Home · Tajwid · Sharaf · Nahwu · Balaghah · Do'a · Daftar Isi

Fashal dan Washal dalam Ilmu Balaghah | Ilmu Maani

Ketika membaca Al-Qur’an kita mendapati banyak jumlah atau kalimat yang diawali dengan wawu yang artinya “dan”. Dalam bahasa Indonesia tidak ada penggunaan “dan” di awal kalimat, namun dalam bahasa Arab ada penyambungan antara dua kalimat dengan menggunakan “wawu”. Ko bisa? Silahkan baca artikel berikut ini.
A. Pengertian Washal dan Fashal
الوصلُ عَطفُ جُملةٍ عَلَى أخْرَى بِالْوَاوِ، وَالْفَصْلُ تَرْكُ هَذَا الْعَطْفِ
Washal adalah menyambungkan suatu kalimat dengan kalimat lainnya dengan menggunakan huruf athaf (و) dan fashal adalah meninggalkan athaf antara dua kalimat.
Dalam Al-Qur’an biasanya kita menemukan suatu ayat/kalimat yang diawali dengan “wawu”. Nah ayat semacam itu menunjukkan bahwa ayat tersebut diathafkan dengan ayat/kalimat sebelumnya. Apabila ada dua ayat atau lebih yang diathafkan itu dinamakan washal dalam ilmu balaghah.
Contoh washal:
لَمْ يَلِدْ - وَلَمْ يُوْلَدْ - وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا اَحَدٌ
Artinya: “Dia tidak beranak dan tidak diperanak dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
Contoh fashal:
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ - يُفَصِّلُ الْأيتِ
Artinya: “Dia (Allah) yang mengatur urusan dan menjelaskan tanda-tanda” (Ar- Ra’d: 2)
B. Ketentuan Washal
Wajib menyambungkan dua kalimat apabila:
1. Memiliki kedudukan i’rab yang sama.
Contoh:
وَاللهُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ
Artinya: “Allah yang menghidupkan dan mematikan.” (Ali Imran: 156)
Jumlah (يُحْيِى) pada contoh di atas berkedudukan sebagai khabar dan jumlah (يُمِيْتُ) berkedudukan sebagi ma’thuf.
2. Terdapat kesamaan bentuk jumlah khabar atau insya’ dan ada kesesuaian makna.
Contoh:
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat baik berada dalam kenikmatan sementara orang-orang jahat berada dalam neraka Jahim” (Al-Infithar :13-14)
Kedua ayat di atas diathafkan dengan menggunakan huruf wawu. Kedua bentuk jumlah kedua ayat di atas adalah sama yaitu jumlah khabar dan keduanya memiliki hubungan makna.
Contoh lain:
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا 
Artinya: “Dan sembahlah Allah serta janganlah kalian menyekutukan-Nya….” (An-Nisa’: 36).
Kedua jumlah di atas sama-sama jumlah insya’ dan disambungkan dengan athaf.
3. Dua jumlah yang berbeda bentuk (segi Khabar dan Insya’) tetapi apabila dipisahkan akan mengaburkan maksud.
Contoh:
Jawaban untuk orang yang bertanya “Ada yang bisa saya bantu?”.
لَا وَبَارَكَ اللهُ فِيْكَ
Dua jumlah di atas berbeda bentuk jumlahnya yakni insya’ dan khabar tapi disambung dengan athaf. Apabila tanpa athaf ditakutkan orang yang mendengar tersinggung karena menolak bantuannya sehingga harus disambungkan.
C. Ketentuan Fashal
Wajib memisahkan dua kalimat apabila:
1. Kamalul Ittishal
Artinya hubungan yang sempurna dimana jumlah yang kedua merupakan taukid, bayan, atau badal untuk jumlah yang kedua.
Contoh Taukid:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا.
Artinya: “Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan” (Al-Insyirah: 5-6).
Ayat 6 merupakan taukid dari ayat 5 sehingga tidak perlu diathafkan.
Contoh Badal:
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْأيتِ
Artinya: “Dia (Allah) yang mengatur urusan dan menjelaskan tanda-tanda” (Ar- Ra’d: 2)
Kalimat (يُفَصِّلُ الْأيتِ) merupakan badal dari (يُدَبِّرُ الْأَمْرَ).
Contoh Bayan:
يَسُوْمُوْنَكُمْ سُوْءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُوْنَ أَبْنَاءَكُمْ
Artinya:  “Mereka menimpakan kepada kalian siksa yang kejam dan menyembelih bayi laki-laki kalian” (Al-Baqarah: 49).
Kalimat (يُذَبِّحُوْنَ أَبْنَاءَكُمْ) merupakan bayan bagi jumlah (يَسُوْمُوْنَكُمْ سُوْءَ الْعَذَابِ).
2. Kamalul Inqitha’
Artinya pemisahan yang sempurna dimana kedua jumlah beda bentuknya dalam hal khabar dan insya’nya atau antara kedua jumlah tidak ada kesesuaian makna.
Contoh:
حَضَرَ وَزِيْرُ الشُّؤُوْنِ الدِّيْنِيَّةِ حَفِظَهُ اللهُ
Artinya: Telah hadir Menteri Agama, semoga allah menjaganya.
Jumlah yang pertama (حَضَرَ وَزِيْرُ الشُّؤُوْنِ الدِّيْنِيَّةِ) berbentuk khabar dan yang kedua (حَفِظَهُ اللهُ) berbentuk insya’.
Contoh lain:
عَلِيٌّ كَاتِبُ، الحَمَامُ طَائِرٌ
Artinya: Ali seorang penulis, Merpati itu terbang.
3. Syibhu Kamalil Ittishal
Artinya mirip sempurna hubungan. Dikatakan demikian karena jumlah kedua merupakan jawaban dari jumlah yang pertama.
Contoh:
مَا كُلُّ مَا يَتَمَنَّى الْمَرْءُ يُدْرِكُهُ ** تَجْرِي الرِّيَاحُ بِمَا لاَ تَشْتَهِي السُّفُنُ 
Artinya: Tidak semua yang dicita-citakan seseorang bisa tercapai # Karena angin itu terkadang bertiup ke arah yang tidak diinginkan oleh kapal.
Bait kedua merupakan jawaban dari bait yang pertama.
Sekian dan demikian penjelasan tentang fashal dan fashal dalam ilmu balaghah. Semoga bermanfaat. Amin.

Artikel keren lainnya:

2 Tanggapan untuk "Fashal dan Washal dalam Ilmu Balaghah | Ilmu Maani"

  1. Di penjelasan fashol yang pertama yaitu kamalul ittishol ada kesalahan penyebutan mohon di teliti

    ReplyDelete