Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Pengertian Qashashil Qur'an (Kisah dalam Al-Qur'an) dan Hikmahnya

A. Pengertian Qashashil Qur’an
Menurut bahasa, kata Qashash berupa bentuk jamak dari kata qishah yang berarti mengikuti jejak atau menulusuri bekas, atau berarti juga cerita atau kisah. Di dalam Al-Qur’an, kata Qashash mempunyai 3 arti tersebut, seperti terlihat dalam ayat ayat sebagai berikut.
Tadabbur Qur'an
Surat Al-kahfi: 64

قَالَ ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصًا
Artinya: Lalu keduanya mengikuti kembali jejak mereka sendiri.
Dalam ayat ini, lafal Qashash berarti mengikuti jejak yang sama dengan menulusuri bekas.
Surat Al-Qashas: 11
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Artinya: Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.
Disini lafal Qushi atau Qashas berarti mengikuti.
Surat Yusuf: 111
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang orang yang mempunyai akal.
Menurut istilah, Qashashil Quran ialah kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan ihwal umat-umat dahulu dan Nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Didalam Alquran banyak diceritakan umat-umat dahulu dan sejarah Nabi atau para Rasul serta ihwal Negara dan perilaku Bangsa kaum terdahulu. Terkadang Al-Quran menceritakan kejadian manusia pertama, Nabi Adam AS dan kehidupannya, menerangkan kenikmatan surga dan siksaan mereka di akhirat, sebagaimana sering menjelaskan tugas dan nama-nama Malaikat dan keadaan hari kiamat dan sebagainya.
B. Macam-Macam Kisah dan Karakteristiknya Dalam Alquran.
1. Di tinjau dari segi waktu
Di tinjau dari segi waktu terjaddinya peristiwa yang di ceritakan dalam Alquran, maka Qashashil quran itu ada tiga macam, sebagai berikut:
Kisah hal-hal gaib pada masa lalu (al qashashul ghuyub al maadiyah)
Yaitu kisah yang menceritakan kejadian kejadian gaib yang sudah tidak bisa ditangkap panca indera, yang terjadinya di masa lampau. Contohnya seperti kisah-kisah Nabi Nuh, Nabi Musa dan kisah Maryam.
Kisah hal-hal gaib pada masa kini (Al qashashul ghuyub al hadirah)
Yaitu kisah-kisah yang menerengkan hal-hal gaib pada masa sekarang (meski sudah ada sejak dulu dan masih akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan yang menyingkap rahasia orang orang munafik. Contohnya seperti kisah yang menerangkan tentang Allah SWT dengan segala sifat-sifatNya, para Malaikat, Jin, setan, dan siksaan Neraka, kenikmatan Surga dan sebagainya. Kisah-kisah tersebut dari zaman dahulu sudah ada, sekarang pun masih ada dan hingga masa yang akan datang pun masih tetap ada.
Kisah hal-hal gaib pada masa yang akan datang (Al qashashul ghuyub al mustaqbilah)
Yaitu kisah kisah yang menceritakan peristiwa-peristiwa akan datang yang belum terjadi pada waktu turunnnya al Quran kemudian peristiwa tersebut betul-betul terjadi. Karena itu, pada masa sekrang ini, berarti peristiwa yang di kisahkan itu telah terjadi. Contohnya seperti kemenangan bangsa Romawi atas Persia yang di terangkan dalam surat Al-Rum: 1-4.
2. Di tinjau dari segi materi
Jika di tinjau dari segi materi yang di ceritakan maka kisah Alquran itu terbagi menjadi 3 macam, sebagai berikut:
Kisah para Nabi, mu’jizat mereka, fase-fase dakwah mereka dan penentang serta pengikut mereka. Contohnya seperti kisah Nabi Adam AS, Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, Nabi Muhammad SAW, dan lain lain.
Kisah orang-orang yang belum tentu Nabi dan kelompok kelompok manusia tertentu. Contohnya seperti kisah Lukmanul Hakim, Qarun, Thaluth, Yaquth, Ashabul kahfi, Ashabus Sabti, Ashabul fiil dan lain lain.
Kisah peristiwa peristiwa dan kejadian-kejadian di zaman Rasulullah SAW, contohnya seperti perang Badar, perang Uhud, perang Hunain, perang Tabuk, perang Ahzab, Hijrah dan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
C. Tujuan Kisah-Kisah Dalam Al-Quran
Kisah-kisah dalam Al-Quran mempunyai tujuan yang mencakup seluruh isi Al-Quran yang telah di turunkan, namun tujuan tersebut dapat diringkas menjadi beberapa tujuan pokok mengenai hal tersebut, diantaranya:
Sebagai bukti dan penguat kebenaran  wahyu serta risalah.
Kesatuan agama dan aqidah seluruh Nabi.
Kesamaan metode dalam dakwah dan menghadapi para penentang.
Pertolongan Allah SWT bagi para Nabi.
Pembenaran terhadap kabar gembira dan peringatan.
Kelembutan Allah SWT terhadap para Nabi.
Permusuhan setan.
Pengutusan para Nabi sebagai kemurahan Allah SWT.
D. Pengulangan Kisah Dalam Al Quran
Al-Quran banyak mengandung kisah-kisah yang diungkapkan secara berulang kali di beberapa tempat, di satu tempat ada bagian bagian yang didahulukan sedang di tempat lain ada yang diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan adang kadang secara panjang lebar. Di antara hikmahnya ialah:
1. Menjelaskan kebalaghahan Alquran dalam tingkat paling tinggi
Diantara keistimewaan balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna dalm berbagai macam bentuk yang berbeda. Dan kisah yang berulang itu dikemukakan di setiap tempat dengan uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta di tuangkan dalam pola yang berlainan pula.
2. Menunjukan kehebatan kemukjizatan Al-Quran.
Mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat dimana salah satu bentuk pun tidak dapat di tandingi oleh sastrawan arab merupakan tantangan dahsyat bahwa Alquran itu datang dari Allah SWT.
3. Memberian perhatian besar terhadap kisah tersebut
Agar pesan kesannya lebih berkesan dan melekat dalam jiwa, maka harus ada repetasi. Pada dasarnya pengulangan merupakan salah satu metode pemantapan nilai.
4. Setiap kisah memiliki maksud dan tujuan berbeda
Maka sebagaian dari makna-makna itulah yang di perlukan sedangkan makna-makna lainnya di kemukakan di tempat yang lain sesuai dengan tuntutan keadaan.
E. Hikmah Mengetahui Kisah Kisah Dalam Alquran
Kisah-kisah dalam Al-Quran mempunyai banyak hikmah, diantaranya:
1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok pokok syariat yang di bawa oleh para Nabi.
2. Meneguhkan hati Rasulullah SAW dan hati Umat Muhammad SAW atas agama Allah SWT, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
3. Membenarkan para Nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4. Menampilkan kebenaran Muhammad SW dalam dakwahnya dengan apa yang di beritakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.
5. Menyingkap kebohongan ahli kitab dengan cara membeberkan keterangan semula yang mereka sembunyikan, kemudian menantang mereka dengan menggunakan ajaran kitab mereka sendiri yang masih asli, yaitu sebelum kitab itu di ubah dan di ganti.
6. Kisah termasuk bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar mempengaruhi jiwa. Firman Allah: “sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang orang yang berakal” (QS. yusuf: 111).
F. Kisah-kisah dalam Al-Quran Antara Fakta dan Fiksi
Agama-agama di dunia banyak memuat kisah-kisah menjadi salah satu ajaran dan nilai tersendiri bagi para pemeluknya. Agama hindu dengan cerita mahabaratanya, budha dengan kisah dewi-dewi penghuni nirwana, kristen dengan kisah para rasul dan paulus dalam kitab mereka, yahudi dengan kisah uzair, bahkan dongeng dewa-dewa yunani sampai sekarang masih berkembang dalam bentuk perfilman. Kenyataan ini menimbulkan sebuah pertanyaan apakah kisah-kisah yang dimuat AlQuran sekedar khayalan sebagaimana dongeng dan cerita dalam mitologi agama-agama di dunia atau sebuah kenyataan yang wajib oleh setiap muslim.
Seorang bernama Dr. Muhammad Ahmad Khalafullah di dalam disertasinya ia menyatakan bahwa pada prinsipnya, kisah-kisah dalam Al-Quran merupakan karya seni yang tunduk  kepada daya cipta dan kreatifitas seni, tanpa harus memegangi kebenaran sejarah. Dan dalam pandangannya bahwa Al-Quran telah menciptakan beberapa kisah, dan bahwa ulama-ulama terdahulu telah melakukan kesalahan dengan menganggap bahwa kisah dalam AlQuran tersebut sebagai suatu peristiwa sejarah yang dapat dipegangi.
Al-Quran tidak demikian halnya. Ia diturunkan dari sisi Yang Maha tahu, Maha bijaksana. Dalam berita-berita-Nya, semuanya adalah fakta. Apabila orang-orang terhormat di kalangan masyarakat enggan berkata dusta dan menganggapnya sebagai perbuatan hina paling buruk yang dapat merendahkan martabat kemanusiaan, maka bagaimana seorang yang berakal dapat menghubungkan kedustaan kepada kalam Yang Maha mulia dan Maha Agung?
Seorang muslim yang benar adalah yang mengimani bahwa AlQuran itu Kalamullah. Dia suci dari penggambaran seni yang tidak peduli dengan realitas sejarah. Kisah-kisah AlQuran itu semuanya mengandung fakta sejarah yang dilukiskan dengan indah dan menarik.
Firman Allah:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى (13)
Artinya: “Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya.” (QS. Al-Kahfi: 13)
نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (3)
Artinya: “Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firaun dengan benar (hak) kepada kaum yang beriman. (QS Al-Qhashash: 3).
=====================
Rujukan
Djalal, Abdul H. A. Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu, 2000
Baqir Hakim, Muhammad. Ulumul Quran. Jakarta: Alhuda, 2012
Manna AL-Qaththan, Syaikh. Pengantar Studi Ilmu Al-Quran. Terjemahan Aunur Rafiq
El-Mazni. Jakarta: Pustaka Alkautsar, 2013

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Pengertian Qashashil Qur'an (Kisah dalam Al-Qur'an) dan Hikmahnya"

Post a Comment