Pengertian na’at | Naat haqiqi | Naat sababi
Na’at merupakan salah satu dari
isim tawabi’. Isim tawabi’ adalah isim yang mengikuti i’rab kata sebelumnya
yang disebut dengan matbu’. Matbu' dalam yang setelahnya na'at disebut dengan man'ut.
Tawabi |
Pengertian Na’at
Na’at adalah kata atau kalimat
yang menunjukkan makna sifat kata sebelumnya. Na’at kadang disebut juga dengan
sifat. Kata yang disifati disebut dengan maushuf atau man’ut. Na’at mengikuti
man’utnya dalam hal i’rab (rafa’, nashab dan khafadh), nau’ (mudzakkar dan
muannats), ‘adad (mufrad, mutsanna dan jama’) dan ta’yin (nakirah dan
ma’rifah).
Contoh na’at:
جَاءَ
الطَّالِبُ الْفَاضِلُ
إِنَّ
الطَّالِبَتَيْنِ الْفَاضِلَتَيْنِ في
الْمَدْرَسَةِ
فَاصْبِرْ
صَبْرًا جَمِيْلًا
Bila kita perhatikan secara
saksama, kata yang berwarna merah merupakan sifat dari kata sebelumnya. I’rab,
nau’ adad, dan ta’yinnya selalu mengikuti man’utnya.
Pembagian Na’at
Na’at dalam dibagi menjadi dua
macam, yakni na’at haqiqi dan na’at sababi.
1. Na’at Haqiqi
Na’at haqiqi adalah kata yang menunjukkan
makna sifat pada diri matbu’nya. Contoh na’at haqiqi:
فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا
Kata (جَمِيْلًا)
merupakan sifat bagi kata (صَبْرًا)
yang merupakan matbu’nya atau isim yang diikuti.
Dalam na’at haqiqi, na’atnya
boleh berupa mufrad, sibhul jumlah atau jumlah.
a. Na’at mufrad
Yang dimaksud mufrad disini
adalah hanya berupa satu kata saja. Na’at mufrad bisa berupa:
• Isim
fa’il
Isim fa’il adalah isim yang menujukkan pelaku dari suatu perbuatan atau
sesuatu yang menyebabkan suatu peristiwa.
Wazan isim fa’il
dari fi’il tsulasti mujarrad adalah (فَاعِلٌ).
Contoh:
كَاتِبٌ – قَارِئٌ - قَائِلٌ
Sedangkan
wazan isim fa’il selain tsulatsi mujarrad adalah mengikuti wazan fi’il mudhari’
mabni ma’lum dengan mengganti huruf mudhara’ahnya menjadi mim berharakat
dhammah dan dikasrahkan huruf kedua terakhir.
Contoh:
مُكْرِمٌ – مُحَسِّنٌ - مُسْتَغْفِرٌ
Ketiga isim fa’il di atas diambil dari fi’il mudhari’ berikut:
يُكْرِمُ – يُحَسِّنُ - يَسْتَغْفِرُ
Contoh na’at berupa isim fa’il:
جَاءَ
الطَّالِبُ الْفَاضِلُ
الَّذِي
خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
• Sifat musyabbahah dengan isim fa’il
Sifat
musyabbahah dengan isim fa’il adalah isim musytaq yang maknanya sama denga isim
fa’il dan hanya terbentuk dari fi’il tsulasti lazim.
Bentuk-bentuk
wazan sifat musyabbahah:
- Wazan (فعِلَ)
Isim musyabbahah dari fi’il dengan pola (فعِلَ) adalah:
فعِلٌ: طَرِب - سَلِس
أفعَل: أَحْمَر- أَكْحَل
فَعْلان: سَلْمَان - عَطْشَان
- Wazan (فعُل)
فعيل: كَثِيرٌ - نَظِيْف
فَعْل: سَهْل - ضَخْم
فُعال: فُرَات - شُجَاع
فَعال: جَبَان - حَصَان
فَعَل: حَسَن - بَطَل
فُعْل: حُلْو - صُلْب
- Wazan (فَعَل)
Tidak banyak isim musyabbahah yang berasal
dari fi’il tsulatsi berwazan fa’ala. Shifat musyabbahah yang termasuk fi’il ini
diantaranya:
طَيِّبٌ (طَابَ)
شِيْقٌ (شَاقَ)
أَشْيَب (شَابَ)
Contoh na’at dari sifat
musyabbahah:
اشْتَرَيْتُ كِتَابًا جَدِيْدًا
حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ
مِنَ الْفَجْرِ
•
Sighat mubalaghah isim fa’il
Shighat mubalaghah adalah isim yang menunjukkan arti isim fa’il yang
mengandung arti lebih atau sangat.
Wazan-wazan sighat mubalaghah antara lain:
فَعَّالٌ: عَلاَّمٌ - فَتَّاح
فَعُوْلٌ: صَبُوْرٌ - شَكُوْر
فَعِيْلٌ: عَلِيْم – سَمِيْع
مِفْعَال: مِقْدَام – مِعْطَار
فَعِل: حَذِر - فَطِن
فِعِّيْلٌ:صِدِّيْقٌ - سِكَّيْر
فُعَّال: كُبَّار
فَاعُوْلٌ: فَارُوْق
Maka kata jika (عَالِمٌ)
diartikan orang yang pintar, maka kata (عَلاَّمٌ)
diartikan yang sangat pintar atau orang yang banyak pengetahuannya.
Contoh na’at dari shighat mubalaghah:
تَنْزِيْلُ الْكِتَابِ مِنَ اللهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ
• Isim maf’ul
Isim maf’ul adalah isim yang menunjukkan arti sesuatu yang dijatuhi atau
dikenai suatu pekerjaan atau perbuatan. Ada juga yang mendefinisikan, isim maf’ul
adalah isim yang diambil dari fi’il majhul untuk menunjukkan kepada sesuatu
yang menimpa kepadanya perbuatan.
Wazan isim maf’ul dari fi’il tsulasi mujarrad adalah (مَفْعُوْلٌ). Contoh:
مَضْرُوْبٌ – مَفْتُوْحٌ - مَقَالٌ
Sedangkan wazan isim maf’ul dari fi’il selain tsulatsi mujarrad adalah
mengikuti wazan fi’il mudhari’ mabni ma’lum dengan mengganti huruf
mudhara’ahnya menjadi mim berharakat dhammah dan difathahkan huruf kedua terakhir.
Contoh:
مُكَرَّمٌ – مُضَافٌ - مُسْتَغْفَرٌ
Ketiga isim fa’il di atas diambil dari fi’il mudhari’ berikut:
يُكَرِّمُ – يُضِيْفُ - يَسْتَغْفِرُ
Contoh na’at dari isim maf’ul:
وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَعْرُوفًا
أَنْ يُؤْتَى صُحُفًا مُنَشَّرَةً
• Isim
tafdhil
Isim tafdhil adalah isim yang dibentuk dari
wazan (أَفْعَلُ) yang berfungsi untuk menunjukkan
makna lebih dari yang lain.
Contoh na’at dari isim tafdhil:
هَذَا هُوَ الرَّجُلُ الْأفْضَلُ
هَؤُلَاءِ هُمُ الرِّجَالُ الْأَفَاضِلُ
• Isim
yang diakhiri ya nisbah
Ya’ nisbah adalah ya’ bertasydid
yang berada di akhir isim yang menunjukkan makna menyandarkan kepada isim yang
ada ya’ nisabhnya.
Contoh na’at dari isim nisbah:
اللُّغَةُ الْعَرَبِيَّةُ
الْحُقُوْقُ الْإِنْسَانِيَّةُ
Na’at haqiqi mufrad harus
mengikuti man’utnya dalam hal i’rab (rafa’, nashab dan khafadh), nau’
(mudzakkar dan muannats), ‘adad (mufrad, mutsanna dan jama’) dan ta’yin
(nakirah dan ma’rifah). Namun, apabila man’utnya berupa jama’ ghair aqil, maka
na’atnya boleh mufrad muannats atau jama’ muannats. Contoh:
الْجِبَالُ الْعَالِيَةُ
/ الْجِبَالُ الْعَالِيَاتُ
b. Na’at syibhul jumlah
Na’at yang berbentuk syibhul
jumlah bisa berupa zharaf atau jar majrur. Para pembaca harus teliti ketika
membaca sifat dari syibhul jumlah karena takut tertukar dengan mubtada’ khabar.
Contoh na’at syibhul jumlah:
الْعِلْمُ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرٍ
الصَّلَاةُ فِي الْمَسْجِدِ خَيْرٌ
مِنَ الصَّلَاةِ فِي الْبَيْتِ
Syibhul jumlah pada kedua contoh
di atas merupakan sifat dari kata sebelumnya.
c. Na’at jumlah (ismiyah dan
fi’liyah)
Apabila na’at berupa jumlah, maka
man’utnya harus isim nakirah. Selain itu, dalam jumlahnya harus ada dhamir yang
kembali kepada man’utnya.
Contoh na’at berupa jumlah:
هَذَا عَمَلٌ يُفِيْدُ
جَاءَ طَالِبٌ أَبُوْهُ
كَرِيْمٌ
2. Na’at Sababi
Na’at sababi adalah na’at yang
menyifati isim yang ada kaitannya dengan matbu’nya. Dalam na’at sababi, sifat
yang ada tidak menunjukkan sifat pada matbu’nya melainkan kata setelah
na’atnya.
Na’at pada na’at sababi harus
berupa isim mufrad dan mengikuti matbu’nya pada hal i’rab (rafa’, nashab dan khafadh)
dan ta’yinnya (nakirah dan ma’rifah) serta mengikuti kata setelahnya pada hal
nau’ (mudzakkar dan muannats).
Contoh na’at sababi:
جَاءَ الرَّجُلُ الْكَرِيْمُ أَبُوْهُ
جَاءَ طَالِبُوْنَ فَاضِلَةٌ
أَخْوَاتُهُمْ
جَاءَتْ طَالِبَاتُ كَرِيْمٌ
إِخْوَانُهُنَّ
مَرَرْتُ بِالْمَرْأَةِ الْجَمِيْلَةِ
أُمُّهَا
Contoh di atas merupakan contoh
na’at sababi. Kata yang berwarna merah itu merupakan sifat bagi kata
setelahnya, walaupun secara lafdziyyah ikut ke kata sebelumnya.
Sekian pembahasan tentang na’at. Ada beberapa contoh dari Al-Qur’an tapi dicantumkan ayatnya. Mohon maaf bila ada kesalahan. Terima kasih atas kunjungannya. Bila ada yang perlu ditanyakan, silahkan isi di kolom komentar.
Sekian pembahasan tentang na’at. Ada beberapa contoh dari Al-Qur’an tapi dicantumkan ayatnya. Mohon maaf bila ada kesalahan. Terima kasih atas kunjungannya. Bila ada yang perlu ditanyakan, silahkan isi di kolom komentar.
Belum ada tanggapan untuk "Pengertian Na'at dan Man'ut Serta Pembagiannya (Haqiqi Dan Sababi)"
Post a Comment