ), (كَيْفَ), (كَمْ), dan (أَيُّ). Semua isim istifham adalah mabni kecuali (أَيُّ). Contoh:
أَيْنَ بَيْتُكَ؟
مِنْ أَيْنَ جِئْتَ؟
6. Sebagian Zharaf
Isim zharaf ada yang mu’rab dan adapula yang mabni. Isim zharaf yang mabni adalah (حَيْثُ), (أَمْسِ), (الْآنَ), (إِذْ), (إِذَا), (أَيْنَ), dan (ثُمَّ).
جَلَسْتُ حَيْثُ كُنْتَ جَالِسًا
Kata (حَيْثُ) menepati i’rab nashab karena menjadi zharaf tetapi harakatnya tidak berubah karena mabni dhammah.
7. Isim Fi’il
Isim fi’il adalah isim mabni yang menunujukkan makna fi’il akan tetapi tidak mempunyai tanda seperti fi’il. Diantara yang termasuk isim fi’il adalah (هَيْهَاتَ), (قَطْ), (آمِيْنَ), (حَيَّ), dll. Contoh:
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ
أَكَلْتُ خُبْزًا فَقَطْ
Kata (حَيَّ) bermakna (أَقْبِلْ) dan kata (قَطْ) bermakna (يَكْفِى).
9. Adad Murakkab (11-19 kecuali 12)
Angka belasan dari 11-19 kecuali dua belas dalam bahasa Arab hukumnya mabni fathah. Jadi apapun i’rabnya tetap berharakat fathah. Contoh:
جَاءَ ثَلَاثَةَ عَشَرَ طَالِبًا
اِشْتَرَيْتُ أَرْبَعَةَ عَشَرَ كِتَابًا
جَاءَ الْمُدَرِّسُ مَعَ سِتَّةَ عَشَرَ طَالِبًا
Semua adad murakkab di atas semua mabni fathah pada keadaan i’rab apapun.

F. Jamid dan Musytaq

Isim Jamid
Pengertian isim jamid
هُوَ الْاِسْمُ الَّذِيْ لَمْ يُؤْخَذْ مِنْ غَيْرِهِ
Isim jamid adalah isim yang tidak diambil atau dibentuk dari isim yang lain.
Isim jamid ada dua macam:
1. Isim dzat atau isim jinis
Pengertiannya:
هُوَ مَالَمْ يُؤْخَذُ مِنْ لَفْظِهِ فِعْل بِمَعْنَاهُ
Isim dzat adalah isim yang tidak diambil dari bentuk lafaznya itu akan kalimat fi’il (kata kerja) dengan ma’nanya. Simpelnya isim dzat adalah kata yang menunjukkan makna sesuatu yang konkrit atau fisik seperti benda-benda, hewan, anggota badan, dll. Contoh:
الْأَرْضُ – عَنْكَبُوْت – الرَّجُل – بَطْن - نَحْنُ
2. Isim ma’na
Isim ma’na adalah isim yang menunjukkan makna dan tidak diikuti oleh waktu. Maksudnya bahwa isim ma’na lebih menunjukkan makna sesuatu yang abstrak atau non fisik. Yang termasuk isim ma’na diantaranya:
a. Mashdar
Mashdar adalah isim yang menunjukkan makna suatu perbuatan atau peristiwa tapi diikuti oleh waktu. Dalam bahasa Arab mashdar mempunyai beberapa pola atau wazan:
• Fi’il tsulatsi (fi’il yang terdiri dari tiga huruf)
Wazan mashdar fi’il tsulasi bermacam-macam. Hal ini dapat kita ketahui dengan sima’i, yakni mengikuti orang Arab atau merujuk kepada kitab-kitab berbahasa Arab.
Diantara wazan-wazan itu antara lain:
فَعْلٌ - فِعْلٌ – فَعَلَةٌ – فِعَالٌ – فِعَالَةٌ – فُعُوْلٌ – فُعُوْلَة – فَعَلَان – فَعْلَة - فَعَل
• Fi’il ruba’i (fi’il yang terdiri dari empat huruf).
Wazan masdar fi’il ruba’i diqiyaskan sesuai dengan wazan-wazan fi’il ruba’i, yaitu:
إِفْعَالٌ – تَفْعِيْلٌ – فِعَالٌ - فَعْلَلَة
• Fi’il khumasi dan sudasi
Wazan fi’il khumasi dan sudasi sifatnya qiyasiyah. Apabila diawali oleh hamzah washal, maka mashdarnya adalah mengikuti wazan fi’il madhinya dan mengkasrahkan huruf ketiganya serta menambahkan alif sebelum huruf terakhir. Contoh:
إِفْتِعَالٌ – إِسْتِفْعَالٌ – تَفَعُّلٌ - تَفَاعُل
b. Isim zaman jamidah, contoh:
حِيْنَ –  قَبْلَ  – بَعْدَ
c. Isim makan jamidah, contoh:
خَلْفَ –  أَمَامَ - وَسْطَ
d. Isim ‘adad, contoh:
ثَلَاثَةٌ –  اثْنَانِ – مِائَةٌ
Isim Musytaq
Isim musytaq adalah isim yang diambil dari kata yang lainnya dan menunjukkan sessuatu yang disifati oleh suatu sifat.
Isim musytaq ada tujuh macam:
1. Isim fa’il dan sighat mubalaghahnya
Isim fa’il
Isim fa’il adalah isim yang menujukkan pelaku dari suatu perbuatan atau sesuatu yang menyebabkan suatu peristiwa.
Wazan isim fa’il dari fi’il tsulasti mujarrad adalah (فَاعِلٌ).
Contoh:
كَاتِبٌ – قَارِئٌ - قَائِلٌ
Sedangkan wazan isim fa’il selain tsulatsi mujarrad adalah mengikuti wazan fi’il mudhari’ mabni ma’lum dengan mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat dhammah dan dikasrahkan huruf kedua terakhir.
Contoh:
مُكْرِمٌ – مُحَسِّنٌ - مُسْتَغْفِرٌ
Sighat mubalaghah
Shighat mubalaghah adalah isim yang menunjukkan arti isim fa’il yang mengandung arti lebih atau sangat.
Wazan-wazan sighat mubalaghah antara lain:
فَعَّالٌ – فَعُوْلٌ – فَعِيْلٌ – مِفْعَال – فَعِل – فِعِّيْلٌ – فُعَّال - فَاعُوْلٌ
2. Isim maf’ul
Isim maf’ul adalah isim yang menunjukkan arti sesuatu yang dijatuhi atau dikenai suatu pekerjaan atau perbuatan. Ada juga yang mendefinisikan, isim maf’ul adalah isim yang diambil dari fi’il majhul untuk menunjukkan kepada sesuatu yang menimpa kepadanya perbuatan.
Wazan isim maf’ul dari fi’il tsulasi mujarrad adalah (مَفْعُوْلٌ). Sedangkan wazan isim maf’ul dari fi’il selain tsulatsi mujarrad adalah mengikuti wazan fi’il mudhari’ mabni ma’lum dengan mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat dhammah dan difathahkan huruf kedua terakhir.
Contoh:
مُكَرَّمٌ – مُضَافٌ - مُسْتَغْفَرٌ
3. Sifat musyabbahah dengan isim fa’il
Sifat musyabbahah dengan isim fa’il adalah isim musytaq yang maknanya sama denga isim fa’il dan hanya terbentuk dari fi’il tsulasti lazim.
Bentuk-bentuk wazan sifat musyabbahah berwazan:
فعِلٌ – أفعَل – فَعْلان – فعيل – فَعْل – فُعال – فَعال – فَعَل - فُعْل
4. Isim tafdhil
Isim tafdhil adalah isim yang dibentuk dari wazan (أَفْعَلُ) yang berfungsi untuk menunjukkan makna lebih dari yang lain. Contoh:
أَكْبَرُ - أَفْضَلُ  - أَعْلَى
5. Isim zaman dan 6. Isim makan
Isim zaman adalah  isim musytaq yang menunjukkan waktu terjadinya suatu perbuatan. Adapun isim makan adalah isim musytaq yang menunjukkan tempat terjadinya suatu perbuatan. Wazan isim makan dan isim zaman adalah sama. Untuk membedakan kedua maknanya adalah dengan melihat konteks kalimat. Wazan isim zaman dan isim makan untuk fi’il tsulatsi mujarrad adalah (مَفْعَل) dan (مَفْعِل).
7. Isim alat
Isim alat adalah isim musytaq yang berfungsi untuk menunjukkan makna alat atau perkakas yang digunakan dalam suatu peristiwa.
Wazan-wazan isim alat:
مِفعَل- مِفعَال – مِفعَلَة

G. Nakirah dan Ma’rifah

Isim nakirah/indefinitif adalah setiap isim yang menunjukkan pada makna yang tidak ditentukan atau makna umum. Biasanya diakhiri dengan tanwin dan/atau tidak diawali Alif Lam (ال).
1. Isim Dhamir
Isim dhamir adalah isim ma’rifah dan mabni yang menunjukkan mutakallim, mukhathab dan ghaib. Isim dhamir atau kata ganti dalam bahasa arab ada 14. Berikut rinciannya:
Dhomir
Arti
Dhomir
Arti
أَنَا
Saya
نَحْنُ
Kami
أَنْتَ
Kamu (lk)
هُوَ
Dia (lk)
أَنْتُمَا
Kalian (berdua/lk)
هُمَا
Mereka (berdua/lk)
أَنْتُمْ
Kalian (lk)
هُمْ
Mereka (lk)
أَنْتِ
Kamu (pr)
هِيَ
Dia (pr)
أَنْتُمَا
Kalian (berdua/pr)
هُمَا
Mereka (berdua/pr)
أَنْتُنَّ
Kalian (pr)
هُنَّ
Mereka (pr)

2. Isim Isyarah
Isim isyarah adalah isim ma’rifah yang menunjukkan makna definitif dengan isyarat atau petunjuk. Isim isyarah disebut juga kata tunjuk dalam bahasa Melayu, seperti:
هَذَا – هَذِهِ – هَؤُلَاءِ – ذَلِكَ – تِلْكَ – أُولَئِكَ – هُنَاكَ – هُنَالِكَ
3. Isim Maushul
Isim maushul adalah isim ma’rifah yang berfungsi untuk menyambung kalimat/jumlah setelahnya. Seperti:
الَّذِيْ - الَّتِيْ – الَّذِيْنَ – مَا - مَنْ
4. Isim ‘Alam
Isim ‘alam adalah isim ma’rifah yang digunakan untuk menspesialkan nama orang, tempat, benda, dll.
Contoh:
مُحَمَّدٌ – فَاطِمَةُ – مَكَةُ – لُبْنَان - النَّيْلُ
Isim ‘alam ada 3 macam:
a. Kunyah
Kunyah adalah nama yang diawali (أَبُ), (أُمُّ) atau (اِبْنُ).
Contoh:
أَبُوْ بَكْرٍ – أُمُّ كُلْثُوْم – اِبْنُ سِيْنَ
b. Laqab
Laqab artinya nama alias dan biasanya menggunakan sifat.
Contoh:
اَلْفَاتِحُ – اَلْمَأْمُوْنُ - اَلشَّافِعِيُّ
c. Isim
Maksud isim disini adalah nama yang bukan kunyah atau laqab. Isim dapat berupa:
> Mufrad, seperti (مَرْيَمُ) dan (يُوْسُفُ).
> Murakkab idhafi, seperti (عَبْدُ الْوَهَابِ) dan (عَبْدُ الْعَزِيْزِ).
> Murakkab majazi, seperti (نيُو يَورك) arabisasi dari New York.
5. Ditambah Alif Lam
Isim nakirah apabila diimbuhi alif lam di awalnya maka menjadi isim ma’rifah. Contoh:
اَلْكِتَابُ – اَلْمَسَاجِدُ – اَلرَّحِيْمُ – اَلطَّالِبُوْنَ
Dalam menambahkan alif lam harus berdasarkan ketentuan berikut:
Isim yang diawali alif lam ta’rif tidak boleh diakhiri dengan tanwin. Contoh:
كِتَابٌ اَلْكِتَابُ – صُوْرَةٌ اَلصُّوْرَةُ
Apabila huruf pertama merupakan huruf qamariyyah, maka lamnya disukunkan. Huruf qamariyyah ada 14, yaitu:
أ ب ج ح خ ع غ ف ك ق م و هـ ي
Contoh:
اَلْمَسَاجِدُ - اَلْإِنْسَانُ – اَلْقَوْمُ - اَلْيَوْمُ
Apabila huruf pertama merupakan huruf syamsiyyah, maka lamnya diidghamkan ke huruf berikutnya. Huruf syamsiyah ada 14, yaitu:
 ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن
Contoh:
اَلرَّحِيْمُ – اَلشَّمْسُ – اَلتِّيْنُ - اَلصُّوْرَةُ
6. Diidhafahkan ke isim ma’rifah (dibuat frasa)
Apabila isim nakirah diidhafahkan ke isim ma’rifah maka isim tersebut menjadi isim ma’rifah. Contoh:
كِتَابُ الْفِقْهِ – لِبَاسُ مَحْمُوْدٍ – سُوْءُ الظَّنِّ
Kata yang pertama dari ketiga contoh diatas disebut dengan mudhaf dan kata yang ke-2 disebut mudhaf ilaih. Mudhaf ilaih selalu majrur adapun mudhaf tergantung kedudukan dalam kalimat.
7. Munada Maqshud
Munada adalah isim yang terletak setelah huruf nida. Adapun munada maqshud adalah munada yang berbentuk nakirah namun untuk tujuan tertentu (jelas yang dipanggilnya). Contoh:
يَا طَالِبُ – يَا طَالِبَانِ – يَا حَاضِرُوْنَ
Sekian dan demikian. Semoga bermanfaat!

Artikel keren lainnya: